Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Antara Bekerja dan Berwisata ke Air Terjun di Desa Temburun Anambas

18 Juni 2023   07:00 Diperbarui: 18 Juni 2023   10:04 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata Mangrove di desa Temburun; foto Agungsetiadi8 via IjenIndonesia.com

Balas Kak Ikka “Kata pak Ramat, dekat jalan masuk pelabuhan terempa yang kemarin kita keluar pelabuhan, sebelah kiri jalan pasti ada yang buka. Kebetulan kamar saya dan bang Radit ada di lantai tiga, kak Ikka ada di lantai dua. Suasana malam di terempa memang sangat sepi. Jarang sekali ada suara kendaraan. Hotel Terempa beach karena berdekatan langsung dengan laut, yang kita dengar suaranya hanya deburan anak-anak ombak menghantam tembok pembatas di bawah jalan seperti jembatan itu. 

“Saya tunggu di bawah” Balas saya pada pesan grup whatsapp sambil pelan-pelan kunci pintu kamar lalu turun ke loby hotel.

Berapa menit kemudian, kami bertiga menggunakan sepeda motor milik pak ramat menuju tempat makan seperti kata kak Ikka tadi. Saya di antar lebih dulu menuju tempat makan, dan ternyata hanya satu tempat yang masih buka. Itu pun bukan warung makan seperti biasanya, hanya ada si bapak dan dua anaknya dengan menggunakan gerobak di pinggir jalan. Menu yang tersedia hanya indomie dan nasi goreng. Tak ada lagi menu lainnya.

Saya di drop dekat tempat makan itu, bang Radit kembali menjemput kak Ikka. Hari kedua itu, kami bertiga sama-sama makan sahur nasi goreng di dekat pelabuhan terempa. Berapa menit lagi, sudah masuk waktu imsak. Karena malam itu bukan hanya kami bertiga, ada sekitar sekumpulan anak pemuda yang mungkin kelar nongkrong, mereka juga pesan makan sahur di tempat itu. Nasi goreng kami baru bisa dimakan sekitar 30 menit kami tunggu. 

“Tidak masalah, sekarang kita sahur ini dulu” kata Kak Ikka. Besok malam, semoga ada tempat makan yang buka biar kita bisa sahur selain nasi goreng. Lanjut kak Ikka.

Saya, sepertinya malam itu benar-benar lapar. Karena hari sebelumnya pas buka puasa kami berempat. Saya hanya makan pisang goreng, malamnya saya tidak makan lagi sampai waktu sahur. Nasi goreng pun benar-benar saya menikmatinya, plus telor ceplok dan minum kopi. Saya tidak pernah keberatan dengan apapun makanan sahurnya. Kelar kami sahur, langsung balik lagi ke hotel sambil bersiap-siap untuk berjumpa dengan beberapa tokoh di terempa sesuai schedul yang kami pagi itu.

Sekitar jam 07.10 wib, pesan whatsapp dari pak Ramat, “Bang, kita jadi agenda pagi jam 10.00 wib?” Jam 08.00 wib saya merepat ke hotel.

“Iya, terima kasih pak” Jawab saya ke pak Ramat sambil kembali hidupkan laptop untuk pindahkan beberapa file kerja dari laptop ke flashdisk.

Seingat saya, kata pak ramat. Perjalanan kami paling tidak bisa 40-50 menit atau bahkan bisa 1 jam. Saya tidak tau jaraknya sejauh mana dari Terempa Beach Hotel ke Desa Temburun. Ada beberapa desa yang kami kunjungi termasuk temburun salah satunya. Pak ramat sudah ada di loby hotel, di grup whatsapp saya infokan kita berangkat jam 08.30 wib. Pak ramat sudah dapat lagi satu sepeda motor tambahan karena kami hanya berempat, butuh dua sepeda motor.

Semua sudah siap, matahari perlahan mulai memancarkan sinarnya di atas air laut. Sejauh mata memandang, kilau-kilau pantulan cahaya matahari mewarnai samudera maha biru itu. Kami berempat melaju dari hotel terempa beach menuju lokasi. Obrolan demi obrolan saya dan pak ramat menambah khasanah pengetahuan tentang terempa, tentang pulau siantan dan sejumlah potensi lainnya.

Pak ramat memang tidak pandai berbicara, tetapi dia menyampaikan hal pokok yang itu menurut saya sangat bermanfaat. Apalagi saya hanya sebagai satu dari sekian banyak orang yang berkunjung ke terempa, jelasnya membutuhkan banyak informasi. Di perjalanan, saya disuruh nyetir sama pak ramat. Saya pikir pak ramat hanya bercanda. Ternyata pak ramat serius menyampaikan hal itu. Saya baru sadar kalau pak ramat ternyata belum terlalu pandai nyetir sepeda motor. Apalagi, jalan yang banyak belokan, turunan dan tanjakan yang sulit untuk orang yang belum berpengalaman nyetir sepeda motor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun