Mohon tunggu...
Muhammad Hadziq Averroes
Muhammad Hadziq Averroes Mohon Tunggu... Lainnya - Santri SMPIT/Pondok Pesantren Insan Madani Banjarmasin

Tertarik menulis ketika berumur 9 tahun dan terus belajar menulis lebih baik. Pada usia 11 tahun menerbitkan sebuah novel sederhana "Play Armada".

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Warrior's Path 4

28 Agustus 2024   06:56 Diperbarui: 28 Agustus 2024   06:58 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Aku tersenyum kecil, menendang ventilasi itu agar masuk kedalam ruang bawah tanah. Kemudian menyusul masuk, inilah gudang bawah tanah satu-satunya Kensi-Dojo. Aku meraih obor, kemudian meletakkan bubuk cahaya dan membakarnya.

 Tempat ini terasa hapak dan berdebu, seolah tak pernah terjamah sejuta tahun lamanya. Aku berjalan menyusuri rak-rak kayu tuanya, memerhatikan perkamen dan buku-buku tua yang dipenuhi debu atau sarang laba-laba.

Mataku menemukan benda yang kucari-cari, kotak kayu berisi benda-benda informasi Drake. Kemarin aku hanya sempat mengambil satu tabung, hari ini dokumen lain telah kusiapkan, tinggal dibawa dan dipelajari. Ruangan itu sepi dan temaram, cahaya dari obor mengungkap satu set samurai dan dua pedang Daisho di sisinya, bersamaan dengan setelah ninja beserta pedang ninjatonya yang mengilap.

Ketika mengambil kotak itu, mataku menangkap ukiran di kusen pintu disisi rak, gagangnya bergembok esar, tapi ukirannya yang menarik. Naga bersayap empat yang membukakan mulutnya pada seseorang yang membelakangi gambar, tubuhnya diukir sebuah pahatan nama, menggunakan huruf Shijiki Kuno.

Konsentrasiku pecah ketika mendengar langkah tepat di atas kepala. "seh" aku mendeis panik, cepat berlari ke ventilasi, melempar kotak terlebih dahulu kelubang itu dan melompat.

Tapi kakiku tersandung tumpukan buku dan terjatuh, tumpukan itu juga yang meredam jatuhnya ventilasi, sebuah buku silsilah terbuka disamping ku, menunjuk dua nama yang terpaut akar keluarga tak terlalu jauh, dua nama yang kukenal.

Aku akhirnya kembali memanjat lubang setelah melemparkan lempengan ventilasi keluar.

"Mara" seseorang memanggil namaku, telapaknya menawarkan bantuan, itu menarikku naik.

"Kia?" sebutku, terkejut dengan kehadirannya.

 "a... apa yang, kau lakukan disini" kalimatku terpotong ditengah.

"yah, Aku mendengar suara mu jatuh" jawabnya santai seolah tidak terjadi apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun