"Ini tidak dapat dipercaya, sepak bola terkadang sangat tidak adil".Â
"Kami menciptakan 31 tembakan. Dalam dua pertandingan, (shots) itu membentur tiang enam kali dan kami  tidak mencetak satupun gol".
Begitu komentar Luis Enrique Martinez, pelatih Paris Saint Germain (PSG) seusai pertandingan semifinal Liga Champions dini hari tadi yang bikin dirinya gregetan.
Menjelang pertandingan berakhir, kamera acapkali menangkap raut muka Enrique yang tegang sembari beberapa kali memegangi kepalanya ketika ada peluang gagal jadi gol.
Pelatih asal Spanyol ini memang pantas gregetan dengan apa yang terjadi.
Sebab, PSG mendominasi permainan dini hari tadi. PSG menyerang secara brutal dan menciptakan jauh lebih banyak peluang ketimbang lawannya, Borussia Dortmund.
Yang terjadi, PSG yang harus mencetak gol di semifinal kedua ini untuk menyamakan agregat gol, malah seperti dijauhi keberuntungan.
Semua peluang tidak ada yang menjadi gol. Kadang mentah di kaki dan kepala bek-bek  Dortmund. Pun, kadang menghantam mistar atau tiang gawang Dortmund.
Kylian Mbappe yang biasanya ganas di kotak penalti, kali ini tampak lemas. Ousmane Dembele juga tampil memble melawan mantan klubnya. Â Vitinha, gelandang asal Portugal, juga hanya bisa ternganga ketika tendangannya mengenai mistar gawang.
Malah Dortmund yang mencetak satu gol lewat sundulan bek senior Jerman, Matt Hummels usai memanfaatkan sepak pojok. Dan itu menjadi satu-satunya gol di pertandingan yang dimainkan di Paris tersebut. Â
Karenanya, Luis Enrique yang pernah membawa Barcelona juara Liga Champions tahun 2015 silam, kali ini hanya bisa mengutuk nasib buruk timnya.
Harapannya untuk membawa PSG lolos ke final Liga Champions dan menjadi pelatih pertama yang membawa PSG juara Liga Champions, pupus sudah.
Malah, PSG sekali lagi merasakan betapa kejamnya Liga Champions setelah kekalahan dari Bayern Munchen di final 2020 silam.
Dortmund ke final tidak sekadar beruntung
Benarkah Dortmund lebih beruntung ketimbang PSG?
Harus diakui, kemenangan 1-0 di kandang pada semifinal leg I pekan lalu, membuat Dortmund bisa bermain lebih nyaman di Paris. Sebab, Dortmund hanya butuh hasil imbang di kandang PSG untuk lolos ke final.
Sementara PSG bertanding dengan memikul beban harus menang setelah kalah satu gol di semifinal pertama.
PSG harus menang dengan selisih dua gol agar lolos langsung ke final. Bila hanya menang satu gol, laga berlanjut ke perpanjamgan waktu karena agregat gol sama. Tapi, bila berakhir imbang, Dortmund yang ke final.
Paham dengan situasi itu, Dortmund bermain kalem, pertahanan mereka sulit ditembus. Mereka bisa menerapkan transisi dengan cepat ketika melakukan serangan balik. Dan, mereka bisa memaksimalkan peluang yang didapat.
Ketika Matt Hummels mencetak gol dan membuat Dortmund jadi unggul agregat 2-0, tim juara Liga Champions 1997 ini pun memilih agak bermain defensif. Karenanya, PSG lantas menggempur habis-habisan pertahanan Dortmund.
Namun, hingga akhir pertandingan, skor tidak berubah. Dortmund menang 1-0 dan lolos ke final.
Luis Enrique boleh saja menyebut timnya sial. Namun, Dortmund membuktikan bahwa mereka memang pantas bermain di final.
Kepantasan Dortmund bukan hanha diukur dari pertandingan di Paris dini hari tadi. Tapi juga kiprah mereka sejak Liga Champions 2023/24 ini bergulir.
Kita masih ingat, Dortmund tergabung di grup neraka bersama AC Milan, PSG, dan Newcastle United.
Hasilnya, Dortmund tampil sebagai pemuncak klasemen setelah menang tiga kali, dua kali imbang, dan hanya kalah sekali.
Menariknya, satu-satunya kekalahan itu terjadi saat menghadapi PSG di Paris pada matchday pertama. Dortmund kalah 0-2. Lalu, bermain imbang di 1-1 di kandang.
Kala itu, PSG memang tampak lebih superior. Tapi, di semifinal, Dortmund yang membuat PSG frustrasi dengan menang back to back alias menang di kandang dan tandang.
Di babak gugur, Dortmund menyingkirkan juara Liga Belanda PSV Eindhoven di babak 16 besar. Lantas, menang dramatis atas tim Spanyol, Atletico Madrid di babak perempat final. Dortmund come back dari kekalahan 1-2 di Madrid lantas menang 4-2 di kandang.
Â
Lalu, siapa tim yang menjadi lawan Dortmund  di final?
Di final, Dortmund akan menghadapi pemenang laga semifinal leg II antara Real Madrid Vs Bayern Munchen yang baru dimainkan Kamis (9/5) dini hari nanti.
Di pertandingan semifinal leg pertama di markas Bayer Munchen, kedua tim bermain imbang 2-2. Jadi, siapapun pemenang di laga dini hari nanti, bakal melaju ke final.
Namun, bila laga semifinal leg II ini kembali berakhir imbang, pertandingan bakal dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu.
Andai Real Madrid yang lolos ke final, maka itu akan menjadi cerita baru di final. Sebab, belum pernah terjadi Dortmund Vs Real Madrid di final Liga Champions.
Andai bila Bayern Munchen yang lolos, itu akan menjadi ulangan final Liga Champions 2013 yang dimenangkan Bayern.
Menariknya, sebuah kebetulan final 2013 itu digelar di Stadion Wembley. Dan, final Liga Champions tahun ini pun akan digelar di Wembley pada 1 Juni 2024 mendatang.
Nah, menurut sampean (Anda), Real Madrid atau Bayern Munchen yang akan berjumpa Dortmund di final?
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H