"Kamu gaperlu nyusul kok," Annora menatap Hanan. "Maaf, aku ga bisa jalanin hubungan jarak jauh, kamu boleh lupain aku mulai sekarang," Annora berlalu meninggalkan Hanan yang hanya diam terpaku.
"Annora."
Annora berhenti, melihat ke arah Hanan, lalu tersenyum, "makasih ya Hanan, aku ga tau tiga tahun SMA aku bakal gimana kalau ga ada kamu, maaf harus begini, jangan lupa bahagia, aku minta
maaf." Annora berjalan meninggalkan Hanan sendiri.
Kabar tak terduga yang sangat mendadak ini membuatnya kehilangan tenaga. Hanan berjalan gontai menuju pesta, mengambil segelas air, lalu duduk diam seorang diri. Pikirannya kacau, semarak pesta tak mampu memecah keheningan yang ada di dalam kepalanya. Dunianya seketika gelap. Dia hanya duduk diam, merasakan perlahan cahayanya ditarik paksa dengan kepindahan Annora.
Hanan berlari menuju motornya, lalu tancap gas meninggalkan sekolah. Sesampainya di rumah ia bergegas ke kamarnya, menghempaskan diri ke kasur, lalu semua menjadi gelap.
****
"Nan, makan yu!" ajak salah satu teman kantornya.Â
"duluan aja, aku nyusul"
Empat tahun sudah berlalu sejak perpisahan menyedihkannya dengan Annora. Hanan tak kunjung sembuh dari luka tersebut. Annora, cahaya, Hanan bergumam di dalam hati. Namanya memiliki arti cahaya dalam bahasa Yunani, sesuai namanya, kehilangan Annora, membuat Hanan kehilangan cahaya dalam hidupnya.
Hanan duduk sendiri di bangku taman kantornya, membakar sepuntung rokok, lalu menghisapnya dalam-dalam. Pikirannya mengawang entah kemana. Annora, Annora, Annora. Dering ponsel pintarnya memecahkan lamunan siang bolongnya.