Malam itu hujan turun dengan deras. Petir menyambar-nyambar di langit, membuat suasana malam yang sepi menjadi semakin mencekam.
Di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota, seorang gadis remaja bernama Maya duduk di depan komputer di kamarnya yang remang-remang.
Maya, seorang siswi SMA kelas tiga, dikenal sebagai anak yang pendiam dan tekun. Ia lebih suka menghabiskan waktu di rumah daripada berkumpul dengan teman-temannya.
Namun, malam itu ada sesuatu yang berbeda. Maya terlihat gelisah, matanya terus menatap layar komputer yang menunjukkan sebuah situs jejaring sosial yang sedang populer di kalangan anak muda.
Di layar, terbuka sebuah pesan singkat yang baru saja ia terima dari seorang teman sekelasnya, Bima.
Bima adalah salah satu siswa yang cukup populer di sekolah, dan Maya tidak pernah mengira bahwa Bima akan mengiriminya pesan pribadi. Isi pesan itu singkat, tapi cukup membuat Maya terkejut.
"Aku tahu apa yang kamu sembunyikan, Maya."
Jantung Maya berdegup kencang. Bagaimana Bima bisa tahu? Apa yang dia ketahui? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepala Maya.
Ia mencoba mengingat-ingat, apakah ada sesuatu yang pernah ia lakukan dan bisa diketahui oleh Bima. Namun, sekeras apapun ia berpikir, ia tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal.
Setelah beberapa menit termenung, Maya akhirnya memutuskan untuk membalas pesan itu. Dengan tangan yang gemetar, ia mengetikkan beberapa kata.
"Apa maksudmu?"
Tidak lama setelah itu, balasan dari Bima datang.
"Jangan pura-pura tidak tahu. Aku sudah melihat semuanya. Ketahuan, Maya!"
Maya semakin panik. Ia merasa seolah-olah dinding-dinding kamarnya mulai menutup dan menghimpitnya. Pikirannya melayang ke beberapa bulan lalu, ketika ia secara tidak sengaja menemukan sebuah rahasia besar di komputer sekolah.
Maya adalah anggota tim IT di sekolahnya. Suatu hari, ketika sedang memperbaiki komputer di ruang guru, ia menemukan folder yang seharusnya tidak berada di sana.
Folder itu berisi data-data pribadi beberapa guru dan juga informasi yang seharusnya dirahasiakan. Tanpa sengaja, Maya membuka folder itu dan membaca beberapa file di dalamnya.
Setelah menyadari kesalahannya, Maya segera menutup folder tersebut dan tidak pernah membicarakan hal itu kepada siapapun. Namun, perasaan bersalah terus menghantuinya. Ia takut jika ada yang mengetahui apa yang telah ia lakukan, meskipun ia tidak bermaksud jahat.
Kini, dengan pesan dari Bima, ketakutannya seolah menjadi kenyataan. Tapi bagaimana Bima bisa tahu? Apakah dia juga terlibat?
Maya tidak bisa membiarkan dirinya terjebak dalam ketakutan lebih lama lagi. Ia harus mencari tahu kebenarannya. Dengan tekad yang bulat, Maya mengetik pesan terakhir untuk Bima.
"Kita perlu bicara. Bertemu di taman belakang sekolah besok pagi."
Pesan itu terkirim, dan Maya menutup laptopnya. Malam itu, ia tidak bisa tidur nyenyak. Bayangan tentang apa yang mungkin terjadi besok terus mengganggu pikirannya.
Keesokan paginya, Maya pergi ke sekolah lebih awal dari biasanya. Langkah kakinya terasa berat, seolah setiap langkah membawanya semakin dekat pada sebuah kehancuran. Ketika ia tiba di taman belakang sekolah, ia melihat Bima sudah menunggunya di sana. Bima tersenyum, tapi senyum itu terlihat aneh di mata Maya.
"Maya, aku tidak akan membocorkan rahasia kamu. Tapi aku butuh bantuanmu," kata Bima tanpa basa-basi.
Maya tertegun. Bima ternyata tidak bermaksud mengancamnya, tapi apa maksudnya dengan 'butuh bantuan'?
"Aku juga tahu tentang folder itu," lanjut Bima, "Dan aku tahu bahwa ada yang lebih besar dari sekedar data guru. Ada sesuatu yang janggal di sekolah ini, dan aku butuh seseorang yang pintar seperti kamu untuk membantuku mengungkapnya."
Maya tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Bima, si anak populer, ternyata mengetahui sesuatu yang lebih besar. Ketakutannya perlahan berubah menjadi rasa ingin tahu.
"Apa yang kamu temukan?" tanya Maya akhirnya.
Bima pun mulai menceritakan semuanya. Ternyata, folder yang ditemukan Maya adalah bagian dari sebuah konspirasi besar yang melibatkan beberapa pihak di sekolah.
Bima sudah mengumpulkan banyak informasi, tapi ia butuh bantuan Maya untuk memecahkan kode-kode yang tersimpan dalam file-file itu.
Maya berpikir sejenak. Jika ia setuju, ini berarti ia akan terlibat dalam sesuatu yang berbahaya. Namun, di sisi lain, ia juga tidak bisa membiarkan kebenaran tetap tersembunyi.
"Baiklah," kata Maya dengan suara tegas, "Aku akan membantu kamu."
Mulai saat itu, mereka berdua bekerja sama untuk mengungkap rahasia besar di sekolah mereka. Apa yang awalnya tampak seperti ancaman bagi Maya, ternyata membawa mereka ke petualangan yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Dan, siapa sangka, dari sebuah rahasia yang nyaris ketahuan, justru membawa Maya dan Bima ke persahabatan yang tak terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H