Tipe pemilih pertama sebesar 2 juta orang atau 28 persen adalah tipe pemilih kritis yang mana tipe pemilih ini melihat kapabilitas calon pemimpin berdasarkan gagasan dan rekam jejak. Tipe pemilih kedua yaitu tipe pemilih setia (loyalis) yang mencapai 3 juta orang atau sekitar 42,5 persen. Sisanya tipe pemilih ketiga yaitu sebesar 2 juta termasuk kategori pemilih transaksional dan tradisional. Cagub dan cawagub mempunyai peluang besar untuk memenangkan suara dengan menarik pemilih tipe pertama yaitu tipe rasional dan tipe ketiga yaitu tipe tradisional.
Gaya komunikasi kampanye Pilkada 2017 memang sangat menarik untuk disimak. Dalam pencak silat dikenal satu filosofis dengan nama meminjam tenaga lawan. Masing-masing calon Gubernur perlu mencari suatu formula komunikasi yang tepat sasaran sesuai dengan target konstituennya. Baik Cagub petahana dan dua cagub penantang tentu akan lebih efektif dengan strategi memimjan tenaga lawan. Strategi ini lebih jitu terutama untuk dua cagub penantang yaitu Anies dan Agus dalam bersaing dengan cagub petahana Ahok. Meminjam tenaga lawan adalah penting untuk memenangkan pilkada DKI 2017 karena sembilan puluh persen masyarakat Jakarta membicarakan Pilkada sesuai Data riset Puspol Indonesia.
Komunikasi meminjam tenaga lawan dengan menyerang kelemahan cagub untuk melemahkan posisi cagub lainnya dalam komunikasi akan tidak efektif karena pemilih tipe rasional dan tipe tradisional akan cepat dapat menerima posisi cagub yang mau menyampaikan ide terobosan dalam implementasi program yang terkait terkait penduduk usia produktif, seperti isu ekonomi, transportasi, lapangan isu kemacetan dan transportasi umum menjadi sangat penting karena hal ini berpengaruh besar terhadap produktivitas para penduduk usia produktif. Hal ini ditegaskan oleh Sonny Harry B Harmadi Kepala Lembaga Demografi FEB UI
Karakteristik Demografis Pemilih
Untuk memenangkan Pilkada maka perlu melihat karakteristik para pemilih yang berasal dari kelompok umur 25 tahun-34 tahun yang merupakan kelompok generasi X yang sangat kritis dengan informasi dari sosial media. Kelompok muda ini juga sudah sebagian besar sangat memuja cagub petahana karena memberikan alternatip solusi dari menghadirkan negara dalam bidang pendidikan, transportasi, kesehatan, transportasi, dan lain-lain. Kelompok umur generasi X ini akan menjadi penentu kemenangan cagub di Pilkada DKI Jakarta 15 Februari 2017.
Penduduk DKI sebesar diperkirakan sebesar 10,3 juta jiwa pada tahun 2017 menurut proyeksi Bappenas.
Empat puluh empat persen penduduk DKI adalah pendatang dan tidak lahir di Jakarta. Dalam buku Proyeksi Penduduk Indonesia yang dipublikasikan Bappenas (2013. Dan pendatang terbesar ternyata berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta dengan persentase mencapai sekitar 17%. Diperkirakan kemenangan Pilgub 2012 Jokowi-Ahok karena mendapat suara sangat signifikan dari pendatang Jawa Tengah dan Yogyakarta. Diharapkan pasangan Cagub Ahok-Djarot dapat mendulang suara daro segmen pendatang Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Setiap komunikasi politik perlu diseleksi cagub dan teamnya dan dapat dipakai untuk memberi keyakinan kepada para konstituen. Dalam era keterbukaan dengan internet dan sosial media maka komunikasi elegan dan beretika menduduki point penting untuk para pemilih di DKI dengan tipe pemilih rasional dan tradisional dan tipe pemilih generasi X. Tiga tipe pemilih diatas dengan tingkat pendidikan tinggi terbaik di Indonesia menentukan pilihan cagub mereka berdasarkan kapastitas calon.
Secara survey terdapat 82% publik Jakarta mempunyai keyakinan untuk membuka kesempatan kepada Cagub baru sebagai calon alternatip yang bisa mengalahkan cagub petahana. Secara survey juga ada 50% pemilih sebesar 3,5 juta belum mantap menetapkan pilihan cagubnya. Jadi cagub petahana juga mempunyai peluang untuk menang kembali asal bisa memberikan komunikasi yang tepat. Cagub dan team sukses harus bisa merumuskan inti komunikasi yang akan menjadi Top of Mind para pemilih dengan tipe rasional dan tradisional dan terutama kepada generasi X.
Komunikasi politik dari dua Cagub penantang dengan memberikan komentar atas cara komunikasi cagub petahana adalah hal yang sah-sah saja. Sesuai informasi di internet seorang cagub penantang mau menjanjikan akan dapat menghadirkan negara ketika situasi tidak kondusif karena cagub petahana disebutkan tidak bisa menunjukkan suatu kepemimpinan yang sesuai dengan keinginan para konstituen seperti berikut :” Saya tetap berasumsi negara hadir, dan akan menyelesaikan setiap persoalan dengan bijak, adil dan bertanggung jawab”.
Seorang cagub penantang lainnya memberikan komentar bahwa cagub petahana harus melakukan introspeksi diri untuk langkah yang lebih bijak dan dewasa. Cagub Petahana Ahok telah menunjukkan sutu sikap komunikasi politik yang dewasa dengan mau meminta maaf kepada Bangsa karena dia telah membuat keresahan kepada bangsa dengan ucapan yang berkaitan agama di kepulauan Seribu . Sikap sangat dewasa secara pasti dapat diterima oleh para pemilih dengan tipe rasional dan tradisional dan untuk generasi X.
Cara-cara komunikasi poilitik yang berkaitan dengan hal-hal sensitip untuk masyarakat karena berkaitan dengan ajaran kepercayaan tertentu atau hal-hal lainnya perlu sekali dapat dikaji ulang dalam Pilkada Serentak 2017, Pileg 2019 dan Pilpres 2019 agar komunikasi politik yang dewasa dan beretika tetap dapat dipelihara dalam koridor Konstitusi yang sudah disepakati bersama sebagai landasan kehidupan bernegara dan kehidupan seluruh warganya baik mayoritas maupun minoritas melalui Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.