Karenanya, Luis Enrique yang pernah membawa Barcelona juara Liga Champions tahun 2015 silam, kali ini hanya bisa mengutuk nasib buruk timnya.
Harapannya untuk membawa PSG lolos ke final Liga Champions dan menjadi pelatih pertama yang membawa PSG juara Liga Champions, pupus sudah.
Malah, PSG sekali lagi merasakan betapa kejamnya Liga Champions setelah kekalahan dari Bayern Munchen di final 2020 silam.
Dortmund ke final tidak sekadar beruntung
Benarkah Dortmund lebih beruntung ketimbang PSG?
Harus diakui, kemenangan 1-0 di kandang pada semifinal leg I pekan lalu, membuat Dortmund bisa bermain lebih nyaman di Paris. Sebab, Dortmund hanya butuh hasil imbang di kandang PSG untuk lolos ke final.
Sementara PSG bertanding dengan memikul beban harus menang setelah kalah satu gol di semifinal pertama.
PSG harus menang dengan selisih dua gol agar lolos langsung ke final. Bila hanya menang satu gol, laga berlanjut ke perpanjamgan waktu karena agregat gol sama. Tapi, bila berakhir imbang, Dortmund yang ke final.
Paham dengan situasi itu, Dortmund bermain kalem, pertahanan mereka sulit ditembus. Mereka bisa menerapkan transisi dengan cepat ketika melakukan serangan balik. Dan, mereka bisa memaksimalkan peluang yang didapat.
Ketika Matt Hummels mencetak gol dan membuat Dortmund jadi unggul agregat 2-0, tim juara Liga Champions 1997 ini pun memilih agak bermain defensif. Karenanya, PSG lantas menggempur habis-habisan pertahanan Dortmund.
Namun, hingga akhir pertandingan, skor tidak berubah. Dortmund menang 1-0 dan lolos ke final.