Mohon tunggu...
Hafidatus Sadiyah
Hafidatus Sadiyah Mohon Tunggu... Guru - Panggil saja dihe

Mahasiswi UIN Malang Pendidikan Bahasa Arab 2019

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Review Buku "Menuju Pemikiran Filsafat"

9 Februari 2020   08:26 Diperbarui: 9 Februari 2020   08:36 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama : Hafidatus Sa'diyah

NIM: 19150045

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

REVIEW BUKU MENUJU PEMIKIRAN FILSAFAT

 

IDENTITAS BUKU

Judul Buku           : Menuju Pemikiran Filsafat

Penulis                  :Muhammad In'am E

Penerbit               : UIN-Maliki Pres

Cetakan                :  Cetakan 1 2010

Cetakan 2 2015

Cetakan 3 2016

Jumlah Halaman : 144 Halaman

PENDAHULUAN

Sebuah buku karya salah satu dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yakni Ustadz Muhammad In'am Esha merupakan buku yang membahas dasar-dasar untuk kita mempelajari filsafat. Yang ditujukan untuk mahasiswa yang baru mempelajari filsafat

HASIL REVIEW BUKU

Bab 1 membahas tentang Kuasa dan Hasrat Pengetahuan. Ada sedikit maqoolah "Siapa yang menguasai pengetahuan,maka ia akan menguasai dunia". Manusia sebagai makhluk yang diciptakan secara sempurna oleh Sang Khaliq. Kekuasaan ini umumnya didasarkan atas kepemilikan sumber-sumber yang memiliki nilai seperti uang,status, dan pengetahuan. Jika kita berbicara mengenai manusia dan hasrat berpengetahuan, pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dibenak kita ialah bagaimana memperoleh pengetahuan, bagaimana manusia berpengetahuan.

Jauh sebelum manusia diciptakan, manusia telah dikukuhkan sebagai khalifah dibumi. Tentu saja manusia memiliki keistimewaan dibandingkan dengan makhlk Allah lainnya. Manusia dianugerahi kelebihan dan dibekali kemampuan. Bekal inilah yang kemudian kita kenal dengan "fitrah"

Allah telah membekali manusia dengan beragam alat pengetahuan yaitu : indera,akal, dan hati. Ketiga alat itu merupakan modal dasar yang sangat penting bagi manusia dan memungkinkannya untuk mendapatkan pengetahuan. Akan tetapi, untuk memperluas pengetahuan yang mana awalnya bersifat statis menuju dinamis, maka kita harus memerlukan daya pendorong, yaitu keinginan tahu. Dari sini jelas bahwa kemungkinan manusia untuk mendapatkan pengetahuan adalah sangat besar. 

Kemudian pembahasan mengenai islam dan hasrat pengetahuan. Jika kita merujuk pada sejarah filsafat tentang ilmu, maka hal yang sering muncul pertama kali ialah penjelasan kemungkinan manusia mendapatkan ilmu pengetahuan. Manusia seringkali memunculkan pertanyaan karena mereka ingin mengetahui,memiliki keingintahuan yang sangat besar,untuk kepuasan akan hal yang dipertanyakan. Pengetahuan akan memberikan kebahagiaan hidup.

Ajaran Islam pun menegaskan bahwa sangat mungkin manusia untuk memperoleh pengetahua yang benar. Islam sangat menekankan pada umatnya untuk mengembangkan pengetahuan. Karena dengan ilmu pengetahuan, manusia akan menjadi orang yang berilmu, dan Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Kesimpulan dari pemaparan diatas yakni manusia dibekali dengan potensi untuk berpengetahuan yang berupa alat-alat pengetahuan, yang mana alat-alat tersebut tidak akan berfungsi jika tidak dibarengi dengan keinginan untuk mengetahui.

Selain manusia memiliki hasrat untuk mengetahui, manusia juga memiliki hasrat untuk berkuasa (the will to power). Selanjutnya, dalam perspektif Islam, manusia untuk berkuasa yang ditopang dengan kemampuan untuk berpengetahuan bukannya tanpa tujuan.. kekuasaan yan didapatkan manusia harus diniatkan untuk mencapai ridha Allah. Maka dari itu pengetahuan dan kekuasaan harus didasari dengan keimanan.

Bab 2 yakni filsafat dan pemenuhan hasrat pengetahuan manusia.

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa manusia dibekali dengan rasa ingin tahu. Inilah yang menjadikan kehidupan manusia menjadi dinamis. Manusia ada kalanya dalam memuaskan hasrat ingin tahunya cukup dengan pengetahuan yang bersifat indrawi. Tetapi ada kalanya, pengetahuan yang bersifat indrawi tersebut tidak dapat membuat manusia puas akan rasa ingin tahunya.

Manusia ingin tahu secara lebih mendalam. Bahkan,manusia seringkali suka mempertanyakn hal-hal yang ada diluar pengalam empiris. Pada pembahasan kali ini ialah filsafat sebagai salah satu modus manusia untuk memuaskan rasa ingin tahunya.

Filasafat, apa itu sebenarnya ? pertanyaan demikian telah diajukan sejak lebih dari dua puluh abad yang lalu.berbagai jawaban telah disuguhkan sebagai upaya untuk menjelaskan apakah sesungguhnya filsafat, namun dalam kenyataanya tidak ada jawaban yang memuaskan semua orang.

Bakan,semakin banyaknya jawaban, membuat orang semakin bingung untuk memahami filsafat. sebaiknya, bagi seorang pemula yang baru mempelajari filsafat, tidak perlu mempersoalkan hal ini. Namun, ada baiknya juga untuk menambah wawasan, kita mengetahui berbagai macam pendapat ahli mengenai filsafat.

Kata filsafat merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yakni falsafah, dalam bahasa Yunani berasal dari kata philosophia, yang mana memiliki arti "cinta kepada kebijaksanaan". Bijaksana berarti "mengerti dengan mendalam". Filsafat dengan demikian juga memiliki arti "ingin mengerti dengan mendalam".

Filsafat sebagai modus berpengetahuan yakni kita berlabuh terlebih dahulu pada contoh  ada seorang anak yang setelah melihat mobil,ia bertanya kepada ayahnya bagaimana mobil itu bisa berjalan. Contoh tersebut memberikan sebuah penjelasan bahwa dengan hanya melihat atau pengetahuan yang bersifat indrawi, manusia masih ingin mengetahui lebih jauh,ingin tahu lebih lanjut. Hal ini wajar, karenapada kenyataannya manusia dibekali rasa ingin tahu yang sangat besar.

Hal ini yang mendorong manusia memiliki pengetahuan yang luas. Dari sini para ahli membagi pengetahuan dalam beberapa kategori. Kategori tersebut terbagi menjadi empat kategori yakni pengetahuan indrawi, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan agama. Dari empat jenis pengetahuan yangdimiliki manusia, tidak ada yang lebih unggul dari yang lainnya.

Akan tetapi dengan empat pengetahuan yang dimilikinya, maka akan semakin menyempurnakan spektrum pengetahuan yang harus dimiliki dalam mengarungi kehidupannya di dunia ini. Adakalanya permasalahan yang dihadapi manusia hanya diselesaikan dengan pengetahuan indrawi. Tapi tidak selamnya, adakalanya kkita menyelesaikannya dengan filsafat, agama dan wahyu.

Pada bab tiga yakni transmisi filsafat dalam tradisi Islam. Dari judulnya kita sudah memahami seolah-olah filsafat bukan tradisi islam. Dari yang kita ketahui bahwa filsafat merupakan tradisi dari Yunani. Tetapi, apakah benar didalam tradisi Islam tidak ada "hal" yang saat ini disebut sebagai filsafat? jika kita sepakat dengan esensi filsafat adalah berpikir dengan ciri khas tertentu, maka sesungguhnya hal itu telah berkembang dalam Islam. Oleh karena itu, jika kita berpatok pada kata transmisi, maka filsafat merupakan disiplim ilmu yang telah berkembang pada saat itu dalam tradisi Yunani.

Untuk mengembangkan intelektual umat Islam, yntuk tumbuh dan berkembang lebih maju , maka umat Islam mengasimilasi pengetahuan tersebut. Adanya fenomena adopsi, adaptasi, dan kreasi ini dalam bentuk realitas historis telah meniscayakan umat Islam untuk tidak asal mencomot tradisi pemikiran lain, tetapi juga harus kreatif yang mampu memberikan corak pada kebudayaan Islam. Berkembangnya filsafat sebagai sebuah tradisi berpikir, secara embrionik telah ditelusuri keberadaannya sejka Islam pada masa Nabi Muhammad.

Alquran sangat menganjurkan untuk berpola hidup intelektual serta menggunakan bentuk-bentuk  rasionalitas tertentu.  Meskipun filsafat islam terpengaruh dari pemikiran Yunani, bukan berarto filsafat dalam Islam adalah pengulangan pemikiran filsafat sebelumnya. Hal ini dikarenakan filsafat dalam Islam berdasarkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah, dan terdapat masalah-masalah khas yang merupakan karya asli dari para filsuf Islam.setelah kita mengupas apa itu filsafat, maka berikut kita membahas menganai ciri-ciri berpikir filsafati.

Untuk memudahkan pemahaman, maka digunakan ilustrasi berupa pohon filsafat. Yakni yang terdiri dari akar, batang, cabang, daun,dan buah. Akar digunakan sebagai sebuah ilustrasi tentang hal yang paling mendasar atau tolok ukur orang berfilsafat. Sedangkan batang sebagai sebuah ilustrasi untuk menjelaskan tentang pokok bahasan utama yang didalamnya melahirkan sub baba tau cabang-cabang pohon,dan dari cabang-cabang itulah terdapat ranting yang mengambarkan sub-sub pembahasan.

Sedangkan buah sebagai hasil dari berfilsafat yakni kebenaran dan manfaat praktisinya. Akar juga mengantarkan manusia untuk berfilsafat. Yang mengantarkan manusia untuk  berfilsafat yakni ketakjuban, ketidakpuasan,hasrat bertanya, dan keraguan. Setelah terdorong oleh empat hal tersebut maka tidak akan memperoleh hasil jika tidak ditindaklanjuti.

Maka diperlukan cabang dan batang. Cabang menunjukkan sebuah symbol bahwa dalam proses berpikir tentu ada hal yang menjadi inti pembahasan yang disimbolkan dengan ranting. Setalah menemukan inti yang ingin dikupas, nakan dihasilkan sebuah inti atau ilustrasinya adalah buah. Buah inilah yang dinanti-nantikan kehadirannya karena terdapat manfaat didalamnya. Setelah kita mengetahui pohon filsafat, maka bagian ini secara khusus membahas cabang-cabang filsafat yang terdiri dari Metafisika, Epistemologi, dan Aksiologi.

Metafisika berasal dari Bahasa Yunani yakni ta meta ta physika (sesudah fisika),istilah ini merupakan nudul yang diberikan Andronikos terhadap empat belas karya aristoteles yang ditempatkan sesudah fisika. Sedangkan menurut seorang ahli, yakni Dardiri, pengertian metafisika dapat dipahami dalm bebarapa pengertian yakni usaha untuk memperoleh penjelasan yang benar tentang kenyataan. Fungsi dari metafika yakni untuk memahami hakikat relitas, sebagai dasar pengetahuan. Metafisika terbagi menjadi dua yakni metadisika umum dan khusus. Selanjutnya ialah epistemogi.

Yakni kata, pikiran, percakapan tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Epistemogi juga dikenal dengan beberapa nama yakni kriteologi, ktitika pengetahuan, gnoseologia, dan logika material..fungsi dari mempelajari epistemologi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sebenarnya dalam kehidupan kita sehari-sehari telah menggunakan epistemologi dalam arti yang seluas-luasnya.

Fungsi yang pertama sebagai landasan bagi tindakan manusia dalam kehidupan sehari-sehari. Kedua sebagai dasar bagi pengembangan kerifan dalam berpengetahuan. Hal ini karena epistemologi merupakan investigasi tentang sumber, struktur, dan metode pengetahuan. Epistemologi mendorong manusia untuk memiliki wawasan yang majemuk dan oleh karenanya diharapkan akan melakukan pengembangan akan kearifan masyarakat dalam berpengetahuan. Ketiga, sebagai penghubung untuk mengetahui variasi kebenaran pengetahuan. Karena pengetahuan itu beragam, tentu validitas kebenarannya juga bersifat plural.

Epistimologi juga membahas beberapa persoalan penting seperti objek pengetahuan manusia,klasifikasi pengetahuan, hingga ukuran kadar pengetahuan manusia. Objek pengetahuan terbagi atas objek yang empiris, ideal, dan transenden. Sedangkan sumber pengetahuan manusia ada emat yakni pengalaman inderawi, rasio, hati, dan kabar shadiq atau wahyu.

Pembagian pengetahuan  dibedakan dalam banyak pendekatan. Yang pertama dari cara memperolehnya ada pengetahuan yang hudluri dan dari kepentingannya ada dominatif,deskriptif, dan emansipatoris. Terkait dengan kadar ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi mutlak, nisbi, dan relative. Hakikatnya "derajat" pengetahuan yang didapat manusia hanya pada dua level yakni nisbi dan relatif.

Selanjutnya yakni Aksiologi. Aksiologi berasal dari bahsa Yunani yakni Axios dan logos. Axios memiliki arti nilai dan  logos  memiliki arti ilmu, penalaran, atau teori. Secara bahasa dapat dipahami bahwa sebagai teori tentang nilai atau rasionalitas nilai. Secara istilah, aksiologi dipahami sebagai cabang filsafat yang membahas persoalan nilai..tidak lain, aksiologi adalah the theory of values. Aksiologi membahas tentang mengapa sesuatu itu dikatakan baik/buruk dan indah/tidak indah(jelek/buruk).

Nilai pada hakikatnya adalah sebuah kualitas. Dan kualitas dibedakan menjadi tiga. Yang pertama kulaitas primer, kenudian sekunder, dan yang terakhir ialah tersier. Selain nilai, yang tidak dapat dipisahkan yakni etika dan estetika. Etika berarti kelakuan atau tingkah laku yang baik. Sedangkan estetika berarti pencerapan inderawi. Estetika dalam cabang filsafat mempersoalkan masalah seni. Pembahasan keduanya sangat luas, pembahasan keduanya berdiri sendiri-sendiri.

Terakhir, penilaian saya terhadap buku ini ialah, jika bagi pemula yang mempelajari filsafat, buku ini cukup ringna untuk dibaca, walaupun ada istila-istilah yang kuramg saya pahami. Tetapi secara keseluruhan sudah membuka pikiran untuk mengetahi lebih dalam mengenai filsafat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun