Pendahuluan: K-Pop dan popularitasnya di kalangan remajaÂ
Korean Pop atau yang disebut K-Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Musik K-Pop, memiliki akar yang dapat ditelusuri kembali ke era 1990-an dengan debut grup seperti Seo Taiji and Boys yang memperkenalkan unsur-unsur musik Barat ke dalam musik Korea (Russell 2014). Gelombang budaya Korea ini mulai menyebar secara global pada awal 2000-an dengan munculnya grup seperti H.O.T dan S.E.S, yang kemudian diikuti oleh generasi kedua dengan bintang-bintang seperti Super Junior, dan Girls' Generation.Â
Lalu K-Pop menjadi lebih terkenal secara global hingga saat ini, setelah muncul berbagai grup baru seperti BTS, EXO, NCT, serta Blackpink yang mendapatkan pengakuan lebih besar di seluruh dunia dan berdampak pada budaya populer di banyak negara. K-Pop tidak hanya menghadirkan musik dengan melodi yang menarik dan koreografi yang mengesankan, tetapi juga membentuk tren fashion, gaya hidup, bahkan bahasa di hati penggemarnya. Remaja merupakan kelompok usia yang paling aktif dan mudah terpengaruh dan merupakan konsumen utama K-Pop. Tingginya popularitas K-Pop di kalangan remaja terlihat dari kehadiran mereka di konser, keterlibatan dalam komunitas penggemar, dan partisipasi dalam berbagai acara terkait.Â
Namun, dibalik popularitas dan euforia tersebut, muncul pertanyaan penting bagaimana K-Pop mempengaruhi identitas remaja. Identitas remaja merupakan aspek penting dalam perkembangan psikososial individu. Pada masa ini, remaja seringkali mencari jati dirinya dan mencoba berbagai peran untuk menemukan jati dirinya. Musik K-Pop dengan berbagai unsur budaya yang dibawakannya dapat mempengaruhi cara remaja memandang dirinya dan lingkungan sosialnya. Budaya sendiri adalah tindakan sebuah gagasan yang dibuat atau diciptakan sebuah gagasan yang dibuat atau diciptakan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat untuk menciptakan pola perilaku, bahasa, organisasi sosial, religi, seni dan lain-lain. Maka dari itu kebudayaan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sistem ide dalam kehidupan masyarakat (Detikedu. 2021). Pertanyaannya, sejauh mana kontribusi musik K-Pop terhadap pembentukan identitas remaja? Apakah dampak-dampak ini positif, negatif, atau bahkan kontradiktif?
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh musik K-Pop terhadap identitas remaja melalui perspektif teori interaksionisme simbolik. Dengan menganalisis struktur budaya K-Pop dan penerimaan remaja terhadapnya, penelitian ini akan memberikan wawasan mendalam tentang pengaruh budaya populer pada pembentukan identitas. Penelitian ini penting dalam menjelaskan hubungan antara budaya populer dan identitas sosial dalam studi sosiologi kebudayaan.
Analisis dengan perspektif teori interaksionisme simbolik
Identitas remaja adalah konsep penting dalam psikologi perkembangan dan sosiologi. Dalam konteks sosiologi, identitas remaja tidak hanya dipandang sebagai pencarian jati diri secara individual, tetapi juga sebagai proses interaksi sosial yang kompleks. Proses pembentukan identitas melibatkan eksplorasi berbagai peran dan integrasi aspek-aspek personal serta sosial. Musik dan media populer memainkan peran penting dalam proses ini, memberikan remaja alat untuk bereksperimen dengan identitas dan ekspresi diri mereka. K-Pop, dengan segala kompleksitas dan variasinya, menyediakan sumber identitas alternatif dan ruang bagi remaja untuk mengekspresikan diri.Â
Dalam perspektif sosiologi, identitas remaja juga dipengaruhi oleh interaksi sosial dan struktur sosial. Teori interaksionisme simbolik, yang dikembangkan oleh George Herbert Mead dan Herbert Blumer, menekankan pentingnya interaksi sosial dalam pembentukan identitas. Menurut teori ini, identitas dibentuk melalui proses interpretasi dan definisi yang dilakukan oleh individu dalam interaksi sosial sehari-hari (Mead 1934; Blumer 1969).Â
Selain itu, Pierre Bourdieu menekankan bahwa identitas juga dipengaruhi oleh modal sosial, budaya, dan ekonomi yang dimiliki individu. Dalam konteks K-Pop, remaja dapat menggunakan konsumsi musik dan budaya populer sebagai cara untuk mengakumulasi modal budaya dan membentuk identitas sosial mereka (Bourdieu 1984). Dalam hal ini interaksi sosial terjadi melalui pertukaran simbol-simbol, seperti bahasa, lirik lagu, gaya berpakaian, tarian, dan visual estetika yang diadopsi oleh remaja untuk mengekspresikan identitas mereka.Â
Keterlibatan komunitas penggemar berperan penting dalam membentuk identitas diri yang sejalan dengan nilai-nilai dan norma yang mereka serap dari budaya populer ini. Contohnya, partisipasi dalam kegiatan cover dance, konsumsi konten K-Pop, serta interaksi remaja dengan simbol-simbol yang dihadirkan oleh budaya K-Pop.