Mohon tunggu...
Hafidah Esa Anggraini
Hafidah Esa Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Sosiologi, Universitas Negeri Jakarta 2021

Mahasiswa S1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta, 2021.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Sosiologi Kebudayaan Terhadap Pengaruh Musik K-Pop pada Identitas Remaja

9 Juni 2024   20:23 Diperbarui: 9 Juni 2024   20:40 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @nct_dream

Pendahuluan: K-Pop dan popularitasnya di kalangan remaja 

Korean Pop atau yang disebut K-Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Musik K-Pop, memiliki akar yang dapat ditelusuri kembali ke era 1990-an dengan debut grup seperti Seo Taiji and Boys yang memperkenalkan unsur-unsur musik Barat ke dalam musik Korea (Russell 2014). Gelombang budaya Korea ini mulai menyebar secara global pada awal 2000-an dengan munculnya grup seperti H.O.T dan S.E.S, yang kemudian diikuti oleh generasi kedua dengan bintang-bintang seperti Super Junior, dan Girls' Generation. 

Lalu K-Pop menjadi lebih terkenal secara global hingga saat ini, setelah muncul berbagai grup baru seperti BTS, EXO, NCT, serta Blackpink yang mendapatkan pengakuan lebih besar di seluruh dunia dan berdampak pada budaya populer di banyak negara. K-Pop tidak hanya menghadirkan musik dengan melodi yang menarik dan koreografi yang mengesankan, tetapi juga membentuk tren fashion, gaya hidup, bahkan bahasa di hati penggemarnya. Remaja merupakan kelompok usia yang paling aktif dan mudah terpengaruh dan merupakan konsumen utama K-Pop. Tingginya popularitas K-Pop di kalangan remaja terlihat dari kehadiran mereka di konser, keterlibatan dalam komunitas penggemar, dan partisipasi dalam berbagai acara terkait. 

Namun, dibalik popularitas dan euforia tersebut, muncul pertanyaan penting bagaimana K-Pop mempengaruhi identitas remaja. Identitas remaja merupakan aspek penting dalam perkembangan psikososial individu. Pada masa ini, remaja seringkali mencari jati dirinya dan mencoba berbagai peran untuk menemukan jati dirinya. Musik K-Pop dengan berbagai unsur budaya yang dibawakannya dapat mempengaruhi cara remaja memandang dirinya dan lingkungan sosialnya. Budaya sendiri adalah tindakan sebuah gagasan yang dibuat atau diciptakan sebuah gagasan yang dibuat atau diciptakan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat untuk menciptakan pola perilaku, bahasa, organisasi sosial, religi, seni dan lain-lain. Maka dari itu kebudayaan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sistem ide dalam kehidupan masyarakat (Detikedu. 2021). Pertanyaannya, sejauh mana kontribusi musik K-Pop terhadap pembentukan identitas remaja? Apakah dampak-dampak ini positif, negatif, atau bahkan kontradiktif?

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh musik K-Pop terhadap identitas remaja melalui perspektif teori interaksionisme simbolik. Dengan menganalisis struktur budaya K-Pop dan penerimaan remaja terhadapnya, penelitian ini akan memberikan wawasan mendalam tentang pengaruh budaya populer pada pembentukan identitas. Penelitian ini penting dalam menjelaskan hubungan antara budaya populer dan identitas sosial dalam studi sosiologi kebudayaan.

Analisis dengan perspektif teori interaksionisme simbolik

Identitas remaja adalah konsep penting dalam psikologi perkembangan dan sosiologi. Dalam konteks sosiologi, identitas remaja tidak hanya dipandang sebagai pencarian jati diri secara individual, tetapi juga sebagai proses interaksi sosial yang kompleks. Proses pembentukan identitas melibatkan eksplorasi berbagai peran dan integrasi aspek-aspek personal serta sosial. Musik dan media populer memainkan peran penting dalam proses ini, memberikan remaja alat untuk bereksperimen dengan identitas dan ekspresi diri mereka. K-Pop, dengan segala kompleksitas dan variasinya, menyediakan sumber identitas alternatif dan ruang bagi remaja untuk mengekspresikan diri. 

Dalam perspektif sosiologi, identitas remaja juga dipengaruhi oleh interaksi sosial dan struktur sosial. Teori interaksionisme simbolik, yang dikembangkan oleh George Herbert Mead dan Herbert Blumer, menekankan pentingnya interaksi sosial dalam pembentukan identitas. Menurut teori ini, identitas dibentuk melalui proses interpretasi dan definisi yang dilakukan oleh individu dalam interaksi sosial sehari-hari (Mead 1934; Blumer 1969). 

Selain itu, Pierre Bourdieu menekankan bahwa identitas juga dipengaruhi oleh modal sosial, budaya, dan ekonomi yang dimiliki individu. Dalam konteks K-Pop, remaja dapat menggunakan konsumsi musik dan budaya populer sebagai cara untuk mengakumulasi modal budaya dan membentuk identitas sosial mereka (Bourdieu 1984). Dalam hal ini interaksi sosial terjadi melalui pertukaran simbol-simbol, seperti bahasa, lirik lagu, gaya berpakaian, tarian, dan visual estetika yang diadopsi oleh remaja untuk mengekspresikan identitas mereka. 

Keterlibatan komunitas penggemar berperan penting dalam membentuk identitas diri yang sejalan dengan nilai-nilai dan norma yang mereka serap dari budaya populer ini. Contohnya, partisipasi dalam kegiatan cover dance, konsumsi konten K-Pop, serta interaksi remaja dengan simbol-simbol yang dihadirkan oleh budaya K-Pop.

Analisis konten media: Representasi identitas dalam musik K-Pop

Analisis konten media adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan menganalisis pola, tema, dan representasi yang terdapat dalam media. Dalam konteks musik K-Pop, analisis konten dapat membantu memahami bagaimana identitas direpresentasikan melalui lirik, video musik, dan citra artis K-Pop.

1. Lirik lagu. Sering kali lirik K-Pop mengangkat tema yang berkaitan dengan keinginan, perjuangan, cinta, dan persahabatan. Banyak lagu K-Pop yang menyampaikan pesan-pesan positif seperti kerja keras, dan impian. Melalui representasi tersebut, remaja dapat mengidentifikasi dirinya dan mengembangkan identitasnya melalui simbol-simbol.

2. Video musik. Video musik K-Pop dikenal dengan penggunaan estetika visual dan koreografi yang menarik. Visualisasi ini sering kali menciptakan gambaran yang ideal yang dapat mempengaruhi persepsi remaja tentang identitas dan kecantikan. Visual-visual ini juga memiliki peran penting dalam membentuk identitas kolektif di antara penggemar yang saling berbagi apresiasi terhadap keindahan dalam budaya pop Korea.

3. Citra artis K-Pop. Artis K-Pop sering dijadikan simbol identitas bagi penggemar. Mereka terkenal tidak hanya karena bakat musik, tetapi juga kepribadian dan gaya hidup yang mereka tunjukkan melalui media sebagai panutan, idola K-Pop sering memengaruhi penggemar untuk meniru beberapa aspek dari kehidupan dan penampilan mereka. Sebagai contoh, RM dari BTS terkenal karena kecerdasannya dan pandangan filosofisnya, sementara Lisa dari Blackpink dikenal karena keahlian menarinya dan kepribadian yang ceria. Citra-citra ini memberikan model identitas bagi remaja yang dapat mereka adopsi dan sesuaikan dengan identitas pribadi mereka.


Relevansi teori interaksionisme simbolik dalam analisis

Teori interaksionisme simbolik memiliki relevansi yang kuat dalam analisis tentang pengaruh K-Pop terhadap identitas remaja. Teori ini menekankan pentingnya interaksi sosial dalam membentuk identitas individu, di mana individu tidak hanya secara pasif menerima, tetapi juga secara aktif terlibat dalam memberikan interpretasi pada simbol-simbol yang mereka konsumsi. Dalam konteks K-Pop, remaja tidak hanya mengonsumsi konten tersebut, tetapi juga berinteraksi dengan simbol-simbol yang dihadirkan dalam lirik lagu, video musik, dan citra artis K-Pop.

Teori ini menekankan bahwa identitas remaja tidak hanya dipengaruhi oleh simbol-simbol yang diberikan oleh budaya populer, tetapi juga melalui interaksi sosial yang kompleks antara remaja dan konten media K-Pop. Remaja menggunakan konsumsi musik dan budaya populer sebagai cara untuk membentuk dan mengekspresikan identitas sosial mereka. Mereka berpartisipasi dalam konstruksi identitas mereka melalui interpretasi, diskusi, dan praktik-praktik sosial di dalam komunitas penggemar.

Dalam konteks analisis konten media, teori interaksionisme simbolik juga memperkuat pemahaman bahwa representasi identitas dalam lirik lagu, video musik, dan citra artis K-Pop dipengaruhi oleh pertukaran simbol-simbol yang terjadi melalui interaksi sosial. Para remaja menggunakan simbol-simbol ini untuk mengekspresikan identitas mereka dan membentuk identitas kolektif di antara penggemar K-Pop. Dengan demikian, teori interaksionisme simbolik membantu dalam memahami kompleksitas interaksi sosial dan pengaruh budaya populer dalam pembentukan identitas remaja, serta menyoroti pentingnya konteks sosial dalam proses ini.

Kesimpulan

K-Pop telah menjadi fenomena global yang mempengaruhi budaya remaja secara luas. Meskipun memberikan hiburan, popularitas K-Pop menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap identitas remaja. Penelitian ini menggunakan teori interaksionisme simbolik untuk memahami pengaruh K-Pop terhadap identitas remaja. Dengan melihat bagaimana budaya K-Pop membentuk identitas remaja melalui interaksi sosial sehari-hari, kita dapat memahami kompleksitas hubungan antara musik dan identitas remaja. Partisipasi dalam komunitas penggemar juga penting, di mana remaja berinteraksi dengan simbol-simbol budaya K-Pop untuk membentuk identitas mereka. Analisis konten media juga menyoroti bagaimana representasi dalam musik K-Pop mempengaruhi persepsi remaja tentang identitas. Dengan demikian, penelitian ini menekankan pentingnya memahami peran budaya populer dalam membentuk identitas remaja dalam era digital.

Daftar Pustaka

Blumer, Herbert. Symbolic Interactionism: Perspective and Method. University of California Press, 1969.

Bourdieu, Pierre. Distinction:A Social Critique of the Judgement of Taste. Harvard University Press, 1984.

Detikedu. (2021). "5 Pengertian Budaya Menurut Para Ahli". 

Mead, George Herbert. Mind, Self, and Society. University of Chicago Press, 1934.

Russell, Mark James. K-Pop Now! The Korean Music Revolution. Tuttle Publishing, 2014.

Wida Kurniasih. 2003. Pengertian Kebudayaan. (Online)(.gramedia.com)

Witantra Rifqi Auziq, Nania Ayu Lestari, Chindy Septianingrum. (2023). Pengaruh Budaya K-Pop Pada Remaja Di Surabaya . Seminar Nasional Universitas Negeri Surabaya 2023. Hal  631-642. file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/841-Article%20Text-3100-1-10-20231107.pdf

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun