Mohon tunggu...
Hadi Tanuji
Hadi Tanuji Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Analis Data, Konsultan Statistik, Pemerhati Hal Remeh Temeh

Aktivitas sehari-hari sebagai dosen statisika, dengan bermain tenis meja sebagai hobi. Olah raga ini membuat saya lebih sabar dalam menghadapi smash, baik dari lawan maupun dari kehidupan. Di sela-sela kesibukan, saya menjadi pemerhati masalah sosial, mencoba melihat ada apa di balik fenomena kehidupan, suka berbagi meski hanya ide ataupun hanya sekedar menjadi pendengar. Sebagai laki-laki sederhana moto hidup pun sederhana, bisa memberi manfaat kepada sesama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Antara Restu dan Cinta

3 Februari 2025   07:26 Diperbarui: 3 Februari 2025   07:26 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Di Antara Restu dan Cinta (Sumber: Freepik)

Sabar. Kata itu semakin terasa menyesakkan. Karena sabar yang diminta bukan hanya menunggu, tetapi juga menahan perasaan yang semakin sulit dibendung. Bukankah selama ini ia sudah sabar? Sabar seperti apa lagi? Sementara godaan zina selalu mengintai, kapanpun. Dimanapun. Ia sudah merasa tidak kuat. Pertahanannya tak sekuat fisiknya yang kekar.

***

Malam itu Sania menangis sejadi-jadinya di sajadahnya. Memohon kepada Allah agar dibukakan jalan. Arfan pun begitu. Keduanya terhimpit antara restu dan cinta. Ingin berbakti pada orang tua, tapi juga ingin menjalani kehidupan yang diridhai Allah.

Suatu hari, mereka memutuskan untuk bertemu di masjid. Duduk berdua, menunduk dalam diam.

"Aku takut kehilangan kamu," lirih Sania.

Arfan tersenyum pahit. "Aku lebih takut kehilangan ridho Allah."

Air mata Sania mengalir.

"Apa yang harus kita lakukan, Fan?"

Arfan menghela napas panjang. "Kita sudah berusaha. Kita sudah meminta bantuan keluarga, dan juga guru. Tapi jika mereka tetap tak mau mengerti..."

Sania menunggu.

"Aku rasa kita harus menikah. Dengan atau tanpa restu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun