Menghadapi Perubahan, Jiwa Generasi Harus Sehat
Di Komplek Perumahan Eden Park Batam Center menjelang kelas less bahasa inggris. Bersama bang Joy, begitu akhir nama pria ini yang saya ingat ketika bertemu lagi di 18 april 2021. Kurang lebih tiga bulan lalu sudah jadi kebiasaan saya kalau kelar kelas lanjut ngopi, sebelum atau sesudah kelar dari kelas less langsung dengan cepat mengambil tempat di depan warung. Ada kedai kecil dari warung itu yang berdekatan dengan tempat kursus,
Setiap kali, saya ada jadwal kelas selalu saja bertemu dengan bang joy di kedai itu. Setiap senin dan sabtu kami selalu habiskan waktu kurang lebih 30 menit untuk ngobrol banyak hal. Terakhir, saya baru tau kalau bang joy sering minum kopi di kedai ini karena tempat kerja dia berdekatan dengan kedai. Selain berdekatan kata bang joy, kedai ini tidak banyak orangnya, mengingat musim pandemi dan dia sangat peduli dengan kesehatan karena dia punya anak dan istri karena kata dia, kedai kopi ini tak banyak orang, jadi dia paling sering minum kopi disini.
Saya bertemu dengan bang joy di dua bulan terakhir saya kursus, awalnya sok tahu dan say hallo saja sama bang joy. Sok akrab lah intinya, karena sudah jadi kebiasaan saya.
"Kopi bang" tanya saya sambil berikan isyarat apakah saya bisa duduk di tempat sebelah bang joy.
Orangnya sangat ramah, ngobrolnya asik, wawasannya sangat luas, cara menyampaikan pikiran-pikiran dia yang saya kagumi adalah dia tidak membedakan bagaimana membicarakan hal perubahan dengan orang yang baru dia kenal. Umur dia sekita 41-42 tahun.
"ayo-ayo dek" begitu jawab dia sangat ramah saat saya menanyakan sambil sodorkan kopi saya sebagai syarat mengajak dia untuk minum kopi bersama.
"sudah dek, gue juga udah pesan kok. Mari duduk !" jawab dia sembari mengajak saya duduk di kursi sebelahnya.
Sebenarnya ini bukan kedai kopi seperti coffee shop lainnya, ini hanya satu kantin biasa yang letakkan dua meja dengan masing-masing meja itu di kasi kursi empat buah. Waktu pertama kali ketemu dengan bang joy, saya pikir dia kerja sebagai buruh bangunan di depan. Karena di dekat kami minum kopi, ada sekelompok pekerja sedang mengerjakan pembangunan perumahan di dalam komplek tersebut.
"dari mana dek?" tanya bang joy setelah beberapa menit mata dia yang sedari tadi terpaut pada layar handphone milik dia sambil menundukkan kepalanya.
"Dari maluku Utara bang" jawab saya sambil mengeluarkan sebungkus rokok kretek dari rangsel samping.
Di pertemuan awal saya dengan bang joy, saya jadi memikirkan mengapa orang-orang yang fine, terbuka, dan luas wawasan seperti bang joy ini sangat jarang di temukan. Kami melanjutkan lagi dengan obrolan, di awal dia menanyakan dari mana saya. Dengan semangat penuh percaya diri, saya menjawab kalau saya dari maluku utara dan dia balik menimpali untuk meluruskan pertanyaan dia.
"maksud gue, di mana tinggalnnya di batam?" timpal bang joy meluruskan pertanyaan dia.
Saya pun kaget, sebab orang pada umunnya tidak banyak yang akan menanyakan hal demikian apalagi orang-orang yang pikirannya sangat kental dengan streotype ke-timuran yang sangat kuat.
'Oh, Dermaga bang, maaf" sambil mohon maaf karena salah memberikan jawab sebagai mana yang bang joy harapkan.
Dari situlah kami mulai ngobrol, setiap saya ada kelas less dan minum kopi di kedai itu, jika ada bang joy pasti berujung obrolan asik. Dia sangat senang dan antusias berbagi cerita dengan saya. Tentang generasi muda harus sehat jiwanya, alasannya adalah perubahan dunia dan perubahan dalam kehidupan membutuhkan jiwa yang sehat.
Di pertemuan kami yang ke sekian kalinya, masih dengan suasana yang sama. Ada rokok kretek, ada kopi dan obrolan menarik yang tidak kalah penting dari mengikuti kelas mentalitas atau terapi pikiran oleh toko-toko psikolog. Bicara dia sangat adem di telinga, sangat memotivasi, menginspirasi dan komplit lah kalau ngobrol sama bang joy.
Februari dan maret berlalu, menuju april yang sangat bahagia sebab saya pun menuju kahir dari kelas less bahasa. Masih dengan kopi, bang joy, dan ngobrol tentang banyak sekali yang dia tahu. Kami berdua berbagi cerita. Teringat, di bulan februari di pertemuan kedua dan ketiga atau sekitar yang kesekian kali di bulan itu. Bang joy ngobrol tentang "perubahan akan membentur psikologi kita dengan keras, apalagi sekarang lagi pandemi covid-19"
"seumuran kamu ini dik, masih sangat rentan kehidupanmu yang di penuhi dengan berbagai dinamika dan perubahan" dia mengatakan hal ini sambil meletakkan dengan hati-hati cakir kopi miliknya di atas meja.
Saya jadi sangat ingin dan berharap untuk bertemu dengan orang seperti bang joy ini di setiap perjalanan, di semua tempat, daerah atau di mana saja saya pergi. Luar biasa pemikiran dia, meskipun saya tidak tahu pendidikan dia dan pekerjaan sebenarnya dia. Saya lebih tidak berani menyankan hal itu sebab bagi saya masih terlalu privat untuk menanyakan hal itu kepada orang yang tidak seumuran dengan saya.
Obrolan kami di bulan februari itu selain dia memberikan motivasi kepada saya, ada juga hal penting yang dia sampaikan. Menurutnya semua orang, tua atau muda akan berhadapan dengan tanggung jawab dan tuntutan sosial. Terutama, harus menerima perubahan sosial.
"Lantas, bagaimana cara menerimanya dik?" tanya bang joy, sambil menuju ke kasir kantin untuk membayar dua cangkir kopi. Sehabis membayar kopi, bang joy sambil bilang "nanti kita ngobrol lagi besok ya dik!"
Waktu menunjukan tepat pukul 18.00 wib dan suara bacaan ayat suci al-qur'an di masjid sudah membunuh obrolan kami. Saya masih terus mamaksa bang joy untuk menjelaskan bagaimana cara menerima perubahan sosial dan mungkin dampaknya sangat parah terhadap psikologi kita sebagai generasi muda. Generasi yang akan melanjutkan estafet perubahan bangsa, generasi yang akan membawa bangsa ini jauh lebih baik untuk kehidupan bernegara dan sejumlah kesimpulan yang saya asumsikan dalam pikiran saya saat itu.
Kami harus mengakhiri obrolan manis dan sangat banyak manfaat itu, sebab kami harus kembali untuk melakukan aktivitas lainnya di rumah kami masing-masing.
Dari obrolan februari itu, saya menemukan beberapa hal yang sangat penting untuk dibagikan dalam bentuk tulisan sederhana ini. Meskipun, menurut pembaca yang budiman, hal ini hanya merupakan asumsi belaka. Bagi saya, pemikiran-pemikiran bang joy sangat baik untuk dipelajari, kritis dan ralistis kata-kata dia. Sebuah pengetahuan brilian yang harus saya akumulasikan sebagai bentuk rasa syukur bertemu dengan orang seperti dia.
Beberapa hal lagi yang sangat bagus menurut saya dari pandangan sederhananya bang joy adalah semangat memotivasi orang yang sangat tinggi dalam dirinya, bahkan orang seperti saya baru saja dia kenal. Dia tidak pelit berbagi ilmu dan pengalamannya
Hari berikutnya, kami bertemu masih pada bulan yang sama. Seingat saya, itu sudah akhir bulan februari dan beberapa hari lagi masuk bulan ketiga tahun 2021. Pertemuan akhir februari, dia baru meberikan jawaban tentang bagaimana cara menerima realitas dan tantangan sosial tadi.
Aktivitas kami masih sama, ada kopi, rokok kretak dan obrolan-obrolan yang menginspirasi. Dengan penuh rasa penasaran, saya mengejar jawaban dari pertanyaan bang joy di pertemuan kami sebelumnya. Setengah menagih lah intinya!
Sore itu, pukul 18.00 wib kami berdua masih melanjutkan obrolan. Dia menanyakan kabar, dan baru di pertemuan kesekian kali ini dia tanyakan tentang tujuan saya ambil kelas bahasa ini.
"kamu les untuk tujuan apa dik?' pertanyaan dia ditengah obrolan kami
Padahal saya masih tertarik dengan jawaban tentang pertanyaan yang saya kejar. karena makin penasaran. Kata bang joy, sebagai generasi baru, generasi muda yang di bentur dengan zaman yang trend ini. Satu-satunya cara untuk menerima perubahan sosial adalah jiwa kita harus sehat, jiwa generasi muda haruslah sehat untuk membawa kita kepada penerimaan terhadap kenyataan. Negara ini membutuhkan perubahan besar, dan perubahan besar itu membutuhkan jiwa generasi muda yang sehat.
Bagi saya, dari pernyataan bang joy tadi membuat saya belajar banyak hal. Belajar tentang menerima keadaan dan perubahan sosial haruslah jiwa yang sehat. Secara psikologi, generasi yang dibentur dengan zaman yang trend ini membuat kita hampir saja kehilangan kendali untuk mengejar ketenaran sampai lupa bahwa ada batasan-batasan tertentu
Ingin terkenal, menjadi viral alih-alih jalan ninja menuju bisnis sesungguhnya di dunia IT, orang-orang kehilangan kendali dan saling mengadu mulut, pikiran, mengumbar kekayaan, ketenaran tidak banyak manfaatnya dan banyak hal lain yang membuat kita salah jalan.
"Manurut bang, kesehatan jiwa generasi muda itu jaminan atau hanya sebuah harapan?" pertanyaan ke berapa yang saya tanyakan, saya sudah tidak peduli dengan banyak pertanyaan karena sangat suka dengan jawaban-jawaban beliau yang sedikit liar dan kritis itu.
Batang kedua rokok kretek kembali saya layangkan ke bibir sambil membakarnya. Korek api belum berhenti menyala, bang joy sudah menjawab dengan cepat apa yang saya tanyakan.
"ya menurut gue, kesehatan jiwa generasi muda akan mencerminkan kesehatan dan masa depan sebuah bangsa. Kira-kira seperti itu dik" jelas bang joy
Waktu menuju malam, semakin penasaran saya dengan status bang joy. Terbilang dingin tetapi sangat kritis pemikirannya. Kami ngobrol banyak hal, tentang perubahan-perubahan secara natural, tentang dinamika hidup zaman IT yang bergejolak, membuata banyak dari kita akan menhadapi sesuatu dengan prinsip asal hidup [...]
Bacata lanjutan artikelnya di Seri II
Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H