Sepenggal sabda dari Rasulullah yang melekat dalam ingatan saya adalah "ingat lima perkara sebelum lima perkara" dan satu di antara lima perkara itu adalah "sehat sebelum sakit". Ya, nabi-pun telah mengingatkan  bahwa tidak selalu manusia dalam kondisi bugar, sehat dan fit, adakalanya diuji dengan musibah sakit.  Oleh karena itu, pastilah kita semua pernah merasakan sakit tersebut, seringan-ringannya sakit karena dicubit, "kejedot" pintu dan lain sebagainya. Namun, ada kalanya kita diuji dengan sakit yang agak berat sehingga perlu diobati ke puskesmas atau ke rumah sakit.
Saya sendiri pernah merasakan hal tersebut beberapa tahun yang lalu saat saya masih berstatus mahasiswa strata satu. Sebagai seorang mahasiswa, sudah barang tentu saya ingin  selalu dalam kondisi sehat dan fit. Apalagi saya yang sedang menempuh semester akhir di mana skripsi tengah digarap. Namun sakit memang tak dapat diprediksi kedatangannya. Justru banyak mahasiswa--tidak hanya saya-- yang jatuh sakit ketika di semester akhir.Â
Tekanan psikologis "diuber-uber" deadline ketemu dosen, ditambah pola makan yang tidak teratur menyebabkan tubuh lebih mudah terjangkit penyakit dan itu lah yang menimpanya saya. Â Pada suatu waktu saya tumbang, karena penyakit maag yang kambuh.Â
Serangan penyakit itu seolah datang bertubi-tubi. Tak hanya penyakit maag, ternyata gigi bungsu saya juga sedang tumbuh dan hal tersebut sungguh sangat menyakitkan karena bagian gusi yang terluka membengkak dan infeksi. Apalagi ketika itu, saya jauh dari kampung halaman, jauh dari orangtua dan kerabat dengan kondisi keuangan yang menipis. Itu semua semakin menambah sakit yang saya derita. Namun untunglah, ada kartu JKN-KIS yang menolong saya.
Dengan tekad yang kuat untuk segera sembuh, saya pergi ke puskesmas terdekat dengan menunjukkan kartu JKN-KIS tersebut. Â Tidak begitu lama diantrian, saya segera dipanggil dan diperiksa oleh dokter yang sedang bertugas.
Setelah diperiksa, saya didiagnosa terkena maag akibat mengalami stress dan pola makan yang tidak teratur. Begitu pula dengan gusi saya yang sedang bengkak dan infeksi diakibatkan oleh gigi bungsu yang sedang tumbuh. Namun yang sangat mengejutkan saya, ternyata terdapat jaringan tumor jinak  yang disebut epulis di bagian gusi sebagai dampak lain dari tumbuhnya gigi bungsu tersebut.Â
Saya kemudian diberi beberapa obat-obatan secara gratis, dan dokter menyarankan saya untuk kembali ke puskesmas setelah bengkak pada gusi menghilang. Katanya, ia akan membuat rujukan ke rumah sakit untuk saya agar jaringan epulis itu segera diangkat. Hal ini karena, di puskesmas tidak tersedia layanan untuk tindakan bedah.Â
Selang beberapa hari kemudian, penyakit maag saya sudah sembuh dan bengkak di gusi sudah menghilang. Segera saya kembali ke puskesmas tersebut. Tak perlu waktu lama, surat rujukan saya sudah selesai dibuat dan hari itu juga saya menuju ke rumah sakit yang ditunjuk.Â
Awalnya saya kira urusan bagi pemilik kartu JKN-KIS di rumah sakit cukup ribet, tetapi prasangka saya keliru. Layanannya tidak ribet sama sekali, cuma memang  diperlukan kesabaran yang lebih. Soalnya di rumah sakit banyak sekali pasien yang menggunakan kartu JKN-KIS sehingga antriannya cukup panjang dan lama. Namun demikian, kita mesti sadar diri bahwa tidak hanya kita yang harus dilayani, banyak pasien JKN-KIS lain yang kondisinya mungkin lebih parah dan segera mendapatkan tindakan medis. Tidak mengapa kita berkorban waktu menunggu sedikit lebih lama, "nyambi-nyambi" menuai pahala.
Setelah saya mengurus administrasi sesuai prosedur umum (berkasnya terdiri dari ktp, kk, dan surat rujukan), saya menunggu untuk dipanggil kembali oleh petugas. Kalau tidak salah saat itu saya mendapat nomor antrian ke-38. Kurang lebih satu jam saya menunggu sambil duduk manis di ruang ber-ac ditemani "gadget" dan sesekali menoleh ke televisi.Â
Tak terasa, nama saya sudah dipanggil kembali. Saya diberi beberapa berkas dan kemudian disuruh menuju bagian klinik gigi dan mulut sambil ditunjukkan arah ruangannya oleh petugas. Untung saja, di bagian klinik gigi dan mulut tak banyak orang yang mengantri. Hanya ada dua orang pasien yang sedang menunggu di depan. Setelah beberapa puluh menit, nama saya panggil oleh perawat, "Pak Hafiful!?", panggilnya. Dengan segera saya masuk ke dalam ruangan dan kemudian ditanya keluhannya oleh sang dokter gigi. Saya bilang bahwa ada epulis yang tumbuh di gusi bagian belakang dan  sudah diperiksa di Puskesmas seminggu yang lalu.Â