Mohon tunggu...
Hadi Tanuji
Hadi Tanuji Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Institut Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah Grobogan

Saya adalah ayah dari 5 anak dan suami dari 1 orang istri. Aktivitas sehari-hari sebagai dosen statisika yang selalu berkutat dengan angka, sehingga perlu hiburan dengan bermain tenis meja. Olah raga ini membuat saya lebih sabar dalam menghadapi smash, baik dari lawan maupun dari kehidupan. Di sela-sela kesibukan, saya menjadi pemerhati masalah sosial, mencoba melihat ada apa di balik fenomena kehidupan, suka berbagi meski hanya ide ataupun hanya sekedar menjadi pendengar. Sebagai laki-laki sederhana moto hidup pun sederhana, bisa memberi manfaat kepada sesama.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kamu Akan Temukan Tuhan di Sana

23 Januari 2025   22:21 Diperbarui: 23 Januari 2025   23:05 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Taufik kecil, inspirasi kehidupan (Sumber: Foto Pribadi)

Sore itu, selepas sholat asar saya naik motor mau nengok anak yang sedang mondok di sebuah pesantren di Jatinangor Sumedang. Hari itu sedang gerimis. Saya menjalankan motor dengan santai. Kalau sudah rindu, gerimis gak jadi masalah. Saat mau melintas perbatasan Cileunyi -- Jatinangor kulihat seorang anak kecil bersarung dengan peci di kepalanya. Kira-kira berumur 11 atau 12 tahun, dengan badan kurus dan wajah agak tirus. Berdiri di tengah gerimis, dia nampak kecil di tengah ramai orang yang sedang menunggu kendaraan umum. Kulihat dia melambaikan tangannya ke saya. Nampaknya memang bukan hanya ke saya, tapi ke semua orang yang lewat. Tak ada yang peduli. Kucoba hampiri dia. Dari dekat terlihat raut mukanya yang kusam, tampak lelah dengan pandangan matanya yang sayu.

"Ada apa dik?" kucoba berkomunikasi dengannya.

"Om, bisa ikut numpang ke depan?" katanya sambil menahan dingin.

 "Ayo naik", kataku.

Sambil ngejalanin motor kucoba bertanya "Emang mau kemana?" teriakku agak keras untuk melawan suara angin dan kendaraan di sekitar.

"Mau balik ke pondok om"

" Lha emang pondoknya dimana?" tanyaku penasaran.

"Di Majalaya om"

"Hah... Majalaya?" teriakku. Dari posisi saat ini sampai ke Majalaya jaraknya masih sekitar 20 km lagi. Padahal rute yang harus kulalui nggak searah dengannya. Kurang lebih 500 meter ke depan saya harus pisah jalan dengannya. Saya lurus, sementara dia harus belok kanan menuju pondoknya di Majalaya, lewat daerah Sayang.

Dengan penasaran saya coba nanya, "Tadi berangkat dari mana?"

"Dari Mohammad Toha om" jawabnya.

"Mohammad Toha ke cileunyi naik apa?" tanyaku lebih lanjut

"Jalan kaki".

"Emang gak dikasih uang sama bapak?" kucoba menyelidik.

"Bapak Ibuk lagi gak ada uang om, jadi disuruh berangkat jalan kaki".

"Bapak kerja apa?" saya masih penasaran. Apalagi jaraknya lumayan jauh,,,, tanpa dipegangi uang saku!!!

"Bapak narik ojek, tapi ini lagi sakit, jadi libur narik" jawabnya pelan.

Maasya Allaah ... Berangkat ke pondok dengan jalan kaki dari Muhammad Toha Bandung menuju Majalaya, tanpa bekal uang sepeserpun. Saya pun terdiam. Terasa hati ini tertampar. Badan sekecil itu harus menahan ujian yang mungkin tak mampu ditanggung anak seusianya. Anak-anak lain mungkin sedang bersantai di rumah, dengan segala fasilitas tersedia, terlindung dari dingin dan hujan. Sementara dia, dengan kaki kecilnya tertatih-tatih melangkah, mencoba melawan lelah. Yaa Allah, betapa hambaMu ini malu kepadanya.

Tak terasa mataku menjadi kabur, mungkin perpaduan air hujan dan air mata. Gak tau kenapa, air mata ini lolos begitu saja. Kucoba lihat wajahnya melalui spion. Ada gurat perjuangan hidup, namun sorot mata sayunya menampakkan semangat dan keteguhan.

"Kamu sudah makan?" kutanya dia.

"Tadi pagi om", katanya. Kucari warung terdekat dan mampir.

Di warung kami ngobrol. Jadi anak ini bernama Taufik, santri di salah satu pondok pesantren di daerah Majalaya. Dia baru 1 bulan mondok, karena kangen keluarga dan habis uang bekalnya, dia pulang ke rumah di daerah moh toha ... jalan kaki. Tujuannya pulang selain melepas rindu, adalah untuk minta uang saku buat bekal di pondok. Tapi apa daya, sampai rumah bapak ibunya juga lagi gak pegang uang. Jadilah dia hanya bisa melepas rindu, tapi tidak untuk uang saku. Terpaksa, dia harus balik lagi ke pondok ... jalan kaki lagi. Minimal sesampainya di pondok dia masih bisa makan, begitu mungkin pikir bapak ibunya.

Selesai makan, kucarikan dia mobil angkot yang menuju arah pondoknya. Saat badan kecilnya mulai memasuki mobil, aku mengikuti dengan pandanganku. Seiring sosoknya yang mulai menghilang, ada yang hilang juga dari dalam diriku. Gak tau gimana, serasa ada beban terangkat dari dada ini. Rasanya plong, bahagia. Ringan. Mungkin ini salah satu cara Allah mengangkat beban hambaNya. Dengan membantu orang lain, Allah akan membantu kita. Dengan memudahkan urusan orang lain, Allah mempermudah urusan kita. Yaa Allah, terima kasih telah kau ringankan hati ini untuk membantu, jangan Kau cabut kelembutan hati ini.

Akhirnya kulanjutkan perjalananku dengan hati yang lebih bahagia. Benar seperti sabda Rasulullah, ada Tuhan di sana. Ada Tuhan di setiap kesusahan orang, kita akan mendapatiNya saat kita membantu kesulitan mereka.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda (dalam hadits Qudsi): "Sesungguhnya Allah berfirman, 'Hai anak Adam, Aku sakit, tetapi kamu tidak menjenguk-Ku.'

Menjawab (Anak cucu Adam), 'Oh Tuhan, bagaimana aku harus menjengukMu sedangkan Engkau adalah Tuhan bagi alam semesta?'

Allah menjawab, 'Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-Ku si Fulan sedang sakit , tetapi kamu tidak menjenguknya?  Apakah kamu tidak tahu bahwa seandainya kamu menjenguknya pasti kamu dapati Aku di sisinya?'

'Hai anak Adam, Aku minta makan kepadamu, tetapi tidak kamu beri Aku makan.'

Anak cucu Adam menjawab, 'Ya Rabbi, bagaimana aku memberi makan Engkau, sedangkan Engkau adalah Tuhan bagi alam semesta?'

Allah menjawab, 'Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-Ku si Fulan meminta makan kepadamu, tetapi tidak kauberi makan? Apakah kamu tidak tahu bahwa seandainya kamu beri makan dia niscaya kamu dapati yang demikian di sisiKu?'

'Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi tidak kamu beri minum.'

Anak cucu Adam bertanya, 'Ya Tuhan, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau Tuhan bagi alam semesta?'

Allah menjawab, 'Hamba-Ku si Fulan meminta minum kepadamu, tetapi tidak kamu beri minum. Apakah kamu tidak tahu bahwa seandainya kamu memberinya minum niscaya akan kamu dapati yang demikian di sisi-Ku?" (HR. Muslim)

Menjenguk orang sakit, membantu orang kelaparan, membantu orang kehausan adalah tempat-tempat dimana kita bisa mendapatiNya. Tuhan ada di sana....

Pelajaran Kehidupan

Kisah Taufik adalah kisah penuh pelajaran, bahwa setiap keberhasilan memiliki jalannya masing-masing. Ada yang mulus tanpa hambatan berarti, dengan hanya sedikit onak duri di sepanjang jalan yang dilewati. Namun ada juga yang penuh liku, terjal dan mendaki, bahkan proses itu begitu panjang hingga harus melewati masalah dan hambatan yang tidak sedikit, berkali-kali, lagi lagi dan lagi.

Tentu saja, setiap diri kita memiliki kesiapan yang berbeda dalam menghadapi sebuah masalah. Sebagian orang bisa menghadapi masalah dengan baik, tapi tidak untuk sebagian yang lain. Tapi bukankah kita harus selalu yakin bahwa di balik setiap kepayahan itu adalah sebuah kemudahan? Dan hanya Allah lah penentu hasil akhir dari sebuah proses panjang perjuangan manusia... maka pilihan kita hanya harus terus berusaha, tidak menyerah dengan keadaan dan selalu yakin rahmat Allah akan menyertai hamba-Nya.

Saat kita harus sampai di seberang

Kadang ada bukit terjal menghadang

menghalangi jalan menuju seberang

Tapi adanya bukit tak selalu berarti bahwa kita harus berhenti

Karena bukit diciptakan untuk mereka para pendaki,

karena bukit ada untuk menguji para pemberani,

untuk melewatinya,

untuk mendakinya lagi, saat ia terpeleset dan jatuh...

Jadi, emang kenapa kalau ada bukit? Toh Allah memberi kita kaki untuk mendaki.

Setelah payah mendaki, yakinlah di balik jalan menanjak, ada jalan turun menuju seberang...

inna ma'al-'usri yusra: "Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan"

Jangan khawatir, dalam setiap perjuangan selalu ada Tuhan di sana ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun