Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Antara Bekerja dan Berwisata ke Air Terjun di Desa Temburun Anambas

18 Juni 2023   07:00 Diperbarui: 18 Juni 2023   10:04 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata Mangrove di desa Temburun; foto Agungsetiadi8 via IjenIndonesia.com

Tak pakai lama, saya meminta pak ramat langsung berhenti. Posisi setir berpindah tangan. Dari situ, baru lah saya dapat keterangan jelas dari pak ramat soal dia masih takut nyetir di jalanan seperti itu. Sebelumnya, pernah bersama anak pak ramat pas liburan sekolah. Pak ramat membonceng anaknya, mereka jalan-jalan. Di perjalanan, di tempat yang sama ketika saya ambil alih setir sepeda motor. Kata pak ramat, mereka pernah mati mesin saat tanjakan naik dan berbelok.

Pengalaman ini yang membuat dia sedikit takut dan tidak berani lagi nyetir sepeda motor sambil bonceng orang. Saya sambil mendengar apa yang dikisahkan pak ramat, sesekali saya pun menjelaskan bagaimana cara nyetir sepeda motor baik di tanjakan atau turunan jalan yang berbelok-belok seperti ini. Melewati beberapa rumah, terempa itu wilayahnya masih luas. Masih banyak hutannya, rumah warga selain di pusat desa atau kelurahan, rumah yang terpisah dari itu pun masih sangat jarang saya lihat di perjalanan menuju siang waktu itu.

Kurang lebih 30 menit, sambil ngobrol dan menikmati udara diperjalanan. Kak Ikka dan bang radit berada di belakang kami. Seberang jalan sebelah kiri, pak rahmat sambil menunjuk, itu kantor Bupati Anambas. Kami berbelok, masuk wilayah perkantoran. Tepat di belakangnya, karena bangunan kantor ini masih baru. Di sekitar bangunan kantor pun belum ada pohon yang rimbun atau tinggi.

Pohon-pohon jati berjejeran di belakang halaman kantor setinggi lutut. Pemandangannya pun lumayan indah menghadap ke laut anambas. Kak Ikka masih sempat berswa foto hanya menggunakan handphone genggam miliknya. Terik panas mulai terasa, sekitar kantor bupati ini tidak ada tempat untuk teduh dari sinar matahari. Kami terpaksa harus lanjut perjalanan, keluar dari wilayah kantor bupati berapa puluh meter di tunjukan lagi polres dan salah satu bangunan polindes atau bangunan kesehatan. Posisi polindes itu berjarak sekitar 20 Meter dengan polres anambas.

Sekitar 10 menit lagi kami akan tiba di desa temburun, kami berhenti lagi di satu pantai, ada pembangunan tembok pembatas gelombang air laut. Sepertinya, pembangunan tempat makan seperti rumah-rumah khas di atas laut dengan pemandangan indah. Pak ramat, Kak Ikka dan bang radit berswa foto ria, saya memilih ngobrol dengan seorang pekerja di tempat pembangunan baru itu.

Dari situ, saya dapat informasi dari si bpk, dia salah satu dari berapa orang yang ikut dalam pekerjaan itu. Setelah kelar ngobrol dan berswa foto, kami lanjut perjalanan menyusuri jalan menuju desa temburun. Tiba di temburun, kami di perkenalkan dengan salah satu warga di sana. Namanya Mak Erni, dia sangat dekat dengan pak ramat. Setelahnya beberapa agenda pun telah kami lakukan bersama dengan warga, memberikan sedikit santunan dan juga mengcover beberapa informasi lainnya.

Pengunjung di wisata Air Terjun Temburun. Foto: Mediakepri.co
Pengunjung di wisata Air Terjun Temburun. Foto: Mediakepri.co

Di desa temburun ini, tempatnya air terjun paling indah di terempa. Ada juga spot wisata mangrove dan beberapa tempat lainnya sangat indah menurut keterangannya pak ramat. Kegiatan sudah kelar, kami berpamitan dengan sejumlah ibu-ibu yang mendatangi kami karena mereka kenal dengan pak ramat. Sekitar pukul 12.45 wib, kami harus kembali lagi ke tempat awal untuk melanjutkan agenda lain di pukul 14.00 wib. Perjalanan pulang memberatkan hati, sebab di desa temburun itu sudah sangat dekat akses ke air terjun. Tapi kami tidak sempat mampir kesana.

Menghindari cuaca panas di perjalanan, saya masih mau kendalikan setir sepeda motor pak ramat. Tujuannya agar kami sedikit lebih cepat sampai di tujuan semula. Menyusuri perjalanan pulang, obrolan dengan pak ramat tidak bisa berhenti. Banyak hal yang saya dapat dari beliau, tentang orang-orang melayu dan suku laut di kepulauan anambas ini. Terik panas matari siang itu semakin membakar kepala. Di satu desa, sempat juga pak ramat menuju ke arah sekolah smp, sekolah tempat pak ramat mengajar.

Kurang lebih 40-50 menit, kami sudah berada di simpang jalan masjid agung terempa. Sebentar lagi sampai di hotel terempa beach. Siang itu, dengan keadaan masih puasa, kami memilih istirahat dulu sebentar di hotel. Pak ramat langsung balik ke rumahnya. Saya hanya sempatkan untuk isi daya handphone, dan langsung bergegas mandi untuk menetralisir suhu badan. Air di terempa beach hotel siang itu benar-benar dingin. Setelah kelar dari mandi, lanjut prepare lagi untuk bertemu dengan beberapa orang tokoh di terempa.

Seperti biasa, saya mendahului kak ikka dan bang radit. Menunggu mereka di loby hotel. Kami tidak lagi menggunakan sepeda motor. Ternyata, beberapa tokoh masyarakat yang ingin kami temui, mereka menggunakan sepeda motor ke lokasi hotel. Sangat bersyukur, karena mereka mau menyapa langsung di loby hotel. Ini sangat beruntung, kalau saja mereka tidak datang ke tempat kami menginap, siang itu saya bahkan tidak menjamin nasib puasa saya efek terlalu panas cuaca hari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun