Mohon tunggu...
Hadits Al Hasan
Hadits Al Hasan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Perkenalkan nama saya Hadits Al Hasan. Seorang manusia biasa yang bercita - cita menjadi seorang pribadi yang luar biasa. Saya merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Saya memiliki hobi yakni membaca, menulis yang seperti bagian dari hidup saya. Tentu saja itu bukanlah satu hal yang luar biasa, akan tetapi saya akan berusaha untuk menggapainya guna bisa membahagiakan orang tua saya. Berpikir, adalah asas kebebasan setiap manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Korupsi, Budaya Dulu, Kini, hingga Nanti

23 Januari 2024   10:03 Diperbarui: 23 Januari 2024   10:03 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/3z3t6ZTGj

Tidak usah jauh - jauh ke gedung KPK yang ada di Jakarta, kita sendiri bisa melihat berbagai praktek korupsi yang ada di sekitar kita. Seperti misalnya jalanan rusak yang tak kunjung diperbaiki jika ditanyakan akan menjawab dengan alasan dana yang kurang. Padahal  pemerintah sendiri telah menggelontorkan dana RP54,71 triliun untuk 83.794 desa yang tercatat di seluruh Indonesia.

Dana yang sangat besar, akan tetapi tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat desa yang terpencil dan jauh dari perkotaan. Bisa disimpulkan bahwa praktik korupsi memang sudah menjadi budaya di masyarakat.

3. Warisan Sejak Zaman Penjajahan

Masih ingat dengan sejarah pembangunan jalan Anyer - Panarukan yang terkenal memakan banyak korban? Di dalam buku sejarah yang sering kita baca di bangku sekolah, banyaknya korban yang berjatuhan saat pembangunan jalan itu adalah sebagai akibat kekejaman Kolonial Belanda yang menjajah negeri nusantara dengan memeras keringat dan tenaga warga pribumi sampai mati. Akan tetapi, kenyataannya tidaklah demikian.

Pemerintah Hindia Belanda saat itu yang dipimpin oleh H.W Daendels, sebetulnya memberikan upah untuk para tenaga kerja yang bekerja dalam pembangunan jalan tersebut. Akan tetapi, uang upah tersebut di korupsi oleh para bupati atau pejabat daerah mereka yang bersangkutan. Sungguh ironis, rela mengorbankan nyawa saudara sebangsa sendiri demi mengenyangkan perut pribadi.

4. Pemerintah Yang Cenderung Anti Kritik 

Ini adalah alasan paling umum yang sangat sering kita dengar. Masih ingat dengan UU ITE yang dianggap memiliki beberapa "pasal karet", itu menjadi alasan mengapa banyak sekali masyarakat yang seringkali abai akan maraknya tindakan korupsi di negeri ini. UU ITE cukup mencekik masyarakat dengan berbagai pasal yang mengandung unsur ganda, terutama sekali soal "Ujaran Kebencian". 

Akibatnya, masyarakat menjadi takut untuk menyampaikan kritik dan aspirasi mereka dalam berbagai hal yang menyangkut masalah di dalam republik ini. Kebebasan berbicara seakan di kekang oleh rezim penguasa yang cenderung menindas. Penguasa yang melindungi oligarki yang merusak negeri ini, bukannya melindungi rakyat yang sudah mengorbankan jiwa dan raga mereka untuk kemerdekaan bangsa ini.

Sungguh sulit situasi sekarang ini. Banyak sekali permasalahan yang harus diselesaikan guna menjaga kestabilan dan keberlangsungan republik ini. Korupsi, adalah satu dari sekian banyak hal yang menggerus proses integrasi bangsa menjadi bangsa yang berdaulat dan berkedaulatan atas rakyat. Negara kuat, rakyat berdaulat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun