Pada tanggal 6 Maret 2023, saya berkesempatan untuk mewawancarai bapak Teuku Mursyidin yang dikenal dengan nama panggilan Pak TM, ia merupakan guru Seni budaya di sekolah SMAN UNGGUL TUNAS BANGSA, dan juga menjadi Pembina pada sanggar Rampak Sagoe.Â
Pada kesempatan ini juga beliau menceritakan perjalanan nya agar bisa sampai pada dititik ini guru Seni Budaya dan juga Pembina pada sanggar Rampak Sagoe. Pada awalnya, sebelum memutuskan masuk ke jurusan seni tari, ia sedikit tidak nya melangkah ke jurusan tersebut sudah memiliki bekal dari orang tua dan juga orang tuanya mendukung bahwa sanya anak nya ini memiliki jiwa seni sejak kecil. Orang tua bapak juga pernah mengajari atau pun membimbing masyarakat sekitar pada seni tari daerah yaitu, Ratoe Mesekat, dan juga tari Pemanoe Pucok. Dikarenakan alasan itu juga bapak mempunyai tekad untuk memilih jurusan seni tari. Berdasarkan itu juga bapak punya pengalaman untuk membina dan juga membantu pada saat orang tua mengajari tari daerah kepada masyarakat sekitar. Setelah nya, bapak langsung memilih untuk mengambil jurusan seni tari pada tahun 1995 di Universitas Syiah Kuala. Alhamdulillah, pada karier bapak selama kuliah di jurusan tersebut mulai muncul, bapak sering terpilih untuk mewakili fakultas ke event event kesenian seni tari diluar provinsi salah satunya yaitu, ke kota Surabaya.
Pada pertemuan yang menggunakan media video call whatsapp saya menanyai beberapa pertanyaan yang saya tanyakan ke beliau terhadap isu stigma penari laki-laki ini bisa terjadi dan apakah sekarang mulai adanya pemahaman masyarakat terhadap penari laki laki ini.
Apakah pandangan masyarakat terhadap penari laki-laki lebih cenderung positif atau negatif? Mengapa?: "Pada zaman sekarang sudah banyak memiliki pandangan positif terhadap si penari laki-laki. Karena anak-anak sudah memahami tingkat tari yang dia lakukan, gerak-gerak yang diberikan oleh pelatih nya, pada zaman sekarang pandangan nya sudah mulai mengarah ke positif," ucap pak TM.
Apa sebenarnya yang menjadi dasar dari stigma masyarakat terhadap penari laki-laki?: "bapak berpendapat bahwa kenapa bisa stigma ini terjadi dikarenakan masyarakat berpikir bahwasanya saat menari itu adanya sikap lemah gemulai. Dari gerak lemah gemulai, bermain dengan perempuan, jenis kelaimin perempuan, kalau pun ada penari laki-laki bisa dihitung dengan jari anggotanya selebih nya banyak anggota penari yang perempuan yang digunakan. Bapak juga sudah mulai merubah pemikiran-pemikiran bahwa penari harus perempuan contoh nya itu bapak di sekolah ataupun di sanggar banyak laki-laki yang bapak jadikan penari malah perempuan yang sedikit, apalagi pada tarian kreasi baru yang tidak tuntutan nya jenis kelamin. Namun, kalau dari segi tarian yang memerlukan banyak perempuan itu tidak bapak masukkan penari laki-laki, contohnya ratoeh jaroe itu harus memerlukan banyak penari perempuan, tetapi ada banyak juga tarian yang banyak anggota penari nya itu laki-laki contohnya rapai geleng, saman, seudati, dan lain-lain. Dalam hal konteks tarian tradisional di daerah pelatih itu banyak memilih penari perempuan pada tarian nya. Bapak selaku pembuat koreografer pada tarian kreasi baru bapak memilih mengimbang kan penari laki-laki dan juga penari perempuan. Agar orang tua yang anak nya memiliki bakat dan minat terhadap dunia kesenian tari ini memiliki pemikiran positif," ujar pak TM.
Apakah pandangan masyarakat terhadap penari laki-laki berdampak pada jumlah pria yang tertarik pada seni tari?: " bapak memiliki keyakinan bahwasanya anak laki-laki atau siswa laki-laki itu memang memiliki minat ke seni tari, bapak yakin mereka tidak akan surut. Mau masyarakat menganggap positif atau negatif itu hak mereka, tetapi menurut bapak kalau si anak laki-laki ini telah menanam minat dan cita-cita nya ke seni tari sejak kecil akan maju terus dan tidak pantang menyerah," tutur pak TM.
Bagaimana pandangan masyarakat terhadap penari laki-laki dapat mempengaruhi karir dan kehidupan pribadi mereka?: "Di dalam masyarakat itu tidak semua memiliki pandangan negatif tapi juga adanya pandangan positif dan juga negate terhadap isu ini. Hal yang masyarakat anggap negative itu berpengaruh terhadap si penari itu namun bapak yakin bahwa si penari tersebut akan membuktikan bahwasanya hal-hal yang negatif masyarakat pikir terhadap kesenian tari ini adalah pandangan yang salah," ujar pak TM.
Apakah pandangan masyarakat terhadap penari laki-laki terkait dengan faktor agama atau spiritualitas?: "kalau dalam konteks daerah kedaerahan terkhususnya pada provinsi Aceh memang berpengaruh, tapi saya tidak tau dengan daerah lain apakah berpengaruh atau tidak. Tiap-tiap daerah itu adanya kepercayaan yang kuat terhadap suatu penganggan masyarakat contoh nya di Provinsi Aceh yang kebanyakan masyarakat nya beragama islam dan memiliki pegangan Al-quran dan Hadist. Masalah dengan  Gerakan pada tarian nya itu harus disesuaikan dengan alur agama atau kepercayaan misalnya, koreografer pada tari harus jeli pada tarian yang memiliki anggota penari perempuan dan juga penari laki-laki agar nantinya tidak dicemooh pada masyarakat dikarenakan Gerakan tari tersebut. Konteks dari Gerakan itu yang kita harus pintar membentuk," tutur pak TM.
Apakah pandangan masyarakat terhadap penari laki-laki berdampak pada kesehatan mental mereka?: "Dampak nya itu jelas ada, dampak nya juga terasa oleh si penari itu sendiri. Andaikan ada dari masyarakat yang kurang paham dengan kita yaitu penari laki-laki ini seperti perkataan yang dikatakan bahwa kalau menari nantinya akan membuat si laki-laki itu seperti bencong ataupun segala macam itu akan membuat dampak ke penari laki-laki tersebut padahal yang mengatakan tersebut paham bahwa dengan karya dan tari itu sendiri," lafal pak TM.
Apakah pandangan masyarakat terhadap penari laki-laki dapat berubah seiring berjalannya waktu? Jika ya, apa yang menyebabkan perubahan tersebut?: "iya, sudah mulai menurun. Dikarenakan berkat pengetahuan masyarakat itu terhadap dunia kesenian tari ini. dan juga pengaruh social media terhadap informasi-informasi terhadap dunia seni tari ini juga yang membuat pandangan stigma masyarakat terhadap dunia kesenian tari mulai menurun," ucap pak TM.
Bagaimana cara mengatasi stigma ini agar penari laki-laki dapat merasa lebih diterima dan dihargai dalam dunia tari?: "Penari tersebut harus bangkit terhadap segala perkataan negatif yang dipikirkan masyarakat terhadap dirinya. Dengan penari tersebut bangkit dan juga berani itu akan menepis segala perkataan tersebut. Dengan pembuktian ini akan membuat pandangan masyarakat terhadap penari pria ini tidak seperti apa yang mereka pikirkan," tutur pak TM.