Mohon tunggu...
Hafiza Adeylie Chantika Artha
Hafiza Adeylie Chantika Artha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Namanya juga masih belajar -_-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Hubungan Geopolitik pada Perang Rusia-Ukraina

5 Desember 2024   16:48 Diperbarui: 5 Desember 2024   17:20 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Konsep "Rimland" dan "Heartland" juga berperan penting dalam konflik ini. Teori "Heartland," yang dirumuskan oleh Sir Halford Mackinder, menyebutkan bahwa siapa yang menguasai Heartland (yang mencakup Eurasia tengah) dapat menguasai dunia. Rusia, sebagai kekuatan kontinental yang besar, berada di wilayah Heartland ini, sementara NATO berusaha memperluas pengaruhnya di sekitar Eurasia atau Rimland untuk menahan kekuatan Rusia. Menurut Nicholas Spykman, Rimland adalah kunci untuk menjaga keseimbangan kekuatan dunia karena memegang kendali atas akses ke laut dan jalur perdagangan. Ekspansi NATO ke negara-negara Eropa Timur, termasuk potensi keanggotaan Ukraina, dianggap Rusia sebagai strategi "containment" atau pembendungan pengaruh Rusia di Heartland. Dengan memperkuat pengaruhnya di Rimland, NATO dapat membatasi potensi kekuatan kontinental Rusia.

            Ukraina juga menjadi pusat perebutan karena sumber daya energi strategis yang melimpah. Rusia adalah salah satu produsen gas terbesar dunia, dan banyak pipa yang membawa gas ke Eropa melewati Ukraina. Ketergantungan energi Eropa pada Rusia memberikan pengaruh besar bagi Rusia dalam dinamika geopolitik, dan Ukraina menjadi jalur transit yang sangat penting. Rusia berusaha mempertahankan kontrol atas jalur ini sebagai alat tekanan ekonomi dan politik. Dengan demikian, jika Ukraina bergabung dengan NATO, Rusia khawatir akan kehilangan kendali atas jalur energi vital ini dan posisi strategis yang diwakili Ukraina.

            Secara historis, Ukraina dan Rusia memiliki ikatan budaya dan etnis yang kuat sebagai bagian dari rumpun Slavia Timur. Rusia merasa perlu mempertahankan pengaruh budaya dan etnis ini, yang terlihat dari pengakuan kemerdekaan terhadap wilayah Donetsk dan Luhansk, di mana mayoritas penduduknya berbahasa Rusia. Rusia menganggap keberadaan etnis Rusia di Ukraina sebagai bagian dari sejarah dan budaya yang harus dilindungi. Hal ini juga menjadi alasan invasi Rusia ke Krimea pada tahun 2014, yang dihuni oleh banyak etnis Rusia.

            Rusia juga ingin menghidupkan kembali pengaruhnya di negara-negara bekas Uni Soviet melalui pembentukan kembali blok-blok, seperti Commonwealth of Independent States (CIS), yang menjadi bagian dari strategi besar Rusia dalam memperkuat posisinya secara geopolitik. CIS merupakan perpanjangan dari visi Rusia untuk membentuk kembali blok pengaruh pasca-Soviet di bawah pengaruh Moskow. Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar Presiden Vladimir Putin untuk mengembalikan kejayaan Rusia sebagai kekuatan kontinental besar, memperkuat Rusia sebagai pusat "imperium" baru di kawasan Eurasia.

Dampak Konflik

            Perang antara Rusia dan Ukraina telah menyebabkan jumlah korban tewas yang diperkirakan mencapai lebih dari 50.000 orang angka ini delapan kali lipat lebih tinggi dari data kematian resmi terakhir yang diumumkan Moskow pada September 2022. Korban tewas dari pihak Rusia diperkirakan jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan. Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan pada Februari lalu bahwa sekitar 31.000 tentara Ukraina telah gugur, namun intelijen AS memperkirakan jumlah korban sebenarnya mungkin jauh lebih besar.

            Perang ini juga telah memberi dampak besar pada geopolitik dan ekonomi global, khususnya di sektor energi. Sebelum invasi dimulai, harga minyak dunia sudah mengalami kenaikan sejak Maret 2021 dan mencapai US$86 per barel pada Januari 2022 akibat permintaan yang meningkat tetapi tidak diimbangi dengan produksi. Begitu Rusia menginvasi Ukraina, harga minyak melambung ke angka US$100 per barel, dan pasar saham di kawasan Asia Pasifik, Eropa, serta Amerika Serikat langsung merosot. Konflik berkepanjangan ini mengancam stabilitas ekonomi global, mendorong harga energi lebih tinggi, dan menyebabkan ketidakpastian di berbagai sektor.

            Rusia adalah produsen minyak terbesar ketiga dan produsen gas terbesar kedua di dunia, serta memasok 70% gas ke Eropa melalui Ukraina. Gangguan pada pasokan energi dari Rusia dapat menaikkan harga minyak hingga US$120 per barel, bahkan mencapai US$150 jika ekspor minyak Rusia turun drastis. Dengan Rusia sebagai salah satu pengekspor utama minyak dan gas dunia, ketergantungan Eropa terhadap energi Rusia memperburuk dampak invasi ini. Akibat lonjakan harga energi, negara-negara di Eropa serta China dan India yang mengandalkan batu bara, mengalami kenaikan biaya bahan bakar yang memukul berbagai sektor industri.

            Dampak perang ini meluas ke pasar energi global. Harga gas alam di Eropa melonjak hingga 400% dalam setahun, sedangkan minyak mentah masih dapat disalurkan ke pelanggan di Asia dan Afrika meski pengelolaan pasokan gas lebih rumit. Rusia juga menutup pipa NordStream 1 untuk pemeliharaan, sehingga pasokan gas ke Jerman berkurang 60%. Negara-negara seperti Jerman, yang sangat bergantung pada gas alam Rusia, kini harus mempercepat diversifikasi energi. Polandia berencana menghentikan impor energi dari Rusia, sementara Jerman mulai menyusun rencana penghematan gas.

            Secara global, perang ini memperburuk krisis energi dengan melonjaknya harga minyak, gas, dan batu bara. Di Eropa, inflasi mencapai 9,8% pada Juli 2022, tertinggi dalam 25 tahun, dengan harga gas grosir naik hingga 200% sejak sebelum invasi. Kejatuhan euro ke level terendah dalam 20 tahun akibat berhentinya pasokan gas dari Rusia semakin menekan ekonomi Eropa.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun