Dalam level profesional di dunia PR terjadi 'fenomena lintas disiplin'. Praktisi humas tidak selalu berlatar belakang ilmu komunikasi. Disiplin ilmu yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi dan berevolusi menjadi bidang pengetahuan baru. Maka kebutuhan edukasi pengetahuan dan keterampilan dasar kehumasan menjadi semakin tidak terelakan untuk memberikan standar pelayanan yang sesuai industri. Bahkan kini dituntut adanya sertifikasi profesi PR yang uji kompetensinya berdasarkan portfolio real kegiatan yang pernah dikerjakan.
PR di seluruh bagian dari Pelindo III Group mencapai sekitar 50 orang dan bertugas menyebar di berbagai lini usaha dan wilayah kerja. Karenanya dipandang perlu untuk mengadakan kegiatan pertemuan bersama secara berkala yang disebut Sarasehan Humas.Â
Dalam praktiknya, selainnya diisi dengan berbagai pelatihan ketrampilan seperti PR writing, fotografi, atau kelak tentang social media handling, acara tersebut juga penting untuk menjadi ajang 'curhat' bagi PR di luar kantor pusat yang lebih sering menjadi pelaksana dari kegiatan-kegiatan PR korporat. Ilmu pelaksanaan kegiatan (event organizing) dan keprotokoleran lebih efektif dipelajari dengan sistem sharing session atau coaching dengan figur yang berpengalaman.
-
Relasi
Reputasi tentunya sudah tidak terbantahkan lagi menjadi benteng utama yang dijaga humas agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Tantangan utamanya yaitu reputasi tidak bisa dikontrol sepenuhnya oleh humas. Karena reputasi adalah jumlah total dari apa yang orang lain pikirkan atas apapun yang perusahaan kita lakukan. Persepsi pasar terhadap perusahaa  adalah realitas perusahaan. Media massa (dan media sosial) merupakan kanal penting untuk membangun reputasi perusahaan. Karenanya media relations menjadi bagian dari tugas humas yang sangat berharga, apalagi saat terjadi krisis.
Inti dari media relations ialah membangun kesepahaman antara perusahaan dengan redaksi media massa. Dengan memahami cara kerja media di era banjir informasi seperti sekarang ini, maka prinsip utama media releations ialah mempermudah kerja jurnalis.Â
Di antaranya yaitu mudah diwawancarai, proaktif menyediakan data operasional dan visual (foto atau video), berdiskusi untuk alternatif angle berita. Semua hal tersebut dilaksanakan dengan pemahaman relasi yang setara dan simbiosis mutualisme dengan wartawan. Kredibilitas humas membuat wartawan segan dan menjalin hubungan kerja yang profesional. Kredibilitas itulah yang menjadi modal penting saat berimproviasi dalam memenangkan kesempatan publisitas di media massa.Â
Pengalaman penulis, pada suatu kali ada media arus utama di Indonesia yang tidak dapat hadir pada suatu acara peresmian sebuah proyek penting perusahaan. Acara diadakan mendadak dan di luar kota. Akhirnya mengontak reporter setempat dari media tersebut. Kemudian ditawarkan untuk bisa wawancara langsung dengan CEO via telepon.Â
Kemudian usai wawancara, reporter tersebut menegaskan bahwa ia tidak bisa menjanjikan bahwa beritanya akan 'naik'. Namun penulis menjawab dengan diplomatis sama tegasnya bahwa, "Pelindo III juga tidak pernah meminta, mewajibkan, atau menanyakan kapan terpublikasinya berita tentang kegiatan perusahaan. Karena tugas humas kami selesai setelah membantu tugas peliputan wartawan". Beberapa jam berselang, berita tentang acara tersebut pun terbit di online platform media tersebut.
Relasi lain yang juga tak kalah penting untuk dibangun ialah konsolidasi kerja kehumasan dengan rekan seprofesi, mulai dari humas di lingkungan institusi pemerintahan, humas perusahaan BUMN dan swasta. Biasanya dengan mengadakan kegiatan bersama, baik lokakarya maupun temu wicara, antarasosiasi humas, misalnya Bakohumas, Perhumas, FH BUMN/BUMD. Pengetahuan lintas industri, koneksi ke industri lain, hingga cerita inspiratif best practice bisa didapatkan pada ajang silaturahmi rekan seprofesi.
KESIMPULAN