Mohon tunggu...
Politik

Tren komunikasi Politik Rasional di Pilkada DKI 2017

11 Oktober 2016   16:00 Diperbarui: 11 Oktober 2016   16:11 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Definisi politik dan Komunikasi Politik untuk membahas Pilkada serentak 2017 dan Pilkada DKI 2017 mengacu pada pengertian “Politics is politics” dan “Campaign is campaign” karena tentu tiga calon gubernur di Pilkada DKI 2017 yaitu Ahok, Anies dan Agus akan saling mengintip kekuatan dan kelemahan lawan dalam mendulang suara. Setiap langkah komunikasi akan menjadi point penting bagi calon-calon gubernur untuk masuk ke langkah jitu untuk menaklukkan hati para konstituen melalui intipan kepada kelemahan dari sang petahana.

Untuk itu tentu menjadi pertanyaan untuk cagub dan team suksesnya seberapa efektifkah komunikasi politik yang akan disampaikan kepada para pemilih melalui dentuman dan serangan kepada kelemahan masing-masing cagub. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah dentuman dan serangan kepada kelemahan masing-masing cagub  akan dapat menghasilkan suara dukungan dari pemilih sebanyak tujuh juta pada tanggal 15 Februari 2017?

Faktor utama adalah melihat keefektifan komunikasi politik dengan melihat tipe-tipe pemilih dan demografis sebagai target utama komunikasi dan bisa membaca tren komunikasi politik dengan menekankan inti komunikasi berupa tag line kecil dapat menjadi top of mind di pikiran para pemilih ketika mereka ada di bilik pencoblosan tanggal 15 Februari 2017.

Tingkat Elektabilitas dari Lembaga Survey

Menarik mencermati hasil survey dari dua lembaga Survey yaitu LSI Denny JA dengan Populi Center atas elektabilitas tiga pasangan bakal calon gubernur DKI yang dikeluarkan pada tanggal 7 Oktober 2016. LSI Denny JA menggelar survei dari tanggal 28 September sampai 2 Oktober 2016 dengan mengambil jumlah sampel sebesar 440 responden dengan margin error +/- 4,8 persen. Sedangkan Populi Center menggelar survei mulai tanggal 25 September sampai 1 Oktober 2016 dengan jumlah sampel 600 responden dan margin error +/- 4 persen. Pada saat kedua lembaga melaksanakan survei maka formasi koalisi partai dan sud tiga pasangan cagub sudah ada.

Menurut survei LSI Denny JA  elektabilitas pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat adalah sebesar 31,4 persen. Pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebesar 21, 1 persen. Pasangan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni sebesar 19,3 persen. Terdapat undecided voter yaitu pemilih yang belum memutuskan pilihannya sebesar  28,2 %.

Sedangkan Populi Center mengeluarkan hasil survei yang berbeda dari LSI terkait elektabilitas tiga pasangan. Hasil survei Populi Cente menetapkan elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama - Djarot Saiful Hidayat sebesar 45,5 persen. Elektabilitas  Anies Baswedan - Sandiaga Uno sebesar 35,5 persen. Dan elektibilitas Agus Harimurti – Sylviana sebesa 15,8 persen. Sedangkan jumlah pemilih yang belum memutuskan 15,2 persen.

Data perbedaan yang paling mencolok antara dua lembaga survey adalah antara elektabilitas Ahok-Djarot dengan elektabilitas Anies-Sandiaga yang berselisih sangat besar sebesar 14,1 persen. Jadi pertanyaannya yang muncul adalah mengapa hasil kedua lembaga survey bisa berbeda jauh? Penyebab perbedaan atas hasil survei yang menjadi fatal adalah faktor pesanan (order) karena secara jelas pasti survei biasanya dibuat sesuai adanya permintaan untuk kepentingan tertentu. Namun perlu dicermati banyak hasil survei dengan data berbeda-beda yang menghasilkan data berbeda. Namun perbedaan data lembaga-lembaga survei itu dirasakan kurang tepat jika mau diperbandingkan karena ada beberapa aspek yang tidak relevan.

Namun PDIP menyatakan melalui Sekjennya Hasto Kristiyanto bahwa PDIP tidak terlalu merisaukan hasil elektabilitas dari berbagai lembaga survey yang diperkirakan turun karena gaya komunikasi Ahok yang selalu apa adanya. Malahan PDIP memuji sikap Ahok yang mau menjadi pemimpin yang berani tampil adanya. Hasto menjelaskan sikap PDIP di sela-sela ziarah di makam Presiden pertama Soekarno di Kota Blitarpada hari Senin 10 Oktober 2016.

Tiga Tipe Pemilih DKI

Cara-cara komunikasi politik yang dimaksud tentunya tidak perlu sampai menciptakan suatu suasana saling memancing suatu perdebatan yang semu dan tidak ada esensi nya dalam mempertunjukkan suatu pesta demokrasi.  Menurut Ubedilah Direktur Pusat Studi Sosial Politik (Puspol) Indonesia dalam riset Puspol total pemilih di DKI sebesar tujuh juta ternyata mempunyai tiga tipe pemilih.

Tipe pemilih pertama sebesar 2 juta orang atau 28 persen adalah tipe pemilih kritis yang mana tipe pemilih ini melihat kapabilitas calon pemimpin berdasarkan gagasan dan rekam jejak. Tipe pemilih kedua yaitu tipe pemilih setia (loyalis) yang mencapai 3 juta orang atau sekitar 42,5 persen. Sisanya tipe pemilih ketiga yaitu sebesar 2 juta termasuk kategori pemilih transaksional dan tradisional. Cagub dan cawagub mempunyai peluang besar untuk memenangkan suara dengan menarik pemilih tipe pertama yaitu tipe rasional dan tipe ketiga yaitu tipe tradisional.

Gaya komunikasi kampanye Pilkada 2017 memang sangat menarik untuk disimak. Dalam pencak silat dikenal satu filosofis dengan nama meminjam tenaga lawan. Masing-masing calon Gubernur perlu mencari suatu formula komunikasi yang tepat sasaran sesuai dengan target konstituennya. Baik Cagub petahana dan dua cagub penantang tentu akan lebih efektif dengan strategi memimjan tenaga lawan.  Strategi ini lebih jitu terutama untuk dua cagub penantang yaitu Anies dan Agus dalam bersaing dengan cagub petahana Ahok. Meminjam tenaga lawan adalah penting untuk memenangkan pilkada DKI 2017 karena sembilan puluh persen masyarakat Jakarta membicarakan Pilkada sesuai Data riset Puspol Indonesia.

Komunikasi meminjam tenaga lawan dengan menyerang kelemahan cagub untuk melemahkan posisi cagub lainnya dalam komunikasi akan tidak efektif karena pemilih tipe rasional dan tipe tradisional akan cepat dapat menerima posisi cagub yang mau menyampaikan ide terobosan dalam implementasi program yang terkait terkait penduduk usia produktif, seperti isu ekonomi, transportasi, lapangan isu kemacetan dan transportasi umum menjadi sangat penting karena hal ini berpengaruh besar terhadap produktivitas para penduduk usia produktif. Hal ini ditegaskan oleh Sonny Harry B Harmadi Kepala Lembaga Demografi FEB UI 

Karakteristik  Demografis Pemilih

Untuk memenangkan Pilkada maka perlu melihat karakteristik para pemilih yang berasal dari kelompok umur 25 tahun-34 tahun yang merupakan kelompok generasi X yang sangat kritis dengan informasi dari sosial media. Kelompok muda ini juga sudah sebagian besar sangat memuja cagub petahana karena memberikan alternatip solusi dari menghadirkan negara dalam bidang pendidikan, transportasi, kesehatan, transportasi, dan lain-lain. Kelompok umur generasi X ini akan menjadi penentu kemenangan cagub di Pilkada DKI Jakarta 15 Februari 2017.

Penduduk DKI sebesar diperkirakan sebesar 10,3 juta jiwa pada tahun 2017 menurut proyeksi Bappenas.
 Empat puluh empat persen penduduk DKI adalah pendatang dan tidak lahir di Jakarta. Dalam buku Proyeksi Penduduk Indonesia yang dipublikasikan Bappenas (2013. Dan pendatang terbesar ternyata berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta dengan persentase mencapai sekitar 17%. Diperkirakan kemenangan Pilgub 2012 Jokowi-Ahok karena mendapat suara sangat signifikan dari pendatang Jawa Tengah dan Yogyakarta. Diharapkan pasangan Cagub Ahok-Djarot dapat mendulang suara daro segmen pendatang Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Setiap  komunikasi politik perlu diseleksi cagub dan teamnya  dan dapat  dipakai untuk memberi keyakinan kepada para konstituen. Dalam era keterbukaan dengan internet dan sosial media maka komunikasi elegan dan beretika menduduki point penting untuk para pemilih di DKI dengan tipe pemilih rasional dan tradisional dan tipe pemilih generasi X. Tiga tipe pemilih diatas dengan  tingkat pendidikan tinggi terbaik di Indonesia  menentukan pilihan cagub mereka berdasarkan kapastitas calon.

Secara survey terdapat 82% publik Jakarta mempunyai keyakinan untuk membuka kesempatan kepada Cagub baru  sebagai calon alternatip yang bisa mengalahkan cagub petahana. Secara survey juga ada 50% pemilih sebesar 3,5 juta belum mantap menetapkan pilihan cagubnya. Jadi cagub petahana juga mempunyai peluang untuk menang kembali asal bisa memberikan komunikasi yang tepat. Cagub dan team sukses harus bisa merumuskan inti komunikasi yang akan menjadi Top of  Mind para pemilih dengan tipe rasional dan tradisional dan terutama kepada generasi X.

Komunikasi politik dari dua Cagub penantang dengan memberikan komentar atas cara komunikasi cagub petahana adalah hal yang sah-sah saja. Sesuai informasi di internet seorang cagub penantang mau menjanjikan akan dapat menghadirkan negara ketika situasi tidak kondusif karena cagub petahana disebutkan tidak bisa menunjukkan suatu kepemimpinan yang sesuai dengan keinginan para konstituen seperti berikut :” Saya tetap berasumsi negara hadir, dan akan menyelesaikan setiap persoalan dengan bijak, adil dan bertanggung jawab”.

Seorang cagub penantang lainnya memberikan komentar bahwa cagub petahana harus melakukan introspeksi diri untuk langkah yang lebih bijak dan dewasa.  Cagub Petahana Ahok telah menunjukkan sutu sikap komunikasi politik yang dewasa dengan mau meminta maaf kepada Bangsa karena dia telah membuat keresahan kepada bangsa dengan ucapan yang berkaitan agama di kepulauan Seribu . Sikap sangat dewasa secara pasti dapat diterima oleh para pemilih dengan tipe rasional dan tradisional dan untuk generasi X.

Cara-cara komunikasi poilitik yang berkaitan dengan hal-hal sensitip untuk masyarakat karena berkaitan dengan ajaran kepercayaan tertentu atau hal-hal lainnya perlu sekali dapat dikaji ulang dalam Pilkada Serentak 2017, Pileg 2019 dan Pilpres 2019 agar komunikasi politik yang dewasa dan beretika tetap dapat dipelihara dalam koridor Konstitusi yang sudah disepakati bersama sebagai landasan kehidupan bernegara dan kehidupan seluruh warganya baik mayoritas maupun minoritas melalui Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Trend Komunikasi Politik Rasional di Pilkada DKI 2017

Survey mengatakan 80% pemilih membuka kesempatan kepada cagub baru untuk mengalahkan cagub petahana, namun trend komunikasi politik rasional menunjukkan pemilih akan tetap lebih rasional dalam memilih cagub dan cawagub di DKI karena para pemilih menginginkan cagub dan cawagub yang:

1. Mempunyai sifat yang konsisten. Jadi sikap konsiten cagub  antara perkataan dan pelaksanaan tugasnya merupakan factor dominan dalam memilih cagub untuk tipe rasional dan tradisional. Jadi pasti cagub akan bertidak sesuai janji kampanye. Selama puluhan tahun para konstituen bingung kepada siapa mereka mau menuntut jika cagub dan cawagub yang sesudah terpilih sudah lupa pada janji kampanye mereka. Karena selama ini janji kampanye hanya tinggal janji.

2. Mempunyai integritas sebagai pemimpin yang bisa tahu hak dan kewajibannya. Jadi cagub dan cawagub dapat dipercaya untuk melaksanakan amanah rakyat.

3. Mempunyai karakter yang tidak cepat membunglon kepada kepentingan partai politik yang tidak memihak rakyat terutama rakyat kecil.

4. Mempunyai komitmen yang sangat kuat dalam menjalankan birokrasi yang bersih beserta jajaran birokrasi nya.

5. Mempunyai hati nurani untuk rakyat kecil dengan program-program kerja nya

6. Mempunyai prinsip  yang sangat jelas dalam ucapan dan tindakan. Cagub ini dapat berkata ya jika harus berkata ya dan tidak jika harua berkata tidak terutama dalam melaksanakan tugas terutama untukmpemberantasan korupsi

7. Mampu mengatakan kata "maaf" demi menjunjung tinggi keutuhan bangs jika merasa ada hal-hal dalam ucapannya yang mengganggu kenyamanan masyarakat.

8. Mempunyai program kerja yang sangat jelas dan bersedia terbuka untuk diketahui oleh umum sejelas-jelasnya.

Arah Komunikasi Politik dengan Program Kerja Nyata

Komunikasi politik melalui persaingan para Cagub dalam mendulang suara tentunya juga perlu dikaji ulang agar setiap cagub mau memakai cara-cara dan jurus-jurus yang sesuai etika dan menghindari cara tidak beretika yang dilandasi oleh suatu semangat untuk membangun sikap kebersamaan. Para pemilih di Pilkada DKI 2017 sebaiknya dapat dipertontonkan suatu pesta demokrasi yang lebih elegan dan dewasa.

Komunikasi Politik dewasa dan beretika dengan memberikan program kerja nyata untuk rakyat di jaman keterbukaan ini secara nyata dibutuhkan para pemilih tipe rasional dan tradisonal dan Generasi X. Cara-cara lama dalam berkampanye dengan saling menyudutkan sesama cagub dan menyerang habis-habisan kelemahan masing-masing cagub  akan tidak efektif hasilnya dan tidak memberikan hasil yang memuaskan dalam memenangkan Pilkada DKI 2017.

Para cagub dan cawagub baik petahana dan dua pasang lainnya diharapkan mau memperlihatkan cara-cara komunikasi yang semakin sehat dan dewasa sehingga para konstituen semakin yakin keikutsertaan mereka dalam pilkada 2017 terutama pilkada DKI 2017 dan nanti di Pileg 2019 dan Pilpres 2019 nanti memang akan bermanfaat dalam meningkatkan kehidupan berbangsa untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bangsa sehingga nanti  siap bersaing dengan bangsa-bangsa lain dari negara Asean dan negara Asia lainnya.

Secara pasti para Pemilih DKI pada tanggal 15 Februari 2017 akan memilih tiga Cagub dengan filosofis dan paradigma politik baru dengan tag line: ”To Choose The Best from the Better and the Good- Memilih yang Terbaik dari yang lebih baik dan baik”.

Oleh:  DMI Deklarasi Masyarakat Indonesia

G. Chanfarry H 

Lampiran : Tujuh Artikel

Artikel Pertama

Puji Ahok tampil ada adanya, PDIP tak risau elektabilitas turun

Senin, 10 Oktober 2016 17:44 WIB

Artikel Kedua

Senin, 10 Oktober 2016 08:47 WIB

Ahok: Saya Minta Maaf

Artikel Ketiga

Agus Yudhoyono komentari pernyataan Ahok di Pulau Seribu

Senin, 10 Oktober 2016 08:51 WIB | 2.796 Views

Artikel Keempat

Sabtu, 08 Oktober 2016, 20:59 WIB

Tanggapan Anies Soal Ahok Kutip Al Maidah 51

Artikel Kelima

Fadli Zon komentari permintaan maaf Ahok

Senin, 10 Oktober 2016 14:43 WIB |

Artikel keenam

Saatnya publik cermati hasil survei

Senin, 10 Oktober 2016 14:07 WIB | 1.415 Views

Oleh Karyono Wibowo

Artikel Ketujuh

Demografi Pemilih dalam Pilkada DKI Jakarta

Senin, 28 March 2016 04:01 WIBPenulis: Sonny Harry B Harmadi Kepala Lembaga Demografi FEB UI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun