Mohon tunggu...
Muhammad Hadziq Averroes
Muhammad Hadziq Averroes Mohon Tunggu... Lainnya - Santri SMPIT/Pondok Pesantren Insan Madani Banjarmasin

Tertarik menulis ketika berumur 9 tahun dan terus belajar menulis lebih baik. Pada usia 11 tahun menerbitkan sebuah novel sederhana "Play Armada".

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Golden Revolver (Bagian IV)

8 Februari 2024   12:14 Diperbarui: 8 Februari 2024   12:17 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Golden Revolver eps 4.

Langkah itu tenang dengan hati berdebar, menapaki tangga naik yang sudah di susurinya, pandangan melewati lubang topeng. Sang legenda di pegangnya pada tangan kanan, kilau emas memantul pada tubuh dan wajah. "serangan" kata Erlab membayang pada pikirannya. Hari ini, adalah saat menyelesaikan misi wasiat yang lama padam. Sejak legendaberda di tangan, api jadi kobaran dendam. Sejak "ada ganjil" mulai dalam tubuhnya. Tidak lepas kewaspadaannya.

Dor.

Sekali bagian magazine dikosong, itu tembakan kedua. Langkahnya terpacu, tersembunyi oleh belasan langkah lainnya, berat dan keras, banyak dan sembarangan. Kor sudah berdiri di depan pitnu bergantung gembok pengaman ganda, dari sela-sela kelokan di depan terlihat banyak orang berlarian dengan rompi tempur, gelas dan kaca pecah bersahutan-sahutan dengan ngilu, beberapa kali tembakan meletus. Langkah si pria tenang, mulai cepat melewati WC. Dengan sebuah lompatan, menjatuh seorang penyusup diatas beling-beling tajam. Setidaknya ada 23 orang menatap dirinya. Masing-masing memegang sepucuk pistol Glock, beberapa bersama sebilah pisau 30cm.

"tunggu" seseorangberseu, semuanya diam termasuk Kor. Dari sekian orang, seseorang berkulit gelap degan baju merah muncul. Tatapannya ganas, mental kuat dari caranya berjalan dan seruannya. "aku tahu ada orang disini" kata dia dengan langkah lebar. "pengguna Mittikal apapun harus di....." masih dilanjutkannya, semakin dekat. "selesai!" ujung lubang pistol tinggal sejengkal dari dahi Kor. "kolega ayah" kata pria bertopeng emas itu, semua menjadi senyap.

"kolega" si kulit gelap mendengus, dia terlihat berpengalaman. "siapa pantas di panggil kolega, jika dia menggunakan orang lain untuk diri sendiri" tendangannya deras menembus udara, Kor menangkis menjuahkan pistol dari arah dahi, dengan paksa mengosongkan magazine lawan untuk membuat untuk membuat jatuh penyusup di belakangnya, gerakan cekat Kor menyepak mantan kolega ayahnya. Tidak jatuh, hanya terhuyung. Sepekan kedua mengincar pinggang, ditangkis sempurna, revolver lain meletup dari Kor pula. Menyerempet paha sikulit gelap. Ada sedikiterangan

Kor melompat kebelakang untuk mengalungkan sebelah lengan dan menjatuhkan seorang penyusup, lalu meretakkan termpurung lututnya. , terbingkai strategi sepersekian detikdi kepala si pria, ada satu penghakiman yangtepat untuk misi wasiat ini. Masih ada sekitar dua puluh orang harus dilumpuhkan sebelum saatnya tiba. Kor melepaskan peluru kedua, menjatuhkan lawan ketiga.

Penyusup-penyusup itu menjauhkan ketua, sebagian lagi menyerbu bertodong pisau. Tusuk kearah kepala dihindari Kor, menyapu dari arah bawah, penyusup terhuyung sebelum rahangnya ditendang dengan keras. Sorot mata Kor tenang , ada 18 orang lagi masih berdiri , detik demi detik terasa lambat, serangan-serangan ganas mengicar rahang, timah  sesekali saja meletup dibanding pukulan langsung, delapan sudah tumbang dengan luka memar, sisanya beberapa penyusup dengan pisau dan pemegang Glock.

DOR.

Benda sekian millimeter mendesing di dekat wajah emas yang datar sedikit mengerut. Bahan yang kuat menahan tebasan perang sekaligus. Emas, mineral di bawah tekan bumi, mengilap silau terkenan cahaya, bisa lebih kokoh daripada besi, topeng Kor terbuat dari emas murni 25 karat setebal setengah sentimeter, itu adalah adalah topengyang konon dibuat ketika pertama kali emas ditemukan, dimodifikasi entah oleh siapa ratusan kali, bagai sebuah tropy. Langkah lebar bergerak bersama pukulan hampir membuat retak rahang.

Kor sengaja menajtuhkan tubuh kesamping, tumitnya naik menysul. Peluru lain melesat, meleset jauh. Si pria memegang pergelengan penembak peluru itu, dan membidikkannya ke penyusup sambil meletupkan timah-timah. Setidaknya lima peluru habis, mengosongkan magazine, selanjutnya mengalungkan lengan, telapak tangan menekan belakang kepala. Gerakan membanting dengan rahang lebih dulu mengenai lantai. Tersisa 5 penyusup bersama mantan kolega.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun