Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Tale Naik Haji", Ungkapan Kesedihan dan Harapan bagi Calon Haji

7 Agustus 2019   21:49 Diperbarui: 8 Agustus 2019   17:22 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"hu Allah batu ji allah he yaho batu digumbak hu allah
"hu Allah batu taletak allah he yaho luwa mangkuto hu Allah
"hu Allah tujuh musim allah he yaho di lamun umbak hu allah
"hu Allah maksud atu allah he yaho ku Mekah jugo''

Terjemahan:

Batu Haji Batu bergombak
Batu terletak di luar Mahkota
Tujuh musim dilamun ombak
Maksud hati ke Mekkah jua

Begitulah bunyi sepenggalan pantun yang disenandungkan sanak keluarga para calon haji yang hendak berangkat ke tanah Suci. Susunan bait penuh makna diselingi senandung zikir ala Sufi di tiap penggal frasanya (lihat video di bawah). Susunan bait ini sambung menyambung bertalian sehingga disebut dengan istilah Tale.

Adapula yang mengatakan asal kata tale ini adalah "tahlil" karena di dalam senandung pantun selalu diselingi dengan pujian terhadap keesaan Allah. Oleh karena dinyanyikan dan ditujukan kepada sanak keluarga yang hendak naik haji makanya disebut pula sebagai Tale Naik Haji.



Tale Naik Haji adalah seni tradisi yang dilakukan oleh orang Kerinci di Jambi. Senandung yang dibunyikan tanpa musik, hanya mengandalkan suara yang dilantunkan sesuai dengan irama khas Kerinci secara bersama-sama.

Tiap-tiap dusun memiliki irama dan cengkok yang berbeda dalam melantunkan tale sesuai dengan tradisi yang diwariskan oleh pendahulu mereka. Alunan suara yang memilukan hati bagi para jamaah haji yang hendak meninggalkan kampung halaman dan sanak keluarganya.

Betapa tidak, bila menilik sejarah dan perjuangan naik haji orang-orang Kerinci di masa lalu sangat berat adanya. Di akhir abad ke-19 M, tercatat telah ada rombongan jamaah Haji asal Kerinci di Mekkah. Rombongan jamaah Haji asal Kerinci ini terpotret pula oleh Snouck Hugronje saat kunjungannya ke sana.

Dalam keterangan potret tersebut dinyataakan bahwa pemandu haji (Syaikh) yang ada di belakang para jamaah haji juga berasal dari negeri yang sama.

Hal ini menunjukkan bahwa di abad ke-19 tersebut telah ada orang-orang Kerinci yang berangkat ke Tanah Suci Mekkah bahkan di antaranya menetap di sana, menuntut ilmu agama dan kemudian berprofesi sebagai pemandu haji bagi kaum sebangsanya.

Orang-orang Kerinci yang hendak berangkat ke Tanah Suci bukanlah orang sembarangan. Mereka adalah orang-orang yang cukup secara finansial, sehat tubuh dan jiwanya, memiliki bekal ilmu agama yang lebih dari kebanyakan orang dan memiliki tekad yang kuat.

Apalagi Kerinci yang letaknya jauh di pedalaman Sumatra semakin menambah beratnya medan yang harus dilalui oleh para jamaah haji.

Ada dua jalur yang mereka ditempuh untuk menuju ke Tanah Suci di masa lalu. Pertama melalui perjalanan darat terlebih dahulu menuju ke Pantai Barat Sumatra (Padang) kemudian naik kapal menuju Batavia.

Dari sana mereka menuju Pulau Temasik (Singapura). Kedua, melewati darat menuju Sungai Batanghari, dari Batanghari mereka berperahu atau naik kapal kecil menuju Muara Sabak

Dari Muara Sabak mereka naik kapal menuju Singapura. Kemudian dari Singapuralah mereka bersama-sama Jamaah Haji dari seluruh wilayah Nusantara berangkat menuju negeri Judah (Jeddah kini).

Perjalanan mereka bukanlah perjalanan sehari dua hari, tetapi perjalanan yang berbulan-bulan. Jarang sekali perempuan Kerinci yang ikut berhaji mengingat beratnya medan yang dilalui itu.

Di antara mereka bahkan ada yang tidak pulang kembali ke Kerinci karena menetap di Mekkah, menetap di Semenanjung Malaya untuk mencari kehidupan baru atau bahkan wafat perjalanan.

Tentu saja, bagi kerabat yang ditinggalkan perjalanan ke Tanah Suci bukanlah perjalanan yang menggembirakan bagi mereka.

Akan tetapi, perjalanan yang mengundang kesedihan. Entah bertemu lagi entah tidak dengan kerabat mereka.

Meskipun sedih, mereka memaklumi bahwa perjalanan itu adalah perjalanan suci yang wajib dilaksanakan bagi muslim yang mampu sebagai rukun Islam ke-lima. Oleh sebab itu, senandung tale naik haji tak hanya berisi ungkapan kesedihan tetapi juga ungkapan do'a dan harapan:

"Lah tijurai sibungo pandan
Kembanglah pulo bungo inti
Mintak selamat kayo di jalan
Sampai pulo di tanah Suci"

Terjemahan:
Sudah terjurai bunga pandan,
kembang pula bunga inti,
minta selamatlah tuan dijalan,
sampai pula di Tanah Suci

Kini, perjalanan haji tidak sesulit yang dilakukan oleh para pendahulu kita. Perjalanan naik haji yang bisa ditempuh selama satu hari perjalanan dari berbagai embarkasi di Indonesia menuju Mekkah dengan menggunakan pesawat terbang. Perjalanan yang singkat itu bukan berarti pula ibadah haji lebih ringan dilakukan di masa sekarang.

Kemudahan transportasi menyebabkan meningkatnya jumlah jamaah haji hingga berjumlah jutaan orang sekarang. Jamaah Haji dari berbagai belahan dunia pada hari yang sama berkumpul di Mekkah untuk melaksanakan berbagai ritual.

Tentulah rangkaian ibadah yang mereka lakukan lebih sulit dibandingkan di masa lalu, mengingat kondisi Mekkah yang sangat padat. Tak lepas dari ingatan kita tragedi Mina yang menewaskan banyak jamaah Haji karena saling berdesakan saat melakukan ritual melontar jumrah.

Baik dulu maupun sekarang, perjalanan suci ini tetap menyisakan kesedihan bagi para sanak keluarga yang ditinggalkan. Itulah sebabnya, tale naik haji masih tetap lestari dan terus dilaksanakan tiap tahunnya menjelang keberangkatan ke Tanah Suci. Tale Naik Haji-pun telah ditetapkan sebagai salah satu warisan tradisi lisan orang-orang Kerinci.

"Tinggilah Puncak Gunung Kerinci
Tampak nan dari Kalimantan
Tuan sampai di Tanah Suci
Sampaikan salam kami yang tinggal"

Selamat melaksanakan rukun Haji bagi mereka yang kini berada di Tanah Suci!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun