Mohon tunggu...
Hadenn
Hadenn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Football and Others

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Aquinas: Gagasan tentang Tuhan

27 April 2024   16:47 Diperbarui: 27 April 2024   16:52 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Archbishop Fisher: St Thomas Aquinas and Vocations | Cradio 

Bagaimanapun, ingat ini cuma langkah pertama. Selanjutnya, dan sama penting dengan langkah dari filosofi adalah kritik evaluasi. Sebagai filsuf, kalau ada suatu celah di mana argumen kita bercelah, sudah menjadi keharusan untuk kembali mencoba dan menggali kembali mengapa. 

Harus dikatakan satu hal, semua argumen sudah disebutkan tidak terlihat membangun keberadaan Tuhan, bahkan ketika semua argumen benar. 

Dari sana tidak terlihat Aquinas mencoba menyentuh kita secara personal--menggambarkan Tuhan maha Pengasih yang banyak disembah, justru beliau meninggalkan kita dengan konsep penggerak--bergerak, penyebab---sebab, yang mana konsep ini terlalu jauh dari Tuhan dalam tradisi Ibrahim, Ishaq, dan Yakub. 

Tuhan yang merasakan emosi, memedulikan hamba, dan menjawab doa.

Secara sederhana, pembenaran Aquinas dianggap terlalu jauh dari Tuhan yang sebenarnya dipercayai oleh para teish, sehingga semua argumen ini tidak membantu dari segi apapun. Namun, bagaimana dengan politeisme, kepercayaan akan banyak Tuhan? Karena Aquinas tidak menghapus kemungkinan tentang politeisme.

Semua pengamatan seperti ini tak terbantahkan membuat beberapa filsuf merasa tak nyaman dengan kesimpulan akhir Aquinas. Namun, ada dua celah dari argumen milik Aquinas, seperti manusia biasa beliau tak bisa menghindari salah.

Harus dikatakan Aquinas salah tentang keyakinan bahwa tidak boleh ada regresi tak hingga untuk apa pun. Dengan menganggap setiap objek bergerak, atau sebab dan akibat memiliki titik awal dari semua atau makhluk kontingen yang diciptakan. Namun, masih tidak jelas apakah ini semua benar atau salah, atau mengapa harus benar.

Seumpama regresi tak hingga dapat terjadi, maka dua argumen pertama akan runtuh.

Dari sini dengan berat hati harus kita cukupkan, pasti melelahkan bukan membahas sesuatu yang tak bisa dijangkau. Meski demikian, kita harus ingat, bisa menerima kesimpulan, tetapi menolak sebuah argumen. Jadi, kalian boleh setuju dengan keberadaan Tuhan, tetapi bisa berpikir semua argumen di dalam sana tidak membuktikan apapun. 

Terpenting dari semua, ketika kalian tidak setuju dengan suatu argumen, kalian tidak bisa cuma mengatakan "yah, kamu salah".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun