Kesal juga hati Kahar. Seharusnya dia bisa menjual lagi seharga Rp 300 ribu, mungkin lebih. Harga baru sepatu itu Rp 2 jutaan. Tapi sudahlah daripada menyangkak hati, lebih baik disimpan saja, pikir Kahar. Mana tahu nanti ada lagi sepatu yang tak ada pasangan. Meski beda-beda tipis satu sama lain, baiklah diberikan cuma-cuma pada pelanggan kedai yang hobi bernostalgia rubrik Biro Jodoh.
Kahar mengamati sepatu yang tak punya pasangan itu, melepas talinya, dan menarik keluar insole. Secarik kertas ikut terangsur. Sewaktu dibentang tampak garis lipatan kertas itu tegas, penanda sudah lama berada di dalam sepatu dan dipijak setiap hari. Kertas itu rupanya semacam surat yang ditulis tangan. Kahar tak mengerti pesannya, sederet kata-kata dalam bahasa Prancis.
Kahar lantas merogoh hape di saku, bermaksud menerjemahkan tulisan di kertas. Meski ia tak tahu cara mengetik huruf yang ada simbol di atas huruf a, e, dan i beraksen, dia mengetikkan setiap kata di Google Translate.
Ini yang diberikan mesin penerjemah itu:
"Aku cukup bosan dengan kehidupan di lingkunganku. Semakin sulit menemukan cinta yang tulus. Aku pikir sebaiknya mencoba sesuatu yang unik. Cukup lama aku memikirkan hal ini, tetapi mendapat pasangan hidup secara acak barangkali akan menjadi pengalaman tak terlupakan. Saat aku meletakkan secarik kertas di dalam sepatu di mana sebelah pasangan sepatu ini ada padaku, aku yakin seorang pemuda yang juga penuh dengan kehidupan unik dan menyenangkan akan membacanya dan berjuang untuk menemukanku dengan cara unik yang indah..." Blanche.
Itukah namanya? Blanche?
Kahar tak mau berpikir panjang. Menjemur sementara hari panas, begitu pikirnya. Dia segera memotret tulisan tangan Blanche dan mengunggah di akun Facebook miliknya. Kahar juga menulis cerita bagaimana kisah sehingga sebelah sepatu itu ada padanya. Unik dan mengesankan.
Namun belum lagi matahari naik sepenggalah, seketika seisi kedai riuh. Apa lagi selain foto secarik kertas di Facebook yang membuat geger para pelanggan. Kahar tak ambil pusing, meski dia dengar juga orang-orang bersahutan menyindir dirinya.
"Kahar.... Kahar... mentel pulak kau sekarang, perempuan bule kau bereng rupanya...," ujar seseorang.
"Kreak kali kau pun Har. Tahu kau kata kawan aku budak melayu, macam menepung tiada beras kau ni," kata pelanggan lainnya.
"Ada juga bacrit kau, Har," sahut seorang lagi.