Mohon tunggu...
Haihai Bengcu
Haihai Bengcu Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hanya seorang Tionghoa Kristen yang mencoba untuk melakukan sebanyak mungkin hal benar. Saling MENULIS agar tidak saling MENISTA. Saling MEMAKI namun tidak saling MEMBENCI. Saling MENGISI agar semua BERISI. Saling MEMBINA agar sama-sama BIJAKSANA.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bukan Untuk Menjajah Namun Menjadi Rakyatnya

18 Agustus 2015   14:39 Diperbarui: 18 Agustus 2015   14:39 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tanpa tedeng aling-aling, dalam orasi kampanye di GBK (Gelora Bung Karno) Jakarta, Minggu 23 Maret 2014, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto menyatakan. “Orang Tionghoa, yang nota bene adalah pendatang, menguasai 80% perekonomian Indonesia. Di mana 10 orang terkaya di Indonesia, sebagian besar konglomerat Cina. Mereka menghisap darah bangsa Indonesia, bukan hanya sebagai parasit, tetapi sudah menjadi predator.”

Kenapa orang-orang Tionghoa bisa menguasai 80% perekonomian Indonesia padahal selalu dipaksa untuk membayar lebih mahal dan dipaksa membayar uang komisi bakan dipaksa untuk membayar upeti agar bisa menjalankan usahanya dengan tenang? Padahal tidak pernah mendapat fasilitas dari pemerintah?

Apa yang terjadi pada 700 orang pengusaha “pribumi” alias non Tionghoa yang mendapat kucuran dana pemerintah Rp. 4,7 miliar lewat program Gerakan Banteng tahun 1950-1957? Program Banteng direncanakan oleh Menteri Perdagangan Sumitro Djojohadikusumo. Rp. 4,7 miliar tahun 1950-1857 itu setara dengan berapa triliun nilai sekarang ya? Sejarah mencatat bahwa mereka bukan bangkrut karena gagal dalam usahanya namun MENYELEWENGKAN dana yang diterimanya untuk bersenang-senang.

Handai taulanku orang Tionghoa sekalian, adalah FAKTA bahwa orang Tionghoa adalah yang paling bekerja KERAS untuk membangun perekonomian negeri ini. Penguasaan atas 80% perekonomian Indonesia adalah buktinya.

Alih-alih menyatakan hormat dan terima kasih Prabowo justru menuduh orang Tionghoa menghisap darah bangsa Indonesia, bukan hanya sebagai parasit, tetapi sudah menjadi predator.

Alih-alih meneladani DR. Sri Bintang Pamungkas menuduh kelompok Cina ingin menguasai kedaulatan politik, dan ikut dalam usaha-usaha pengambil alihan kekuasaan melalui pemilu.

Kerabatku sekalian, apakah tuduhan Prabowo benar adanya? Apakah dakwaan Sri Bintang Pamungkas benar?

Mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, izinkan saya bertanya, apa jadinya bangsa Indonesia pada ulang tahun kemerdekaannya yang ke 70 tanpa orang Tionghoa? Bagaimana cara rakyat Indonesia menjalani 70 tahun kemerdekaannya tanpa orang Tionghoa? Dengan dana berapa pembangunan negara ini selama 70 tahun tanpa orang Tionghoa? Kurangi saja dengan 80%. Apa jadinya bangsa Indonesia tanpa 80% perekonomiannya yang dikuasai orang Tionghoa?

Kalau orang Tionghoa adalah pendatang dan parasit bahkan predator di negeri ini kenapa Prabowo tidak menyebutkan jumlah yang digondol dan dibawa pulang ke kampung halamannya?   

Jumlah orang Tionghoa di Indonesia hanya 4%. Anak kecil juga tahu, mustahil menguasai kedaulatan politik dan mengambil alih kekuasaan lewat Pemilu.

Kerabatku sekalian, sebagai orang Tionghoa, sejak kecil saya menerima ancaman seperti anda, “Hai Cina, ingat elu cuman numpang di negeri ini. Hati-hati! Jangan blagu!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun