Mohon tunggu...
Muhammad F. Hafiz
Muhammad F. Hafiz Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menulis sebagai profesi dan amal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan dalam Sepatu

25 Juni 2024   13:23 Diperbarui: 25 Juni 2024   13:49 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Eh, ndak sur kau ke Kahar...? Bukan bacrit dia tu..., baling...," balas kawan di meja pojok. Meledak tawa semua orang.

Semakin riuh kedai Kahar petang itu. Ditambah pula semua orang di kedai membagikan postingan Kahar di akun medsos masing-masing. Komplit sudah kegaduhan sampai malam nanti.

Namun bujang itu tetap tak marah, malah tenang-tenang saja melintas di tengah mereka yang berseloroh berkepanjangan. Di pundaknya Kahar membawa papan nama baru kedainya. Ditulis nama baru pula: Kedai Kopi Kuasa.

Meskipun sama saja makna kata kuasa dengan kata kahar, tapi nama baru itu tanpa huruf r.

***

Hari ini sudah dua pekan berlalu sejak kertas surat perempuan bulai itu dimuat Kahar. Tak diduga, foto di Facebook itu viral di mana-mana. Hampir semua platform media sosial ikut membagikan postingan. Di Tiktok fyp, di Twitter jadi trending topic. Belum pula ribuan komentar mengikuti status yang ditulis Kahar di akun miliknya. Menyebar sejadi-jadinya...!

Kahar gugup, begitu mengetahui akunnya viral. Namun sayang sekali, tak terjadi apapun setelah itu. Tidak seperti imajinasi Kahar dalam kisah-kisah roman. Di mana perempuan itu akan melihat pesannya, kemudian datang ke Pangkalan Susu membawa sebelah lagi sepatu yang tertinggal. Mereka akan saling mendakap sepatu satu sama lain disaksikan semua pelanggan kedai. Sepasang sepatu itu lalu berlekap. Cocok...!

Kahar juga gugup membayangkan apa jadinya jika pesan dalam sepatu itu hanya perbuatan orang iseng. Apa nanti, andai kata wanita itu mengurungkan niat setelah melihat profil Kahar. Bagaimana jika ternyata mereka tak bersesuaian akibat beda-beda cara hidup. Ah, besar berudu di kubangan, besar buaya di lautan.

Sudahlah, pelanggan kedainya yang saban hari bahas kontak jodoh juga menikahi perempuan sekretaris berwawasan luas, tak tahunya mrepet terus. Semoga saja impiannya tak perut panjang sejengkal, batin Kahar.

"Haaar.... Kahar.... Buka pesbuk kau cepat. Cepat Har...," pekik seorang pelanggan dari meja kedai.

"Ada akun bernama Blanche komen, cantik pulak kawan. Cepat Har, cepat...!!" ujarnya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun