Â
Â
Â
Kicau burung pertanda pagi
menyapa dengan segar
Sinar mentari, masuk dari sisi - sisi ruang yang tak tertutupi
Â
Aku masih sama, menyapa pagiku
Dengan senyumanmu
Air segar saja tak cukup
Gairahku karena kudapati dirimu
Di lorong - lorong rindu
Ruang rindu, semakin menggema
Â
Tahukah kau bagaiman ruang itu ?
Putih,sepi, hanya kursi
Yang menjadi objectÂ
Â
Kursi hitam
Hanya aku yang mampu menempatinya
Dan tawaku akan datang
Â
Mulutku terbuka lebar
Â
Mata menyipit
Â
Aku pergi ke dunia tawa kita
Dunia ketenangan kita
Â
Motor ku pacu, dan jemarimu mengenggam jaketku
Tak perlu memakai helm, karena kenyamananku kepadamu
Aku senang memperhatikan  senyummu
Kerutan wajahmu, mata yang berkantung
Â
Wangi tubuhmu selalu ku hirup sekencang - kencangnya
Hingga menjadi candu bagiku
Â
Lambat laun kesedihan
Â
Dan otot menegang
Dan aku pergi
Menikmati dirimu dan dirinya,
Â
Tertawa bersama rintik - rintik hujan
Memeluk. Dan aku menunggu
Melihat bekas jejak kaki kalian
Ketika langit kembali cerah
Â
Dan rasa rinduku semakin tenggelam
Berharap engkau disini
Tapi tak bisa sayang
Karena hanya aku yang bisa menghuni ruang rindu ini
Menempati kursi hitam ini
Â
Dan pagiku semakin tinggi
Aku berjalan di kehidupanku untukku
Bersemangatlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H