Melihat itu, Pang La’ot mendekat kepada Cut Nyak Dien. Cut Nyak Dien yang sangat marah sampai membentak Pang La’ot yang dianggap seorang pengkhianat.
Cut Nyak Dien terpaksa menyerah walaupun ia sangat tidak rela. Lalu Cut Nyak Diendibawa ke Banda Aceh. Belanda pun memenuhi kesepakatan yang diberikan dengan Pang La’ot. Cut Nyak Dien dirawat dengan baik hingga kondisinya mulai pulih. Namun, Belanda masih merasa khawatir apabila Cut Nyak Dien kembali melawan, apalagi di berbagai tempat di pedalaman masih ada orang-orang lokal yang siap mengobarkan peperangan lagi. Dan itu bisa saja terjadi jika Cut Nyak Dien memberikan perintah. Akhirnya, Belanda berkhianat dan mengasingkan Cut Nyak Dien ke Sumedang.
Semasa pengasingan, Cut Nyak Dien diperlakukan baik oleh orang-orang Sumedang. Ia sangat dihormati dan sering mengajarkan ilmu terutama mengaji Al-Qur’an. Cut Nyak Dien wafat pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H