Mohon tunggu...
Hadrial Aat
Hadrial Aat Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hidup adalah saat ini. Teruslah berbuat kebaikan. Jika kita tidak bisa berkata benar, maka diam itu lebih baik. Akan tetapi apabila kita bisa berkata benar dan untuk mengajak kepada kebaikan, maka berbicara itu lebih baik. Sampaikanlah walau hanya satu kata, ketika nafas kita masih ada.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ujian CPNS

19 September 2012   04:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:15 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13480288791785501923

"Berapa kamu habis modal?" tanya seorang temannya.

"Aku, Latief, bersumpah tidak main KKN," ujarnya denagan tangan diangkatnya.

"Ah, mustahil. Hari gini..... nggak KKN," goda teman-temanya.

Kembali ia tersenyum hambar demi mendengar ucapan teman-temanya. Rupanya negeri ini kebohongan lebih dipercaya dan lebih bonafid daripada sebuah kejujuran.

"Sudah yang penting sekarang engkau cepat mendaftar ulang. Kalau tidak engkau dianggap gugur," seorang temannya berkata meyadarkan ia dari lamunannya.

Rupanya tidaklah mudah menjadi seorang PNS. Setelah ia dinyatakan lulus, ia masih harus mendaftar ulang. Dan mendaftar ulang yang dimaksud disini tidaklah segampang mendaftar ulang di sekolahnya dulu. Sangat banyak surat-surat yang harus dilampirkan. Mulai surat lamaran yang harus ditulis  ulang di atas kertas bermaterai, sampai surat lainya, seperti surat catatan kepolisian, surat keterangan berbadan sehat, kartu tanda pencari kerja, surat tidak terlibat dalam partai politik dan banyak surat lainnya lagi. Tetapi, yang lebih menyakitkan waktu yang diberikan panitian cuma tiga hari. Sementara itu, di setiap kantor pengurusan surat-surat tersebut terjadi antrian yang sangat panjang. Ia harus berpacu dengan waktu tiga hari.

Ia pun sudah maklum dengan tabiat para pekerja kantoran itu. Terpaksa ia harus mengeluarkan uang pelicin agar surat yang diperlukan cepat dikerjakan oleh pegawai di kantor tersebut.  Akhirnya ia merenggut sesuatu yang menghiasi di leher Emaknya. Kalung Emaknya ia jual. Dari penjualan itu ia mandapatkan uang. Tetapi tidak masalah, status PNSnya tinggal selangkah lagi. Toh, nanti ia bisa mengganti kalung Emak, pikirnya.

Tepat hari ketiga, hari Jum'at. Ia pun menyelsaikan surat-surat yang diperlukanya. Di siang hari itu, saat matahari sedang panas-panasnya ia tidak lagi memperdulikannya. Segera ia menghadap panitia penerimaan tes PNS. Sekarang ia sangat lega. Tubuhnya terasa ringan  bagai terbang ke awan-awan. Sedikit lagi status PNS akan ia raih. Mungkin  dengan itu ia dapat membahagiakan orang tuanya  dan perjuangannya cukup sudah.

Di  kantor itu ia langsung bicara, "Dari pelosok desa saya datang ke sini. Saya sudah menghabiskan banyak uang untuk ini, Pak!" Ia  berkata dengan bangganya sambil menunjukkan nomor ujiannya yang penuh dengan lipatan.

Petugas itu melihat kertas yang ia sodorkan.

"Mendaftar ulang?!" ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun