Keesokan paginya, Maya pergi ke sekolah lebih awal dari biasanya. Langkah kakinya terasa berat, seolah setiap langkah membawanya semakin dekat pada sebuah kehancuran. Ketika ia tiba di taman belakang sekolah, ia melihat Bima sudah menunggunya di sana. Bima tersenyum, tapi senyum itu terlihat aneh di mata Maya.
"Maya, aku tidak akan membocorkan rahasia kamu. Tapi aku butuh bantuanmu," kata Bima tanpa basa-basi.
Maya tertegun. Bima ternyata tidak bermaksud mengancamnya, tapi apa maksudnya dengan 'butuh bantuan'?
"Aku juga tahu tentang folder itu," lanjut Bima, "Dan aku tahu bahwa ada yang lebih besar dari sekedar data guru. Ada sesuatu yang janggal di sekolah ini, dan aku butuh seseorang yang pintar seperti kamu untuk membantuku mengungkapnya."
Maya tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Bima, si anak populer, ternyata mengetahui sesuatu yang lebih besar. Ketakutannya perlahan berubah menjadi rasa ingin tahu.
"Apa yang kamu temukan?" tanya Maya akhirnya.
Bima pun mulai menceritakan semuanya. Ternyata, folder yang ditemukan Maya adalah bagian dari sebuah konspirasi besar yang melibatkan beberapa pihak di sekolah.
Bima sudah mengumpulkan banyak informasi, tapi ia butuh bantuan Maya untuk memecahkan kode-kode yang tersimpan dalam file-file itu.
Maya berpikir sejenak. Jika ia setuju, ini berarti ia akan terlibat dalam sesuatu yang berbahaya. Namun, di sisi lain, ia juga tidak bisa membiarkan kebenaran tetap tersembunyi.
"Baiklah," kata Maya dengan suara tegas, "Aku akan membantu kamu."
Mulai saat itu, mereka berdua bekerja sama untuk mengungkap rahasia besar di sekolah mereka. Apa yang awalnya tampak seperti ancaman bagi Maya, ternyata membawa mereka ke petualangan yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.