Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Kedai Kopi Kecil, Kami Ngobrol Hal Besar (Seri I)

20 April 2021   12:07 Diperbarui: 20 April 2021   13:47 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu menunjukan tepat pukul 18.00 wib dan suara bacaan ayat suci al-qur'an di masjid sudah membunuh obrolan kami. Saya masih terus mamaksa bang joy untuk menjelaskan bagaimana cara menerima perubahan sosial dan mungkin dampaknya sangat parah terhadap psikologi kita sebagai generasi muda. Generasi yang akan melanjutkan estafet perubahan bangsa, generasi yang akan membawa bangsa ini jauh lebih baik untuk kehidupan bernegara dan sejumlah kesimpulan yang saya asumsikan dalam pikiran saya saat itu.

Kami harus mengakhiri obrolan manis dan sangat banyak manfaat itu, sebab kami harus kembali untuk melakukan aktivitas lainnya di rumah kami masing-masing.

Dari obrolan februari itu, saya menemukan beberapa hal yang sangat penting untuk dibagikan dalam bentuk tulisan sederhana ini. Meskipun, menurut pembaca yang budiman, hal ini hanya merupakan asumsi belaka. Bagi saya, pemikiran-pemikiran bang joy sangat baik untuk dipelajari, kritis dan ralistis kata-kata dia. Sebuah pengetahuan brilian yang harus saya akumulasikan sebagai bentuk rasa syukur bertemu dengan orang seperti dia.

Beberapa hal lagi yang sangat bagus menurut saya dari pandangan sederhananya bang joy adalah semangat memotivasi orang yang sangat tinggi dalam dirinya, bahkan orang seperti saya baru saja dia kenal. Dia tidak pelit berbagi ilmu dan pengalamannya

Hari berikutnya, kami bertemu masih pada bulan yang sama. Seingat saya, itu sudah akhir bulan februari dan beberapa hari lagi masuk bulan ketiga tahun 2021. Pertemuan akhir februari, dia baru meberikan jawaban tentang bagaimana cara menerima realitas dan tantangan sosial tadi.

Aktivitas kami masih sama, ada kopi, rokok kretak dan obrolan-obrolan yang menginspirasi. Dengan penuh rasa penasaran, saya mengejar jawaban dari pertanyaan bang joy di pertemuan kami sebelumnya. Setengah menagih lah intinya!

Sore itu, pukul 18.00 wib kami berdua masih melanjutkan obrolan. Dia menanyakan kabar, dan baru di pertemuan kesekian kali ini dia tanyakan tentang tujuan saya ambil kelas bahasa ini.

"kamu les untuk tujuan apa dik?' pertanyaan dia ditengah obrolan kami

Padahal saya masih tertarik dengan jawaban tentang pertanyaan yang saya kejar. karena makin penasaran. Kata bang joy, sebagai generasi baru, generasi muda yang di bentur dengan zaman yang trend ini. Satu-satunya cara untuk menerima perubahan sosial adalah jiwa kita harus sehat, jiwa generasi muda haruslah sehat untuk membawa kita kepada penerimaan terhadap kenyataan. Negara ini membutuhkan perubahan besar, dan perubahan besar itu membutuhkan jiwa generasi muda yang sehat.

Bagi saya, dari pernyataan bang joy tadi membuat saya belajar banyak hal. Belajar tentang menerima keadaan dan perubahan sosial haruslah jiwa yang sehat. Secara psikologi, generasi yang dibentur dengan zaman yang trend ini membuat kita hampir saja kehilangan kendali untuk mengejar ketenaran sampai lupa bahwa ada batasan-batasan tertentu

Ingin terkenal, menjadi viral alih-alih jalan ninja menuju bisnis sesungguhnya di dunia IT, orang-orang kehilangan kendali dan saling mengadu mulut, pikiran, mengumbar kekayaan, ketenaran tidak banyak manfaatnya dan banyak hal lain yang membuat kita salah jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun