Gisah membawa sekop kecil untuk mengambil biji kopi dari karungnya. Pesan Wak Jamin agar Gisah memilih bagian tengah atau paling bawah karung. Sebab bagian itu paling lembap setelah disimpan selama ini.
Biji kopi yang kini ditampung dalam wadah anyaman bambu itu ditebar Gisah untuk dianginkan. Bunyinya bergemerisak sewaktu biji ditumpah menerpa alas terpal plastik. Memancing perhatian Sekar.
Sebuah benda kecil mirip biji kopi tapi lebih hitam mengilap, langsung mencuri pelihatan mata Sekar. Tak salah lagi, itulah batu hitam milik keluarganya. Rupanya Rawi menyembunyikannya. Tidak seperti ceritanya yang hanya menemukan sebuah...!
Sekar memungut dengan hati-hati batu hitam yang dicuri selama lebih 15 tahun ini. Perempuan itu langsung mengunci erat batu dalam genggamannya. Dia kemudian bergegas masuk ke biliknya, dan sangat lama orang-orang tak melihatnya keluar.
Wak Jamin, Gisah, Yumnah, mencarinya ke sekitar setelah tak mendapat jawaban dari dalam bilik. Namun tak ditemukan di manapun. Orang-orang kasak-kusuk menduga macam-macam kemungkinan menurut mereka.
Perempuan dusun Sae bergunjing kian kemari. Lalu memekik sejadi-jadinya ketika menjelang magrib para lelaki membawa tubuh Rawi yang bersimbah darah. Rawi celaka saat mengoperasikan gergaji yang bunyinya meraung-raung.
Sebelah tangannya putus terpotong rantai gergaji...! []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H