Aku meraih ujung tepian atap dan melakukan salto belakang yang sempurna.
Sret, sesuatu menyentuh sepatuku, trak, benda itu menancap. Denki sudah berdiri tepat di bagian puncak pagoda, ia memanfaatkan gerakanku untuk memeloloskan kunainya.perlahan ia meraih obor, dan mengangkatnya tinggi-tingg, sebelum akhirnya meletakkan kobaran api kedalam tumpukan arang, api tahun baru menyala, pertandingan usai.
Aku menggeser pintu kamar mandi, sembari menghembuskan napas penuh uap, aku baru saja selesai mandi, yang lain sudah terlelap setelah kembali kekamar sedang aku mengambil pelajaran tambahan kaligrafi tulisan Shijiki Kuno. Aku menggeser pintu tempat tidur, kamar masih berantakan, sensei memang tidak pernah mengecek kamar kami kecuali siang.
Aku menarik selimut di samping Kerlin, gadis itu juga sudah tidur dengan beberapa helai rambutnya jatuh menutupi sedikit wajahnya. Entah kenapa ia terlihat manis, dan sekaligus terlihat mirip dengan sensei. Aku teringat buku silsilah tadi, wajar jika mirip sepertinya.
Baru sekian detik memejamkan mata, langkah pelan terdengar dari luar kamar, sebuah siluet tercetap sedang berjalan di dining kertas, sosoknya yang gelap memiliki mata yang bersinar biru gelap. Perlahan tangan itu menggeser pintu Shoji.
Ia memakai kimono hitam, dan menenteng pedang yang lebih gelap dari malam. Seluruh karakteristik sempurna milik sensei, tapi sebagaian dari wajah itu, bagian yang diterangi cahaya biru. Bersisik biru prismarine, sama seperti Drake.
Itu sensei?
Bersambung....
*saya membuka kolom saran, bila ada cerpen atau ada saran lanjutan cerita diatas bisa di tulis di kolom komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H