Mohon tunggu...
Hafiza Adeylie Chantika Artha
Hafiza Adeylie Chantika Artha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Namanya juga masih belajar -_-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Hubungan Geopolitik pada Perang Rusia-Ukraina

5 Desember 2024   16:48 Diperbarui: 5 Desember 2024   17:20 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang Konflik

            Perang Rusia-Ukraina memiliki akar sejarah yang panjang dan kompleks, terkait erat dengan hubungan geopolitik, etnisitas, dan ekonomi. Konflik antara Rusia dan Ukraina telah menarik perhatian dunia, terutama setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, yang memperparah ketegangan yang sudah berlangsung sejak 2014. Kedua negara ini dulunya sama-sama bagian dari Uni Soviet. Namun, ketika Uni Soviet bubar pada tahun 1991, Ukraina menyatakan kemerdekaannya melalui referendum yang didukung juga oleh Presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin.

            Ketegangan mulai meningkat pada 2014 setelah Revolusi Euromaidan di Ukraina, di mana Presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, dilengserkan oleh gerakan protes yang menginginkan hubungan yang lebih erat dengan Uni Eropa (UE) dan NATO. Bagi Rusia, perubahan arah kebijakan ini dipandang sebagai ancaman terhadap pengaruhnya di kawasan, terutama karena beberapa negara Eropa Timur lainnya, seperti Polandia dan negara-negara Balkan, telah memperkuat hubungan mereka dengan NATO.

            Pada saat situasi Ukraina tidak stabil setelah revolusi, Rusia mencaplok Krimea pada 2014 dan mendukung kelompok separatis di wilayah timur Ukraina, terutama di Donetsk dan Luhansk yang dikenal sebagai wilayah Donbas. Rusia berdalih bahwa tindakan tersebut bertujuan melindungi warga etnis Rusia dan penutur bahasa Rusia di Ukraina yang dianggap terancam setelah pergantian pemerintahan.

            Menjelang akhir 2021, ketegangan meningkat ketika satelit menangkap gambar konsentrasi pasukan Rusia dalam jumlah besar di dekat perbatasan Ukraina, mencapai sekitar 100.000 tentara. Pihak Barat, terutama Amerika Serikat, memperingatkan bahwa invasi ke Ukraina akan berdampak pada sanksi ekonomi berat bagi Rusia. Meskipun Rusia menolak tuduhan adanya rencana invasi, mereka menyampaikan tuntutan kepada NATO untuk mengurangi aktivitas militernya di Eropa Timur, serta menolak keanggotaan Ukraina di NATO.

            Invasi Rusia pada 2022 mencerminkan ambisi Presiden Vladimir Putin untuk mengembalikan pengaruh Rusia di Eropa Timur sekaligus menahan ekspansi NATO yang dianggap melanggar kesepakatan era pasca-Perang Dingin. Para pengamat di Barat melihat langkah Rusia ini sebagai kesalahan yang berdampak buruk, karena telah memicu reaksi keras dari dunia internasional. NATO pun semakin mempererat dukungannya kepada Ukraina meski negara itu belum menjadi anggota resmi aliansi tersebut.

            Sebagian pakar meyakini bahwa kekhawatiran Putin tidak hanya terkait keamanan nasional Rusia, melainkan juga potensi ancaman jika Ukraina berkembang menjadi negara demokrasi yang stabil dan berorientasi Barat. Dalam pandangan Putin, hal ini dapat menginspirasi masyarakat di kawasan bekas Soviet, yang pada gilirannya bisa membahayakan otoritasnya dan mempersempit pengaruh Rusia. Putin berharap bisa mengguncang stabilitas Ukraina serta menimbulkan kekhawatiran di negara-negara tetangga seperti Belarus, Kazakhstan, dan Polandia agar lebih berhati-hati terhadap prospek demokrasi di wilayah mereka.

            Konflik Rusia-Ukraina bukan hanya soal pertarungan militer, tetapi juga tentang perebutan pengaruh antara nilai-nilai demokrasi Barat dan sistem otoritarian Rusia. Bagi Putin, krisis ini adalah peluang untuk mengatur ulang arsitektur keamanan Eropa demi memperkuat posisi Rusia di kawasan.

Dimensi Geopolitik

            Konflik Rusia-Ukraina, jika dilihat dari perspektif geopolitik, memperlihatkan perebutan antara "Sea Power"  yang direpresentasikan oleh NATO dan "Continental Power" yang direpresentasikan oleh Rusia. Secara geografis, Ukraina menjadi "buffer zone" atau zona penyangga antara kekuatan Barat dan Rusia, menjadikan posisinya strategis dalam peta kekuatan dunia. Ukraina yang berada di perbatasan langsung dengan Eropa dan Rusia, memegang peran signifikan dalam menjaga keseimbangan kekuatan antara NATO dan Rusia. Keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO memicu kekhawatiran besar bagi Rusia karena ini berarti NATO akan berada sangat dekat dengan perbatasannya, memberikan akses militer Barat yang strategis ke wilayah dekat Rusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun