Sauropus androgynus atau dikenal dengan nama katuk di Indonesia yang berasal dari keluarga Euphorbiaceae. Daunnya berwarna hijau gelap yang mengandung sumber klorofil yang berguna untuk peremajaan sel dan bermanfaat untuk sistem sirkulasi (Selvi dan Bhaskar, 2012). Tanaman katuk adalah herbal dengan tinggi 50 cm hingga 3,5 m.Â
Katuk tersebar di negara beriklim Asia (Cina) dan Asia tropis (India, Sri Langka, Vietnam,Indonesia, Malaysia, Papus nugini dan Filipina) (Hayati et al., 2016). Daun katuk merupakan alternatif pengobatan yang potensial karena memiliki banyak vitamin dan nutrisi. Senyawa aktif yang efektif pada kandungan daun katuk meliputi karbohidrat, protein, glikosida, saponin,tanin, flavonoid , sterois, alkaloid yang berkhasiat sebagi antidiabetes,antiobesitas, antioksidan, menginduksin laktasi, antiinflamasi dan anti mikroba (Sampurno,2007). Beberapa contoh manfaat dari daun katuk antara lain memperbanyak ASI, mengobati demam,borok dan bisul. Daun katuk memiliki banyak kandungan senyawa yaitu tanin,saponin, flavonoid, alkaloid, protein kalsium, fosfor, vitamin A,B dan C sehingga berpotensi untuk digunakan untuk pengobatan alami (Wiradimadja,2006). Aktifitas antioksidan dari daun katuk terjadi karena memiliki kandungan flavonoid (Arista, 2013). Obesitas, sering disertai dengan adanya oksidasi stress sehingga aktivitas daun katuk sebagai antioksidan dan imunostimulan berkaitan dengan aktivitas daun katuk sebagai antiobesitas (Snchez et al., 2011).
 Fitosterol dan alkaloid yang terkandung dalam daun katuk mempengaruhi penurunan kadar glukosan dan kolesterol total. Hal ini terjadi pada kelinci yang mengkonsumsi pakan yang mengandung suplemen daun katuk (Akbar et al., 2013). Selain digunakan untuk pengobatan, katuk dapat digunakan untuk pewarna yaitu warna hijau.Â
Produk yang menggunakan pewarna dauk katuk tidak mempengaruhi kualitasnya karena katuk tidak mengakibatkan sifat inderawi. Bubuk pewarna yang paling diminati adalah bubuk yang mengandung klorofil 0,83%, 4% maltodoksin dengan kadar air 5,64% yang dikeringkan pada suhu 900C selama 1,19 menit dan menghasilkan warna Redness 0,65, Blueness 2,75, Yellowness 8,9 (Hardjati,2008). Katuk, selama ini sering dimanfaatkan untuk melancarkan ASI oleh masyarakat indonesia. Padahal katuk memiliki banyak manfaat yang lain yang dapat digunakan oleh masyarakat sebagai alternatif dalam pengobatan. Untuk itu, penulis akan mengulas mengenai efek farmakologi dari tanaman katuk.
Ektrak daun katuk telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri. Daun katuk memiliki aktivitas antibakteri Klebsiela pnemoniae dan bakteri Staphylococcus aures. Pada perbandingan antara ekstrak etanol, ekstrak air dan gentamicin terlihat perbandingan zona inhibisi. Pada aktivitas ekstrak etanol terhadap Klebsiela pnemoniae memiliki zona inhibisi dengan diameter 13,66 mm sedangkan pada ekstrak air hanya memiliki zona hambat 8,66 mm, sedangkan gentamicin yang memiliki zona hambat sebesar 20 mm. Hal ini menunjukkan jika gentamisim memiliki aktivitas yang lebih baik dari ekstrak etanol. Ekstrak etanol kering juga menunjukkan zona hambat yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak air pada pengujian menggunakan bakteri Staphylococcus aureus yaitu rata-rata diameter zona penghambatannya sebesar 11,33 mm sedangkan ektrak air sebesar 8,33 mm. Dibandingkan dengan zona hambat gentamicin 14,66 mm, ekstrak etanol memiliki aktivitas yang lebih rendah. Ekstrak etanol menunjukkan zona hambat yang lebih banyak pada bakteri Klebsiela pnemoniae dibandingkan dengan Staphylococcus aureus (Paul,Mariya dan Anto,K. Beena, 2011). Ekstrak dari bagian daun lebih efektif daripada ekstrak bagian batang dan akar. Pada ekstrak metanol dan etanol memiliki nilai penghambatan yang signifikan terhadap bakteri Proteus vulgaris, Bacillus cereus dan Staphylococcus aureus. Penghambatan kurang signifikan pada pengujian dengan menggunakan bakteri Klebsiella pneunomoniae, E.coli dan Pseudomonas aeroginosa (K,Gayathramma et al., 2012). Ekstrak daun katuk juga dapat digunakan sebagai antibakteri Salmonella typhi. Ekstrak yang digunakan pada pengujian merupakan ekstrak yang diperoleh dnegan melalui prosess maserasi dengan menggunakan etanol 96%. Konsentrasi ekstrak yang digunakan pada pengujian antibakteri Salmonella typhi adalah 0%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30%. Hasil dari pengujian tersebut pada kelompok kontrol (0%) terdapat 312 koloni bakteri. Semakin tinggi konsetrasi dari ektrak, akan semakin kecil jumlah koloni yang tumbuh pada media tersebut. Hal ini dibuktikan pada konsentrasi ekstrak 30% diperoleh koloni rata-rata dari pengujian tersebut 0 kolon dan pada konsentrasi ekstrak 25% terdapat 10 koloni, sedangkan pada konsentrasi ekstrak 15% dan 20% terdapat 124 dan 55 koloni (Winarsih etal., 2015).
Teh katuk termasuk produk olahan pangan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Permintaan teh daun katuk terus meningkat karena produk ini sangat digemari di semua kalangan Masyarakat. Teh yang beredar di pasar kebanyakan berupa teh pada umumnya yang masih dikatakan kurang sehat. Pembuatan teh daun katuk merupakan inovasi baru dari produk teh yang bermanfaat bagi kesehatan. Teh daun katuk mempunyai tekstur halus dan semi padat, terbuat dari campuran 45 gula dan 55 Daun katuk. Bahan tambahan pembuatan teh daun katuk adalah daun mint, daun salam, bunga melati dan gula dengan perbandingan tertentu. Kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan dan kesehatan yang terus meningkat, menyebabkan produk makanan dengan tingkat keamanan (food safety atributes), kandungan gizi (nutritional atributes) dan label ramah lingkungan (eco-labelling attributes) mulai diminati (Sumarwan dkk., 2008). Hal ini semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap produk pangan yang mempunyai manfaat yang baik, mempunyai klaim gizi dan kesehatan, mengandung serat, rendah kalori, bersifat mengobati (Sibuea dkk., 2016). Sejalan dengan ini, pengembangan produk berperan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, karena dukungan penduduk adalah kunci utama. Keberadaan masyarakat lokal yang didukung dengan kepemimpinan, inovasi dan modal masyarakat menjadi komponen penting dalam membangun UMKM. Masyarakat lokal menjadi stakeholder esensial dalam mencapai pembangunan perekonomian berkelanjutan. Â Oleh karena itu, pengembangan ekonomi menjadi sektor pembangunan tak terpisahkan antara pembangunan masyarakat serta fasilitas pendukungnya. Saat pandemic Covid-19 menerpa, persaingan pasar sangat ketat dan disesuaikan dengan protokol kesehatan. Sebuah produk harus dikembangkan lebih inovatif agar disukai oleh masyarakat diikuti dengan variasi permintaan masyarakat dibandingkan dengan waktu sebelumnya. Berdasarkan hasil pengamatan, cara pemasaran produk yang paling efektif didesa simu adalah Pendekatan emosional, yaitu dengan cara pengenalan produk dari rumah kerumah. Komunikasi pemasaran terpadu dalam mengembangkan produk dapat mendorong para pemangku kepentingan untuk saling mendukung (Wang et al., 2009). Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan ekonomi tidak sekedar objek tapi juga subjek pembangunan, sebab produk diolah secara sistemik dan terpadu.
Metode Penelitian.
Metode pendekatan untuk pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat mencakup metode ceramah dan pelatihan. Metode ceramah dan pelatihan dilaksanakan pada kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui produk teh daun katuk. Melalui kegiatan sosialisasi diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pihak mitra. Tahapan pelaksanaan pengabdian masyarakat ini ada 3 tahap yaitu a) koordinasi dengan mitra, b) persiapan alat dan bahan sosialisasi, dan c) pelaksanaan kegiatan sosialisasi. Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini didukung oleh beberapa pihak Pemerintah Desa Simu melalui Majelis Ta'lim. Kegiatan ini akan mencapai keberhasilan dan kelancaran karena adanya kerja sama dengan pihak desa dan anak remaja, dimana sumber permasalahan diperoleh dari pihak desa dan anak remaja. Pelaksanaan ini bersifat pelatihan, dimana tim pelaksana pengabdian masyarakat dan mitra secara bersama-sama proaktif untuk terlibat dan ikut serta dalam kegiatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk pendampingan sosialisasi teh daun katuk. Pengumpulan data pada kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan melalui penilaian keterampilan peserta sesuai dengan rubric penilaian pada Tabel 1 dan Tabel 2. Penilaian dilakukan saat proses pelatihan berlangsung oleh tim pelaksana. Data akan dianalisis secara deskriptif terkait keterampilan peserta dalam membuat kerajinan tangan.
Tabel. indikato penilaian keterampilan Remaja
No.
KETERANGAN