Dalam pandangan Islam, setiap tindakan materiil dianggap memiliki dimensi ruh jika dilandasi oleh niat untuk menjalankan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya.
Jadi, Falsafah Islam sebagaimana tercermin dalam konsep masjul madah bir-ruh, menegaskan bahwa kehidupan manusia harus mencerminkan keseimbangan dan harmoni antara materi dan ruh. Aktivitas duniawi tidak terlepas dari pertimbangan ukhrawi, dan kehidupan spiritual diwujudkan dalam aktivitas nyata di dunia. Hal ini membuat Islam relevan untuk semua aspek kehidupan dan mendorong umatnya menjadi individu yang produktif dan bertakwa.
Lantas bagaimana hubungan antara falsafah islam dengan kebahagiaan?
Falsafah Islam memberikan kerangka pemikiran yang mendasari cara manusia mengejar dan memahami kebahagiaan sejati. Kebahagiaan, dalam pandangan Islam bukanlah sesuatu yang diukur berdasarkan pencapaian materi atau kesenangan duniawi semata, melainkan suatu kondisi ketika seseorang hidup sesuai dengan ketentuan Allah SWT, sehingga mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Hubungan antara falsafah islam dengan kebahagiaan bisa dijelaskan pada poin-poin berikut ini:
1. Kebahagiaan Sejati Berbasis Akidah Islam
Falsafah Islam mendasarkan kebahagiaan pada akidah Islam. Akidah ini meyakini bahwa hidup manusia memiliki tujuan utama, yaitu mencari ridha Allah dan persiapan menuju kehidupan abadi di akhirat. Dalam kitab Mafahim Islamiyah, An-Nabhani menegaskan bahwa manusia hanya akan menemukan kebahagiaan sejati jika ia memahami hakikat dirinya, asal-usul penciptaannya, serta tujuan akhir hidupnya. Semua ini terangkum dalam akidah Islam.
2. Konsep Dunia sebagai Sarana
Dunia, dalam falsafah Islam, dipandang bukan sebagai tujuan, tetapi sebagai sarana menuju kebahagiaan abadi. Karenanya, keberhasilan seseorang dalam hidup tidak diukur dari jumlah kekayaan, pangkat, atau popularitasnya, melainkan dari bagaimana ia memanfaatkan dunia untuk mendapatkan ridha Allah. Mengejar materi tanpa memperhatikan dimensi spiritual (hubungan dengan Allah) hanya akan menghasilkan kebahagiaan semu, yang sering kali diiringi kekecewaan dan keresahan.
3. Keselarasan Materi dengan Ruh
Sebagaimana konsep masjul madah bir-ruh, falsafah Islam menyelaraskan kebutuhan material (madah) dengan kebutuhan ruhiyah (ruh). Keseimbangan ini adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan yang menyeluruh. Manusia perlu memenuhi kebutuhan fisik, seperti makan, minum, dan tempat tinggal, tetapi semua itu harus dilakukan dalam kerangka kepatuhan kepada aturan syariat. Dengan demikian, setiap aktivitas duniawi memiliki nilai ibadah.
4. Kebahagiaan dan Hubungan Manusia dengan Allah