Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tertolong Berkat JKN-KIS, Kisah Seorang Mahasiswa di Kala Sakit

22 Desember 2018   22:20 Diperbarui: 22 Desember 2018   23:05 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian, saya disuruh berbaring di kursi khusus yang biasanya ada di klinik-klinik gigi untuk diperiksa kembali. Dan ternyata memang benar, ada jaringan epulis di gusi saya. Dokter  kemudian bertanya lagi, "apakah jaringannya mau diangkat sekarang dek?", "tentu saja dok", jawab saya. Segeralah dokter itu melakukan tindakan medis.

Awalnya saya diberi bius lokal di sekitar jaringan epulis, kemudian jaringan epulis itu dipotong dan bekas lukanya dijahit. Setelah itu, saya diberi obat-obatan dan disarankan selama seminggu tidak boleh makan-makanan yang pedas dan minuman hangat karena dapat memperlambat kesembuhan luka gusi tersebut. Dan juga. saya disuruh agar datang kembali seminggu kemudian untuk diperiksa lagi dan diangkat benang jahitnya.

Alhamdulillah setelah proses itu semua, saya sudah sembuh total. Jaringan epulis dan maag tidak kambuh lagi. Dan yang sangat melegakan adalah saya tidak dikenakan biaya apapun saat itu dan saya sangat dimudahkan dalam berbagai hal selama proses pengobatan.

Semua itu berkat kartu JKN-KIS. Kebetulan ketika itu, saya masih menjadi tanggungan orangtua  yang berstatus PNS (dulu JKN-KIS khusus PNS) sehingga iuran bulanan JKN sudah dipotong dari gaji beliau secara otomatis. Coba bayangkan bila saya tidak memiliki  Kartu JKN-KIS, selain memikirkan kesembuhan, saya juga harus memikirkan biaya berobat, sementara saya jauh dari orangtua. Pasti sangat ribet dan "berabe" urusannya, kata orang Betawi.

Banyak yang mengeluh bahwa ikut JKN-KIS berarti harus mengantri lebih lama di rumah sakit. Bagi saya, mengantri itu tak hanya di rumah sakit loh ya, di mana-mana kita harus mengantri jika memang anyak orang yang harus dilayani saat itu.  Apalagi di rumah sakit, yang harus melayani ratusan pasien tiap harinya. Oleh karenanya, kita harus memiliki kesabaran ekstra. Untuk mengantisipasi antrian yang cukup lama, sebaiknya kita datang lebih awal atau minta ditemani oleh kerabat atau teman terdekat jika memang kondisi tubuh kita sedang lemah.

Bercermin dari kejadian di atas, saya sadar bahwa sakit bisa datang kapan saja. Waktunya tak terprediksi sama sekali. Kata orang, bila ingin sehat hiduplah dengan pola teratur.

Pernyataan ini di satu sisi bisa benar dan di satu sisi juga bisa salah.  Seperti yang menimpa saya, saya tidak dapat menahan tumbuhnya gigi bungsu yang mengakibatkan timbulnya jaringan epulis di gusi. Proses alamiah itu, tak dapat dihindari dengan pola hidup yang teratur. Oleh karena kedatangannya yang tak terprediksi itulah, kita wajib mempunyai JKN-KIS. Kita tak perlu mengkhawatirkan lagi soal biaya jika penyakit datang tiba-tiba. Akhir tulisan, bila sakit datang menyerang, kartu sakti JKN segera tunjukkan! 

Salam sehat!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun