Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Kedai Kopi Kecil, Kami Ngobrol Hal Besar (Seri I)

20 April 2021   12:07 Diperbarui: 20 April 2021   13:47 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pertemuan awal saya dengan bang joy, saya jadi memikirkan mengapa orang-orang yang fine, terbuka, dan luas wawasan seperti bang joy ini sangat jarang di temukan. Kami melanjutkan lagi dengan obrolan, di awal dia menanyakan dari mana saya. Dengan semangat penuh percaya diri, saya menjawab kalau saya dari maluku utara dan dia balik menimpali untuk meluruskan pertanyaan dia.

"maksud gue, di mana tinggalnnya di batam?" timpal bang joy meluruskan pertanyaan dia.

Saya pun kaget, sebab orang pada umunnya tidak banyak yang akan menanyakan hal demikian apalagi orang-orang yang pikirannya sangat kental dengan streotype ke-timuran yang sangat kuat.

'Oh, Dermaga bang, maaf" sambil mohon maaf karena salah memberikan jawab sebagai mana yang bang joy harapkan.

Dari situlah kami mulai ngobrol, setiap saya ada kelas less dan minum kopi di kedai itu, jika ada bang joy pasti berujung obrolan asik. Dia sangat senang dan antusias berbagi cerita dengan saya. Tentang generasi muda harus sehat jiwanya, alasannya adalah perubahan dunia dan perubahan dalam kehidupan membutuhkan jiwa yang sehat.

Di pertemuan kami yang ke sekian kalinya, masih dengan suasana yang sama. Ada rokok kretek, ada kopi dan obrolan menarik yang tidak kalah penting dari mengikuti kelas mentalitas atau terapi pikiran oleh toko-toko psikolog. Bicara dia sangat adem di telinga, sangat memotivasi, menginspirasi dan komplit lah kalau ngobrol sama bang joy.

Februari dan maret berlalu, menuju april yang sangat bahagia sebab saya pun menuju kahir dari kelas less bahasa. Masih dengan kopi, bang joy, dan ngobrol tentang banyak sekali yang dia tahu. Kami berdua berbagi cerita. Teringat, di bulan februari di pertemuan kedua dan ketiga atau sekitar yang kesekian kali di bulan itu. Bang joy ngobrol tentang "perubahan akan membentur psikologi kita dengan keras, apalagi sekarang lagi pandemi covid-19"

"seumuran kamu ini dik, masih sangat rentan kehidupanmu yang di penuhi dengan berbagai dinamika dan perubahan" dia mengatakan hal ini sambil meletakkan dengan hati-hati cakir kopi miliknya di atas meja.

Saya jadi sangat ingin dan berharap untuk bertemu dengan orang seperti bang joy ini di setiap perjalanan, di semua tempat, daerah atau di mana saja saya pergi. Luar biasa pemikiran dia, meskipun saya tidak tahu pendidikan dia dan pekerjaan sebenarnya dia. Saya lebih tidak berani menyankan hal itu sebab bagi saya masih terlalu privat untuk menanyakan hal itu kepada orang yang tidak seumuran dengan saya.

Obrolan kami di bulan februari itu selain dia memberikan motivasi kepada saya, ada juga hal penting yang dia sampaikan. Menurutnya semua orang, tua atau muda akan berhadapan dengan tanggung jawab dan tuntutan sosial. Terutama, harus menerima perubahan sosial.

"Lantas, bagaimana cara menerimanya dik?" tanya bang joy, sambil menuju ke kasir kantin untuk membayar dua cangkir kopi. Sehabis membayar kopi, bang joy sambil bilang "nanti kita ngobrol lagi besok ya dik!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun