Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Logika Keberpihakan (Pentingnya Kepedulian) di Era Modern

10 Februari 2023   19:19 Diperbarui: 14 Februari 2023   09:00 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar hanya sebagai ilustrasi: Seorang memberi sedekah (sumber:DAILYMAIL.COM via kompas.com)

Sebelum melanjutkan sedikit kerja menulis seperti biasanya, tidak terasa kini sudah memasuki tahun 2023. Ini sangat mengagetkan saya sendiri sebab terlalu lama meninggalkan aktivitas menulis meskipun belum seagresif sobat kompasianer lainnya.

Ya, berhubung sebagai manusia sosial masih saja secara pribadi dibentur dengan rasa jenuh yang berkepanjangan. 

Hari ini, berusaha dengan sekuat mungkin membuka lagi halaman Kompasiana untuk melihat sejauh mana perkembangan berbagai artikel, tulisan-tulisan indah dari kalian telah melambaikan tangan pada ketertinggalan saya hingga saat ini.

Seperti rasa malas yang dikemas dengan sangat rapi, diam dan tak bisa berbuat apa-apa pada lembaran kerja selama setahun lamanya. Dan kali ini, hanya ada semangat baru untuk memulai lagi meskipun sudah jauh tertinggal.

Saya ingin menulis lagi berbagai hal secara ilmiah, penuh dengan pengkajian literatur dan sumber yang mampuni. Tetapi, kata Memulai rupanya seperti kata baru dan sangat asing bagi saya.

Menulis terhenti di perjalanan, tetapi aktivitas membaca selalu ada meski tidak lagi sama seperti sebelumnya. Hari ini tepat pukul 16.31 WIB, lembaran kerja di laptop saya terbuka selama 30 menit tanpa bisa melanjutkan satu huruf pun. Ah, kekakuan yang besar dan saya harus memulainya dari awal sebelum menulis menjadi benar-benar asing untuk saya.

"Logika Keberpihakan (Pentingnya Kepedulian) Di Era Moderen". Satu tema pertama dan lama setelah saya berhenti menulis selama setahun ini, merupakan tema yang random saja sebenarnya. Dan beginilah lanjutan ketika kita tidak terbiasa lagi menulis, meski sepatah kata untuk pembaca yang budiman.

Mengapa harus Logika Keberpihakan (pentingnya kepedulian di era modern) menjadi tema? Hal ini karena beberapa hari ini saya melihat berbagai perlakuan yang sangat mengesankan dan itu sangat jauh dari rasa kepedulian manusia sebagai mahluk sosial.

Di beberapa media sosial menghidangkan suasana yang mana beberapa di antara penggunanya telah kehilangan rasa kepedulian, atau mungkin digerogoti zaman hingga tidak melihat kepedulian sebagai salah satu sifat mendasar yang harus diaplikasikan dalam keseharian hidupnya.

Padahal, rasa kepedulian menurut hemat saya adalah sikap yang melibatkan langsung kita sebagai individu dengan sekelompok orang, atau seseorang di lingkungan sosial kita. Saya menyebutnya sebagai sikap keberpihakan untuk menyederhanakan pemahaman pembaca ketika menyelami tulisan ini.

Melibatkan diri dengan rasa kepedulian bukan hanya kepada person, melainkan juga kepada berbagai persoalan di lingkungan kita. 

Respect terhadap kondisi sekitar bukan hal baru sebagai sebuah pengetahuan yang harus kita belajar. Sebab, kepedulian adalah rasa yang tertanam dalam setiap diri manusia.

KBBI menjelaskan kepedulian merupakan partisipasi keikutsertaan kita terhadap sesuatu masalah atau suatu lingkungan. 

Pada prinsipnya, kepedulian merupakan rasa perhatian terhadap sesuatu yang terjadi pada seorang secara individu atau sesuatu yang terjadi di lingkungan sosial.

Kita tidak dapat mengukur sejauh mana makna dari kepedulian ini, banyak pendapat dalam berbagai artikel dengan perbedaan pandangan yang sejatinya menerjemahkan kepedulian sebagai sebuah tindakan positif, yang jika dilakukan maka itu merupakan kebaikan bersama, tentunya.

Menurut pandangan saya, kepedulian adalah penghubung rasa sosial antara manusia yang satu dengan manusia lainnya, atau lingkungan yang satu dengan lingkungan lainnya. Terlepas dari berbagai persepsi tentang makna secara substansial dari kepedulian.

Dalam Resonant Leadership, Kepedulian menurut Boyatzis dan Mckee merupakan wujud nyata dari empati dan perhatian. Maksudnya, empati dan perhatian mendorong kita secara pribadi menjadi manusia yang terbuka dan peka terhadap keadaan sosial kemasyarakatan.

Saya melihat lebih jauh dari pandangan Boyatzis dan Mckee tentang kepedulian ini merupakan rujukan pada ilmu sosial dengan kajian yang mendalam, mengkaji hubungan antar sesama manusia dan lingkungannya, manusia dan manusia sebagai mahluk sosial dalam perspektif interaksi sosial.

Berkembangnya ilmu pengetahuan, ternyata sejauh ini tidak membatasi kecerdasan orang untuk menjadi tetap bodoh, tetap pintar, makin cerdas dan atau acuh terhadap keadaan sekitarnya. 

Sehingga, secara tidak langsung, sebagai manusia yang tidak memiliki rasa kepedulian di tengah perkembangan ilmu pengetahuan adalah sebuah kesengajaan.

Peran besar manusia sebagai mahluk sosial sebenarnya mampu di tempatkan sebuah pemahaman yang tajam dalam landasan ilmu sosial. 

Sayangnya, semakin besar peran manusia dalam perkembangan ilmu pengetahuan ternyata mengabaikan berbagai masalah kecil yang terjadi (seperti yang saya temukan dibeberapa media sosial).

Berbagai konten yang bertentangan dan sangat tidak wajar menjadi hidangan hangat, dan bahkan bisa menjangkau anak-anak usia sekolah. 

Tidak ada bahkan tidak sama sekali memiliki nilai edukasinya. Tapi toh, pahlawan yang berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan tidak mampu menyudahi hal semacam ini yang bersileweran di berbagai media sosial.

Tapi, tidaklah bermasalah jika kita tidak menganggapnya sebagai tugas kita. Atau bisa jadi, bisa saya katakan bahwa sajian berbagai konten di media sosial sekarang memperlihatkan tidakwajaran yang minim edukasi sudah dianggap biasa dan bahkan lama-kelamaan akan menjadi budaya kita?

Kita kembali lagi pada rasa kepedulian, dalam beberapa jurnal sosial mengkaji tentang kepedulian ini lebih ditekankan untuk anak-anak usia dini, dari sini kita dapat mengungkapkan makna bahwa rasa kepedulian perlu diasah sejak dini. 

Artinya, ketika kita bertemu dengan secara individu seseorang dalam lingkungan kita yang sangat tidak dewasa memaknai atau bahkan tidak memahami kepedulian, berarti kedewasaannya tidak dibekali dengan asupan landasan pengetahuan sosial tersebut.

Dalam sebuah jurnal Ijtimaiya : Journal of social science teaching, Tabi'in mengemukakan pendapat Bender bahwa kedulian merupakan menjadikan diri kita terkait dengan orang lain dan apapun yang terjadi terhadap orang tersebut. 

Dalam makna yang lebuh luas, ketika kita sebagai individu dalam suatu lingkungan tertentu membutuhkan interaksi dengan orang lain, mengutamakan perasaan sebagai manusia sosial adalah mahluk (manusia) yang peduli.

Dari pandangan ini, kita melihat lebih jelas bahwa tidak ada pemisahan antara pengetahuan sosial dan manusia sebagai mahluk sosial untuk mendorong taraf hidunya ke arah yang lebih baik.

Gempuran wabah Covid-19 mungkin menjadi salah satu pemicu ketertinggalan ekonomi, baik itu secara individu dan negara kita. Dampak yang begitu progresif menyentuh sisi kehidupan kita. 

Secara psikis, manusia sosial tentunya akan terpukul ketika wabah Covid-19 berapa tahun ini membanting setir hidup mereka, dan tentunya kita semua.

Hal ini dapat memicu beragam problem selain ekonomi, ketidaksiapan dengan kejatuhan ekonomi bisa jadi membuat manusia semakin rakus, menghalalkan segala cara untuk pertahankan ekonominya. Kepedulian menjadi tidak mungkin dengan keadaan yang demikian sulit untuk isi perut sendiri.

Lonjakan harga di pasaran makin tak terbendung, kehilangan kerja, dan pemberhentian sepihak tidak terhindarkan, tingginya permintaan konsumen dan banyak hal lain sebagai efek hitam gempuran wabah Covid-19. Apakah semua hal ini mengikis jauh lebih dalam rasa kepeduliaan sebagai manusia?

Dampak lain sebenarnya jauh lebih banyak lagi jika kita bedah satu persatu, disini saya mengajak kita semua fokus pada rasa kepedulian. Atau tepatnya dampak covid-19 terhadap hilangnya rasa kepedulian sesama manusia.

Hal yang luar biasa yang saya lihat, gerakan kepedulian ini secara nyata hanya dilakukan oleh teman-teman mahasiswa, alias kampus. Gencar melakukan bantuan dan melancarkan kepedulian dalam bentuk apapun. 

Pada titik ini, banyak yang menyikapi bahwa negara juga tidak tinggal diam soal efek buruk dari covid-19 ini. Hanya saja, terlihat lebih nyata adalah gerakan mahasiswa.

Di beberapa daerah, negara baru bisa hadir ketika ada musibah (banjir, tsunami, longsor, atau bahkan masalah sosial yang lebih besar). Artinya, negara tidak bisa menjangkau kegelisahan satu individu yang kehabisan garam dapurnya. 

Pada titik inilah, teman-teman mahasiswa dari berbagai kampus mengingatkan kita bahwa kepedulian yang sesungguhnya adalah menjangkau isi perut dari satu individu yang tidak bisa dijangkau oleh negara tadi.

Sekali lagi, saya hanya memaparkan kaidah rasa kepedulian yang mestinya menjadi kunci dari kesejahteraan hidup. 

Karena rasa empati dari kita yang sesama akan menghidupkan kembali harapan hidup mereka, yang terkena dampak hitam wabah covid-19 sebab kehilangan mata pencarian dan sebagainya.

Saya tidak menyimpulkan bahwa pemerintah atau negara kita harus belajar tentang betapa pentingnya rasa kepedulian dari para teman-teman mahasiswa tersebut. Tetapi, secara nyata gerakan mahasiswa ini selalu menyentuh ke sisi harapan hidup suatu masyarakat.

Teringat kurang lebih 8-9 tahun silam selama masih berstatus mahasiswa, kegiatan yang paling nyata adalah menguji rasa sosial bermasyarakat. 

Landasan utamanya adalah ilmu sosial, yang menempatkan kepedulian untuk mereka yang membutuhkan uluran tangan kita. Sembako, menjadi hidangan utama pengabdian itu meskipun di dapat dari berbagai galangan dana, bersama ormas dan LSM. Kebersihan lingkungan dan sebagainya.

Itu, mungkin bagian dari sedikit hal tentang pernyataan keberpihakan rasa kepedulian yang saya maksudkan dalam tulisan sederhana ini. Tanpa mengurangi rasa hormat dan tidak nyaman pada pembaca untuk menyelam lebih jauh tentang makna kepedulian.

Saya melihat lagi makna kepedulian seperti yang di ungkapkan Arifin dengan mempertegas pendapat (Tronto) bahwa kepedulian berhubungan dengan pribadi, emosi dan kebutuhan.

Tiga konsep dasar kepedulian yang berhubungan dengan manusia adalah kepribadian, emosional dan kebutuhan hidup. 

Jika kita menggunakan perspektif yang luas, manusia yang peduli harus menjadikan tiga hal ini sebagai landasan utama kehidupan, apalagi di era yang terbilang sangat berkembang ini.

Kepribadian setiap manusia yang peduli menempatkan dia sebagai makhluk sosial yang baik di lingkungannya, sehingga daya menjadikan manusia bermanfaat antar sesama.

Emosial, besar sumbangsihnya terhadap rasa kepedulian, baik itu kepada manusia, lingkungan atau sebuah masalah. 

Jika kita mengutamakan emosional sebagai dasar dari kehidupan, sehingga dengan empati dan rasa iba kita dapat melihat uluran tangan manusia (individu) yang membutuhkan kita meskipun jaraknya tak mampu dijangkau oleh mata.

Dalam hal ini, sebagai manusia layaknya saling membantu, disini saya pertegaskan lagi membantu dalam perspektif kepedulian atas apa yang mereka butuhkan. Meskipun, yang kita bantu dengan kepedulian yang tidak seberapa itu, dapat menjadi sebagai sebuah nafas baru hidup mereka yang membutuhkan.

Sekali lagi, keberpihakan rasa kepedulian dalam tulisan ini tidak bermaksud menyinggung siapa pun, tetapi hanya lebih pada penegasan makna tentang kepedulian itu sendiri. Karena kepedulian merupakan sebuah tindakan rasa yang harus dilakukan secara berkala. Lalu, apakah kepedulian ini memiliki manfaatnya bagi kita secara pribadi?

Saya melihat manfaat keberpihakan (pentingnya kepedulian) antar sesama berdasarkan pengkajian saya secara pribadi dan pengalaman.

Jawabannya adalah ada manfaatnya ketika kita peduli terhadap seseorang atau lingkungan. Sama halnya mengasah kepribadian menjadi manusia yang baik di lingkungan sosial tempat kita tinggal.

Keberpihakan pemerintah, atau negara saja tidaklah cukup untuk mengatasi berbagai problem di negara kita. Lingkungan kita membutuhkan ketajaman rasa peduli yang saya sebut keberpihakan (pentingnya kepedulian) secara individu. Ketika kepedulian menjadi landasan hidup bersosial, maka setidaknya meringankan beban antara sesama manusia.

Bukan hanya perkara materi, perkara pemikiran pun sangat penting dalam memberikan sumbangsih untuk wawasan seseorang. Manfaat kepedulian bagi saya adalah kemudahan dalam beberapa hal termasuk masalah ekonomi. Sebab esensi kepedulian ini sangat lah besar dalam kenyataannya.

Peduli antar sesama, sama halnya menebar benih kebaikan, yang dalam beberapa makna tersirat, ruang kemudahan akan terbuka untuk kita secara pribadi. Orang lain bisa menyebutnya rezeki, saya menyebutnya buah dari rasa kepedulian yang tanpa kita sadari sudah kita lakukan.

Kepedulian memberikan kita manfaat positif dalam sebuah interaksi sosial, menciptakan keharmonisan dalam berkehidupan sosial. Jika kepedulian diasah dengan baik, kita bisa menjadi pribadi yang patut diteladani kebaikannya dalam hal ini adalah keberpihakan (pentingnya kepedulian) di era modern.

Saya menyimpulkan keberpihakan (pentingnya kepedulian ini) merupakan sebuah investasi rasa dengan berkontribusi dalam bentuk tindakan yang memberikan dampak positif kepada mereka yang melakukan ini degan rutin, sehingga menjadi kebiasaan diri. 

Dengan begitu, kepedulian akan tumbuh menjadi pohon kebaikan besar yang menaungi berbagai masalah hidup secara pribadi atau di lingkungan sosial.

Sekian tulisan sederhana ini, semoga bermanfaat, dan untuk pertama kali setelah tenggelam dalam setahun lamanya. Semoga menyelami tulisan ini mendapat manfaatnya. Terima kasih!

Note: Beberapa problem yang saya temukan di media sosial, tidak saya jelaskan secara detil (sumbernya) karena berkaitan dengan privasi pengguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun