Mohon tunggu...
Dea
Dea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi - Pencinta kata yang berbisik

Nothing but busy🤍 "Penggemar kata-kata yang mengalir dalam rima dan makna. Menuliskan puisi sebagai bentuk suara hati, merangkai setiap baris untuk menghidupkan keindahan dan perasaan yang tersembunyi. Temukan jejak cerita, cinta, dan renungan dalam tiap sajak yang kutulis. Mari berbagi makna dalam setiap kata yang berbisik."

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibu

5 Mei 2024   17:08 Diperbarui: 5 Mei 2024   17:09 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di sudut hati, sinar pagi muncul perlahan,

Ibu mengalun dalam pikiran, mengalir seperti sungai.

Sentuhan lembutnya mengisi hatiku penuh harapan,

Kasihnya tak terhingga, mengalir tanpa henti,

Setiap langkahku, kurasakan hadirnya, tak lagi sendiri.

Senyumannya menerangi malam yang kelam,

Pelukannya hangat, menguatkan hatiku yang rapuh.

Doa-doa ibu menyertai setiap napasku,

Membawa mimpi ke jalan fajar yang bersinar,

Ibuku, ladang kasih yang kusyukuri dengan tulus.

Wajahnya bagai surga, di saat badai mengamuk,

Dekapannya menjadi tempat berteduh dari kegelapan.

"Pulanglah," katanya, dalam lautan cinta yang abadi,

Di dekapmu, kudapati rumah sejati yang kusyukuri,

Ibuku, keindahan surgawi dalam dunia yang fana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun