Golden Revolver eps 4.
Langkah itu tenang dengan hati berdebar, menapaki tangga naik yang sudah di susurinya, pandangan melewati lubang topeng. Sang legenda di pegangnya pada tangan kanan, kilau emas memantul pada tubuh dan wajah. "serangan" kata Erlab membayang pada pikirannya. Hari ini, adalah saat menyelesaikan misi wasiat yang lama padam. Sejak legendaberda di tangan, api jadi kobaran dendam. Sejak "ada ganjil" mulai dalam tubuhnya. Tidak lepas kewaspadaannya.
Dor.
Sekali bagian magazine dikosong, itu tembakan kedua. Langkahnya terpacu, tersembunyi oleh belasan langkah lainnya, berat dan keras, banyak dan sembarangan. Kor sudah berdiri di depan pitnu bergantung gembok pengaman ganda, dari sela-sela kelokan di depan terlihat banyak orang berlarian dengan rompi tempur, gelas dan kaca pecah bersahutan-sahutan dengan ngilu, beberapa kali tembakan meletus. Langkah si pria tenang, mulai cepat melewati WC. Dengan sebuah lompatan, menjatuh seorang penyusup diatas beling-beling tajam. Setidaknya ada 23 orang menatap dirinya. Masing-masing memegang sepucuk pistol Glock, beberapa bersama sebilah pisau 30cm.
"tunggu" seseorangberseu, semuanya diam termasuk Kor. Dari sekian orang, seseorang berkulit gelap degan baju merah muncul. Tatapannya ganas, mental kuat dari caranya berjalan dan seruannya. "aku tahu ada orang disini" kata dia dengan langkah lebar. "pengguna Mittikal apapun harus di....." masih dilanjutkannya, semakin dekat. "selesai!" ujung lubang pistol tinggal sejengkal dari dahi Kor. "kolega ayah" kata pria bertopeng emas itu, semua menjadi senyap.
"kolega" si kulit gelap mendengus, dia terlihat berpengalaman. "siapa pantas di panggil kolega, jika dia menggunakan orang lain untuk diri sendiri" tendangannya deras menembus udara, Kor menangkis menjuahkan pistol dari arah dahi, dengan paksa mengosongkan magazine lawan untuk membuat untuk membuat jatuh penyusup di belakangnya, gerakan cekat Kor menyepak mantan kolega ayahnya. Tidak jatuh, hanya terhuyung. Sepekan kedua mengincar pinggang, ditangkis sempurna, revolver lain meletup dari Kor pula. Menyerempet paha sikulit gelap. Ada sedikiterangan
Kor melompat kebelakang untuk mengalungkan sebelah lengan dan menjatuhkan seorang penyusup, lalu meretakkan termpurung lututnya. , terbingkai strategi sepersekian detikdi kepala si pria, ada satu penghakiman yangtepat untuk misi wasiat ini. Masih ada sekitar dua puluh orang harus dilumpuhkan sebelum saatnya tiba. Kor melepaskan peluru kedua, menjatuhkan lawan ketiga.
Penyusup-penyusup itu menjauhkan ketua, sebagian lagi menyerbu bertodong pisau. Tusuk kearah kepala dihindari Kor, menyapu dari arah bawah, penyusup terhuyung sebelum rahangnya ditendang dengan keras. Sorot mata Kor tenang , ada 18 orang lagi masih berdiri , detik demi detik terasa lambat, serangan-serangan ganas mengicar rahang, timah  sesekali saja meletup dibanding pukulan langsung, delapan sudah tumbang dengan luka memar, sisanya beberapa penyusup dengan pisau dan pemegang Glock.
DOR.
Benda sekian millimeter mendesing di dekat wajah emas yang datar sedikit mengerut. Bahan yang kuat menahan tebasan perang sekaligus. Emas, mineral di bawah tekan bumi, mengilap silau terkenan cahaya, bisa lebih kokoh daripada besi, topeng Kor terbuat dari emas murni 25 karat setebal setengah sentimeter, itu adalah adalah topengyang konon dibuat ketika pertama kali emas ditemukan, dimodifikasi entah oleh siapa ratusan kali, bagai sebuah tropy. Langkah lebar bergerak bersama pukulan hampir membuat retak rahang.
Kor sengaja menajtuhkan tubuh kesamping, tumitnya naik menysul. Peluru lain melesat, meleset jauh. Si pria memegang pergelengan penembak peluru itu, dan membidikkannya ke penyusup sambil meletupkan timah-timah. Setidaknya lima peluru habis, mengosongkan magazine, selanjutnya mengalungkan lengan, telapak tangan menekan belakang kepala. Gerakan membanting dengan rahang lebih dulu mengenai lantai. Tersisa 5 penyusup bersama mantan kolega.
Anehnya dari gelagat , kelima orang itu terlihat terlatih, berbadan besar dengan otot bertonjolan, rompi anti peluru lebih menutupi dan juga kokoh, rompi sebelumnya standar, menahan serangan tapi tetap membuat pingsan. Kor tahu lawannya lebih kuat, tapi untuk wasiat tidak masalah. "waktunya" desis si pria, golongan dua Mittikal dalam tubuhnyamenderas dalam pembuluh darah, muncul sosok hampir transparan berwarna kebiruan, menyerang dalam langkah lebar.
Sesuatu berputar cpat, jleb. Menancap pada bahu salah satu orangbesar itu. Sedikit erang sebelum dilepas paksa, sebuah pisau dapur dari arah dapur pula. Disana ada kepulan asap hitam tebal, dari sana terdengar langkah kaki, banyak lebih dari dua. Seorang gadis keluar, "Addes" bisik Kor, muncul lagi yang sama persis. "Mittikal" "cih" mantan kolega meludah kelantai, dia lalu berdiri mencabut pisau dipinggangnya. Dari dalam asap keluar lagi Erlan bersama Mittikalnya. Ada lima bantuan tiruan sekarang, untuk satu lawan, darah bertumpahan.
DAK.
Kor terkapar, berdiri dan mengambil kuda-kuda, targetnya kini berada di depan mata. "Bocah atau yang kubilang Kor" kata target itu, tersenyum bengis, pakaian merfahnya seperti mengucapkan kemarahannya. "seharusnya hanya aku pemilik Mittikal, semua ini adalahuang bisnis keringatku, ayahmu kubayar untuk membuat penelitian, tapi pelanggaran berat dilayangkan. Pengkhianat!" teriaknya, semenatar pertarungan berkecamuk di belakang mereka. "aku tahu apa isi wasiat itu. Sebaba itulah kau target, beserta pengguna Mittikal" lanjutnya.
Kor hanya diam, ekspresi datar dari topengnya menyimpan misteri. "wasiat tetatplah wasiat. Mantan kolega ayah" jawab Kor., perlahan tangannya mengisi 6 bilik kosong dalam magazine. Ada suara klek kecil. "harus terpenuhi"" dua kali suara memekakkan dengan langkah kecil Kor, kedua orang itu meningkatkan kecepatan bersamaan. Kor melompat
BUGH.
Tendangan pria itu melesat, mengenai mantan kolega, terjatuh, langsung berdiri, mencekik Kor dan menjatuhkannya, dan melayangkan tendangan, tendangan lain mengarah ke kepala. Kor berdiri menghindar, mengarahkan revolver, simantan kolega mengankat kakinya naik denganmemaksa mendorong pelatuk, timah terbuang kelangit-langit, lalu ia menendang dengan lutut.
Kor sedikit mengerang, meletakkan telapak tangan ke wajah lawan, menyepak tumit, terjatuh badan itu. Mantan kolega membalik badannya akan duduk, Kor menendang perut, lalu menyepak perut, berbalik lagi menghadap keatas, memilih menendang dari bawah. Tapi siku Kor lebih dulu mengincarnya, masih dialihkan untuk menusuk perut.
Mantan kolega memontahkan darahdari mulutnya, menyembur cipratan kewajah Kor, terasa peris di tenggorokan. Tangannya cepat menyusup kebaik kepala Kor, menarik pengait topeng emas itu hingga putus. Kor berdiri, mencegah benda berharga itu jatuh kelantai. Mantan kolega berdiri lalu melompat mundur., menciptakan jeda sebentar, napas mereka saling terengah.
Dengan pelan Kor memasukkan topeng dalam jubahnya. "Semua ini hanya menghabiskan waktu" kata mantan kolega, dia mendengus, menyapu darah dengan tangan memegang pisau, hatinya hampir bungkam ketika melihat serangan demi  serangan dari lawannya. Sekarang dia serius menerjang cepat. Kor mengangkat revolver biasa, peluru meletup, meleset beberapa senti dari kulit wajah, mantan kolega orang berbaju merah itu, melesat, menusuk bagian perut.
Kor terhunyung mundur darah mengalir dari sana. Si pria mengaduh pelan, mencekik lawannya lalu menjatuhkan, dia menindih dengan lutut, menahan gerak, dengan cekatan mencabut golden revolven, melekatkannya di dahi, hening.
"bunuh Kor"pekik lawannya. "ha ha ha aku sudah tahu isi wasiat, itu. Aku kalah Kor" " hening lagi, kecuali bunyi pukulan-pukulan. "kukira kau bisa diajak bekerja sama karena kaupengguna Mittikal, ternyata tidak. Selelsaikan saja misi wasiat ini" pintanya, napas yang terengah seperti sudah menyerah. "tidak" jawab Kor tegas. "kenapa?"sia pria mulai berdiri menjauhkan mocong sang legenda dari lawannya. "daripada mengisi kegagalan, lebih baik meratapi kemenangan"
"orang terdekat, bukanlah orang yang selalu benar. Ayahku memintan membalaskan dengan darah, seolah itu dendam. Kurasa itu tak ada artinya saja. Pergilah!" Kor berdiri tegap, mantan kolega terdiam. "kematian bukanlah permintaan" lanjutk Kor, akhinya bergeraklah si orang berbaju merah itu bersama banyak penyusup siuman. Mereka pergi keluar setelah ketua mereka menjelaskan singkat, memberi titah, yang masih pingsan di papah. Luka-luka ditutup dengan cepat, tidak ada korban jiwa. Semua keluar menyisakanrumah yang berantakan, dan tatap tidak percaya dari Erlan dan Addes. Kor kembali ke kamar.
Besok, semuanya dibersihkan, menghilangkan segala sisa-sisa pertarungan. Mereka bertiga berjalan-jalan ditaman umum dikala hari mulai senja. "sudah selesai wasiatnya Kor?" Tanya Erlan tersenyum. "ya, selesai" hening sedikit, mereka bertiga adalah darah terakhir yang memiliki kekuatan senjata termutakhir. "seseorang bisa menjadi lebih baik ketika diberi kesempatan sekali lagi. Dan. Kematian cukup sekali"
                                GOLDEN REVOLVER EPS 4
                                   MENANDAI AKHIR.
    Â
                                        TAMAT.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI