"Siapa yang merusak siapa pula yang memperbaiki."
Kan semacam itu jadinya. Melalui tulisannya dengan judul Batu Ruyud, Tonggak Kebangkitan Literasi Nusantara. Ia (Pepih Nugraha) ingin mengubah Dayak yang tadinya dihina kembali terhormat.Â
Tentu saja melalui literasi. Karena itulah kekuatannya. Senjatanya. Maka jadilah Batu Ruyud Tonggak Kebangkitan Literasi Nusantara umumnya dan literasi Sunda khususnya.
Masih banyak lagi kisah yang bisa kita dapatkan tentang orang Dayak melalui buku Menjelajahi Misteri Perbatasan.
Isu SARA yang dilontarkan oleh seorang Edi Mulyadi sangat melukai mereka orang Dayak dan orang Kalimantan pada umumnya. Jangan sampai ada lagi orang-orang semacam Edy Mulyadi.
Melalui literasi dan lewat tangan dingin seorang Pepih Nugraha, luka batin tersebut coba diobati. Tentu saja atas dukungan semua pihak terutama atas niat baik Dr. Yansen TP, inisiator pekan Literasi di Batu Ruyud.
Setelah api itu berkobar di Batu Ruyud, mereka membawanya ke Cikeas dan kembali mengobarkannya di sana. Kita semua yang hadir di sana tersulut semangat literasi yang mereka kobarkan.Â
Salam Literasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H