Mohon tunggu...
Hafidz Arrizki
Hafidz Arrizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pelajar, pembaca, dan seorang petualang yang senantiasa haus dengan ilmu dan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ruang Tunggu Kematian

28 November 2024   11:48 Diperbarui: 28 November 2024   11:56 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gurun lembah kematian (Sumber: Rebecca/Pixabay)

"Apa maumu?", tanyanya kembali kepada sosok putih itu.  

"Aku hanya ditugaskan menemanimu, sampai keputusan tentangmu diumumkan".

Kali ini, jawabannya agak panjang.

"Keputusan? Keputusan apa? Apa salahku? Aku ingin segera pulang, banyak yang harus kukerjakan!"

Bentaknya pada sosok putih tadi.

Tanpa menghiraukannya, sosok putih tadi kemudian menjentikkan jari, memadamkan lampu ruangan tersebut. Kemudian memutar sofa yang Ia duduki, lalu menunjuk ke arah dinding di depan mereka, lantas sebuah hologram raksasa bak layar tancap muncul di hadapan mereka. Layar itu terbagi menjadi tiga. Di sebelah kiri, menampilkan foto dan identitas dirinya. Lengkap mulai dari nama, usia, tanggal lahir, hingga riwayat hidupnya.

 Layar di sebelah kanan, bertindak layaknya bedside monitor di ruang ICU, menampilkan parameter tanda-tanda vitalnya seperti detak jantung, tekanan darah, saturasi oksigen, dan laju pernapasan. Sedangkan, layar utama di hadapannya yang berukuran sedikit lebih besar dari dua layar di sampingnya, memutar video beresolusi tinggi, layaknya layar bioskop ternama di kota.

"Lihat ke sana" Ucapnya tegas.

"Siapa itu?" tanyanya pada sosok putih itu.

"Itu dirimu saat ini. Saat sedang berjalan pulang, Kau terjatuh di trotoar, tak jauh dari kantor pos, di seberang toko buku langgananmu", jawab sosok tadi.

"Aku? Lalu mengapa aku di sini?Apa yang sebenarnya terjadi? Ia kembali bertanya dengan nada suara meninggi dan sedikit panik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun