Jadi, pikiran kita yang pertama kali harus dijaga. Bisa dengan bertanya pada diri sendiri.
Semisal memunculkan pertanyaan: "Apa yang akan saya peroleh jika saya selingkuh?". Atau pertanyaan, "bagaimana perasaanku jika dikhianati oleh pasangan?".
Ketika memikirkannya saja kita merasa bila selingkuh itu tidak benar dan membuat sakit hati, apalagi bila melakukannya. Maka, kita akan langsung menyetopnya dalam pikiran.
Psikolog Kelsey  M Latimer PhD, seperti dikutip dari Kompas.com, menyebut perselingkuhan sering terjadi karena adanya konflik dalam diri sendiri.Â
Menurutnya, pada dasarnya pikiran berselingkuh seringkali bukan tentang keinginan untuk bersama orang lain. "Tapi lebih kepada indikasi konflik internal pada dirimu sendiri atau hubungan resmimu," ujarnya.
Bila seperti itu, Kelsey menyarankan beberapa tips yang bisa dilakukan.
Pertama, kembali fokus pada hubungan. Bahwa, jika dorongan selingkuh itu berasal dari kebosanan dalam hubungan, cobalah untuk menghidupkan lagi percikan asmara bersama pasangan. Â
Kedua, memikirkan dampaknya. Bila muncul godaan selingkuh, penting untuk memikirkan dampaknya. Bagaimana potensi konflik dengan pasangan, masalah dengan anak, dan orang-orang di sekitar.
Bahwa, selingkuh tidak membuat pelakunya merugi sendiri. Tetapi juga orang-orang terdekat akan ikut terdampak.
Pendek kata, namanya perselingkuhan itu sebenarnya menyiksa.
Sebab, pelakunya harus melakukanya sembunyi-sembunyi dari pasangan yang sah. Pun, yang melakukan juga berada dalam tekanan kebohongan.