Mohon tunggu...
Muhammad Hadziq Averroes
Muhammad Hadziq Averroes Mohon Tunggu... Lainnya - Santri SMPIT/Pondok Pesantren Insan Madani Banjarmasin

Tertarik menulis ketika berumur 9 tahun dan terus belajar menulis lebih baik. Pada usia 11 tahun menerbitkan sebuah novel sederhana "Play Armada".

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Terminal Rasa

21 Juli 2024   15:34 Diperbarui: 21 Juli 2024   15:48 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petir selanjutnya, menampilkan hal lain yang lebih mengerikan. Sosok-sosok yang mengapung di atas kolam dengan bagian tubuh yang tak lengkap, di dekatnya pun ada sosok yang hitam dengan sisik di tubuhnya yang mengkilap. Pun ada juga duri-duri yang terkembang di punggung. Di tangan sosok itu yang mendekat pada mulutnya memegang sesuatu, seperti sedang makan. Saat sosok itu menjauhkan tangannya, terlihat apa yang sedang dia makan. Tengkorak berlumur darah.

Sosok itu mengeluarkan suara mengecap sambil menjilati bibirnya yang masih tersisa darah. Sosok itu menoleh tiba-tiba kepada pemancing yang memehatikannya, memperlihatkan matanya yang berwarna merah menyala. Sosok itu berdiri, dia berlari kearah pemancing itu. Si pemancing bisa saja pergi, tapi tubuhnya bagai di semen tebal. Hanya giginya yang gemeretak ke takutan. Sosok bersisik itu sudah berada tepat di depannya, tingginya lebih dari 2 meter. Sosok itu mengluarkan suara mengecap, dan dalam waktu sekian detik, cakarnya sudah terhujam kedalam perut pemancing hingga tembus di punggungnya. Pemancing itu sudah mati, tubuhnya terkulai hingga jatuh ke tanah.

Besoknya, tubuh pemancing malang itu di temukan bersimbah darah dengan perut yang menganga lebar. Segala isi perut terbuncah ke tanah, warga tak berani menyentuhnya, dan menyerahkan masalahnya pada pihak berwajib. Tujuh hari berselang, hasil keluar. Bahwa kasus ini tak memenuhi segala golongan, bila kasus penyerangan maka seharusnya terlihat sayatan kasar di tubuh korban. Bila pembunuhan, maka senjata apa yang digunakan pelaku hingga bisa membuat sebuah luka yang sangat besar di tubuhnya. Bila menggunakan peledak, maka seharusnya terlihat bekas ledakan di sekitar tubuh, bilapun di hapus atau di kubur maka akan ada saksi dari warga sekitar yang mendengar ledakan itu, karena tak mungkin ada ledakan yang menghasilkan lubang sebesar itu jika tak mengeluarkan suara.

Malam ke-8.

Saat itu serobongan pemuda yang sedang membuat rekaman mengenai kisah-kisah horor yang terjadi Terminal Rasa, di menit-menit pertama video yang di unggah keesokan harinya. Hanya menampilkan perjalanan kelompok permuda menuju Terminal Rasa menggunakan motor, malam itu gelap dan dingin, angin sesekali berembus pelan.

Memasuki menit ke-7, gerbang Terminal Rasa mulai tertangkap oleh cahaya senter mereka. Tidak hanya gerbang, kaki sosok bersisik agak kehijauan pun terlihat, kedua tangannya terkepal di samping tubuh, hanya bagian pinggang ke atas yang masih terselubung gelap. Mata sosok itu berwarna merah menyala, menatap tajam kearah mereka. Lalu terdengar suara lirih dari sosok itu, suara yang sangat lirih hingga hampir tak terdengar, tapi terdengar menakutkan. "jangan mendekat" ujarnya singkat.

Plash. Plash. Plash.

Tepat setelah kalimat itu keluar dari mulut sosok bersisik hijau. Suara yang berturut-turut muncul di permukaan air, saat pemuda-pemuda itu mengarahkan senter dan kamera kearah irigasi yang berada di depan Terminal Rasa. Ikan-ikan berlompatan dari atas air, cepat dan dalam waktu yang bersamaan. Setelah beberapa saat, ikan-ikan itu kembali turun ke dalam air. Kamera kembali mengarah ke tempat sosok itu sebelumnya, sosok bersisik kehijauan itu sudah menghilang. Setelah derdiskusi pemuda-pemuda yang pantang takut itu akhirnya kembali berjalan dan masuk ke dalam RM itu.

Memasuki menit ke-34, seluruh tempat Terminal Rasa sudah ditelusuri, setiap kamar, setiap gazebo dan setiap bagian mereka telusuri. Penelusuran itu pun di selingi dengan beberapa kejadian horor, seperti TV lama yang menyala dan memperlihatkan wajah gelap dengan senyum yang menakut, bermata merah dan memperlihat gigi putih di antara bibirnya. "cepat pergi" begitulah kata sosok itu di TV. Awalnya si perekam ketakutan, tapi dia merasa kalau itu pasti temannya yang iseng. Dia melihat ke balik TV untuk melepaskan stopkontak-nya. Tapi jelas sekali dia lihat dengan mata kepalanya sendiri, benda itu sudah terlepas jauh. Ketakutan itu semakain menjadi. Dia kabur keluar rumah sambil berteriak ketakutan, sosok di TV itu pun melirik kesamping, kearah pemuda yang kabur itu. Sesampainya di luar, teman-temannya sudah terkapar di dekat pintu gerbang. Sosok bersisik itu pun menoleh padanya dan berkata lagi "aku sudah peringatkan" dia berjalan mendekat. Pemuda itu berlari, tak mengindahkan kata-kata sosok itu. Saat dirinya sudah melewati sosok itu, kerah bajunya di tarik. Wajahnya menoleh, sosok bersisik itu sudah sangat dekat dengan dirinya, mata merahnya terlihat sangat menusuk. Sosok itu pun meletakkan telunjuknya di mulut pemuda yang tak bisa bergerak karena takut. "shuuut" kata sosok itu pelan. "jangan pernah katakan kepada siapapun. Atau" sosok itu menunjuk kepada teman-teman pemuda yang sudah terkapar dengan luka yang menakutkan. Pemuda itu mengangguk patah-patah, lalu dia belari pergi.

Besoknya, dia mengingkari janjinya kepada sosok itu. Dia mengunggah rekamannya itu di media sosial, dan tepat setelah itu. Sosok bersisik kehijauan itu sudah berdiri di sampingnya, "b.... bagaimana kau tahu" kata pemuda itu gemetaran. "kau pembohong" kata sosok itu sambil menghujamkan cakarnya yang panjang ke perut.

Ya, secara gari besar begitulah cerita horor yang baru pertama kali kudengar dari nenekku. Diriku bergetar ketakutan, tapi ada sebagian dari diriku yang terkesan bahwa beliau memiki nyali yang luarbiasa untuk menciptakan cerita horor itu. "baiklah, selamat tidur cucuku Mervin" ujar beliau sambil berjalan keluar. Aku memasukkan tubuhku ke bawah selimut, masih ingat ku saat beliau datang. Awalnya tak kukenali karena wajah beliau yang masih asing untukku, setelah beliau menjelaskan asal beliau yang dari Inggris, aku pun hampir terkejut karena memiliki keluarga dari luar negeri. Aku mempersilakan beliau masuk. Karena orangtuaku sedang keluar, kami makan malam berdua, setelah makan beliau bercerita sebelum tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun