Di konteks ini, iya kalau kita bicara dalam tataran asas manfaat. Sebagian orang menulis dan menjadikan buku-buku mereka (komersial) yang isinya gagasan dan ide-ide hasil dari perkawinan pengetahuan dan ilmu yang mereka belajar.
Kekeliruan yang saya maksud adalah adanya perbedaan antara orang yang menulis dengan ikhlas dan menulis dengan tujuan komersialkan ilmu pengetahuan. Tetapi, saya sendiri tidak diajarkan untuk komersialkan pengetahuan apalagi dalam bentuk tulisan yang dilegalkan dalam sebuah buku cetak. Saya lahir dari lingkungan yang mengajari tentang tidak diperbolehkan menjual ilmu.
Perbedaan antara menulis dengan tujuan komersil kan ilmu dan menulis dengan ketegasan serta keikhlasan berbagi pengetahuan atau curahan gagasan dan ide-ide kepada pembaca dapat kita temukan di banyak tempat.
Legalitas menulis adalah mencetak buku sangat menyeramkan bagi saya, logikanya benar-benar menakutkan. Ini sebenarnya sebuah problem yang harus di klirkan oleh kita semua.Â
Hal ini, menjadi ketakutan besar di lintas generasi baru. Bahwa wajib memiliki lebel sebagai seorang penulis adalah harus mencetak buku membuat pemikiran akan generasi baru terkungkung, terjebak dalam rentetan ketakutan seakan-akan dunia atau orang-orang hanya akan mengenal seorang penulis dengan mencetak buku, begitu pemikirannya.
Hal selanjutnya, menulis bagi saya adalah ukiran-ukiran kecil yang akan menumpuk menjadi sebuah sejarah besar dalam setiap kehidupan. Saya pernah diajak oleh beberapa kawan untuk menulis buku, awalnya sangat-sangat tertarik dengan ajakan tersebut untuk melakukan hal itu dan selanjutnya membuat kesepakatan.Â
Tetapi, belakangan ini setelah dipikir-pikir, menulis buku dengan tujuan mencetaknya lalu menjual ke publik sama hanya dengan komersialisasi ilmu dan pengetahuan. Bukan berarti saya tidak sepakat dengan penulis-penulis yang bukunya sudah dicetak dan jual ribuan eksemplar.
Hal utama yang perlu ditegaskan adalah setiap orang yang menulis memiliki tujuan yang berbeda, disinilah letak perbedaan yang sangat mencolok ketika saya menolak beberapa kawan yang pernah mengajak beberapa waktu lalu untuk merampungkan tulisan dalam buku cetak.Â
Substansinya, tujuan saya menulis adalah untuk berbagi kepada setiap pembaca dengan ikhlas apa yang saya dapat, apa yang saya punya meskipun saya memperolehnya tidak dengan cara yang gratis.
Begini, saya tujuan lebih atau tidak mau menciptakan gelembung kecil pro kontra soal pandangan menulis ini. Menulis bagi saya bukan keterampilan dasar melainkan imbas dari menumpuknya ide dan gagasan dalam kepala. Saya tidak menulis untuk membangkitkan emosi pembaca semata, tidak juga menuntut untuk semua yang ditulis harus diterima oleh pembaca.Â
Kalau menulis merupakan bakat, saya pikir berbagai media sosial isinya patung dan gambar - gambar hidup, sebab banyak orang tidak memiliki bakat untuk menulis atau jadi penulis.