Bagi orang Kerinci yang masih menggunakan dapur tradisional, daging kurban umumnya digantung di atas perapian (istilah Kerinci para-para atau paho).Â
Daging yang telah diasapi secara sempurna ini dapat bertahan hingga berbulan-bulan. Contohnya saja, daging yang diawetkan pada Idul Fitri kemarin, kami masih dapat mengolahnya pada hari raya Idul Adha. Biasanya daging kering tersebut digoreng kembali kemudian dimasak dengan sambal lado disertai dengan kentang goreng.
Ada lagi olahan daging kering atau bantai kering yang lebih tradisional. Daging kering tersebut dibakar di atas bara api sebentar kemudian digiling dengan kemiri, sedikit garam, dan cabe hingga bentuknya seperti abon. Kami menyebut olahan daging ini dengan "cabe bantai khing". Rasanya sangat enak  bila dimakan dengan lalapan sayur.
Selain dapat bertahan lebih lama, teknik pengasapan ini juga menghasilkan daging sapi dengan rasa yang lebih khas, serta dapat diolah kapan saja sesuai dengan keinginan kita. Tentu tidak akan enak lagi rasanya, bila mengonsumsi daging secara terus menerus seminggu ke depan karena ketersediaanya yang melimpah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H