"Apa maumu?", tanyanya kembali kepada sosok putih itu. Â
"Aku hanya ditugaskan menemanimu, sampai keputusan tentangmu diumumkan".
Kali ini, jawabannya agak panjang.
"Keputusan? Keputusan apa? Apa salahku? Aku ingin segera pulang, banyak yang harus kukerjakan!"
Bentaknya pada sosok putih tadi.
Tanpa menghiraukannya, sosok putih tadi kemudian menjentikkan jari, memadamkan lampu ruangan tersebut. Kemudian memutar sofa yang Ia duduki, lalu menunjuk ke arah dinding di depan mereka, lantas sebuah hologram raksasa bak layar tancap muncul di hadapan mereka. Layar itu terbagi menjadi tiga. Di sebelah kiri, menampilkan foto dan identitas dirinya. Lengkap mulai dari nama, usia, tanggal lahir, hingga riwayat hidupnya.
 Layar di sebelah kanan, bertindak layaknya bedside monitor di ruang ICU, menampilkan parameter tanda-tanda vitalnya seperti detak jantung, tekanan darah, saturasi oksigen, dan laju pernapasan. Sedangkan, layar utama di hadapannya yang berukuran sedikit lebih besar dari dua layar di sampingnya, memutar video beresolusi tinggi, layaknya layar bioskop ternama di kota.
"Lihat ke sana" Ucapnya tegas.
"Siapa itu?" tanyanya pada sosok putih itu.
"Itu dirimu saat ini. Saat sedang berjalan pulang, Kau terjatuh di trotoar, tak jauh dari kantor pos, di seberang toko buku langgananmu", jawab sosok tadi.
"Aku? Lalu mengapa aku di sini?Apa yang sebenarnya terjadi? Ia kembali bertanya dengan nada suara meninggi dan sedikit panik.