Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Setiap Tulisan akan Abadi di Kepala Pembaca, Menulislah!

4 Juli 2023   20:58 Diperbarui: 7 Juli 2023   06:08 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis. (Foto : Penerbitbukuanak.id)

Banyak orang ingin jadi penulis terkenal, agar bukunya dicetak, dipajang di rak toko buku, atau mendapatkan lebel prestasi Best Seller dan sebagainya. Tapi saya, hanya ingin menulis dan membaginya tanpa harus mendapatkan semua itu. 

Seharunya menulis adalah sebuah kesadaran bukan keterpaksaan. Para intelektual muda dalam setiap jenjang generasi memiliki kemampuan untuk menulis, itu pasti.

Hanya saja menulis zaman sekarang seperti harus berhadapan dengan banyak aturan dan syarat-syaratnya sebagai sebuah legitimasi keabsahan menjadi seorang penulis.

Kalau ada yang menulis dan ingin terkenal dengan dilegalkan tulisannya menjadi buku cetak, maka secara tidak langsung menulis adalah suatu praktik monopoli penulis itu.

Tetapi, jika menulis adalah kebebasan berekspresi, maka menjadi penulis tidak harus mendapat lebel formal sebab menulis itu bagian dari kegiatan keilmuan yang harus dikembangkan. 

Seperti yang kita tahu, dunia literasi bukan hanya menulis semata, membaca juga bagian daripada dunia literasi yang harus dikembangkan.

Di sini, saya ingin menulis sedikit hal tentang "Menulis". Rendahnya minat orang untuk menulis karena kurangnya motivasi dan terlebih nya adalah perihal kesadaran. Hal ini membuktikan bahwa menulis dan membaca adalah potensi diri, kemampuan dalam diri yang harus didorong, dipacu dengan sebuah metode untuk dapat bergerak dan memulainya.

Tantangan terbesar di dunia literasi dalam hal ini menulis adalah memulai. Banyak orang tidak dapat memulai sebuah tulisan, hanya karena berbagai kendala terutama selain keberanian, orang-orang juga terdorong dengan tekanan oleh sejumlah syarat sebagai legalitas untuk bisa menulis dan menjadi penulis. 

Dalam sebuah artikel Perpusnas.go.id dengan "Tema Kondisi Darurat Buku Di Indonesia" mengemukakan data tahun 2022, buku cetak di Perpustakaan, Perpusnas atau Perpus Daerah jumlahnya mencapai 2.939. 008 eksemplar. Secara Nasional menurut data BPS 2020 dan Kajian Penerbitan, jumlah terbit sejak 2015-2020 mencapai 404.037, angka ini dianggap masih minim.

Hal ini merupakan indikator, bahwa penulis di Negara kita masih sangat lah minim. Entah karena minat menulis menjadi berkurang atau bahkan sebaliknya, minat baca menjadi indikator utama minimnya cetakan buku di Indonesia?, entahlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun