Ginting dikalahkan Shi Yu Qi di game pertama. Lalu, Fajar/Rian kalah rubber game dari Liang Wei Keng/Wang Chang di game kedua. Indonesia pun tertinggal 0-2 dari China.
Jonatan Christie yang main di game ketiga, sempat menghidupkan harapan Indonesia usai mengalahkan Li Shi Feng. Skor 2-1.
Andai Bagas/Fikri yang main di game keempat juga bisa menang, skor bakal sama dan ditentukan di game terakhir.
Tapi yang terjadi, Bagas/Fikri kalah straight game dari He Ji Ting/Ren Xian Yu. Tim China pun juara karena unggul 3-1.
Kenapa bisa kalah? Adakah salah strategi tim Thomas Indonesia dalam pemlihan pemain?
Bila harus menganalisis hasil final Piala Thomas 2024 tadi malam, saya merasa Indonesia sebenarnya bisa menurunkan line up lebih nekad tapi mungkin punya potensi menang. Meski juga tidak tahu apakah hasilnya akan sesuai prediksi.
Tapi, yang namanya prediksi itu sebenarnya bisa diperkuat dengan pendekatan data. Baik data angka maupun penampilan terkini pemain. Mari kita analisis.
Untuk Ginting, posisinya tidak bisa diutak-atik karena dia memang tunggal putra pertama. Dia memang harus main pertama. Sebelum final tadi malam, Ginting diketahui punya rekor inferior kala melawan Shi Yu Qi. Dia kalah 8 kali dari 10 pertemuan.
Meski, di pertemuan terakhir, Ginting mengalahkan Shi Yu Qi di BWF World Tour Finals 2023 lewat kemenangan rubber game. Sayangnya, tadi malam Shi Yu Qi tampil dengan mode terkuatnya dan sulit dihentikan oleh Ginting.
Lalu Fajar/Rian, sebelum final tadi malam, mereka kalah 4 kali dari 6 pertemuan melawan Liang/Wang. Pun di pertemuan terakhir di Kejuaraan Asia 2024, Fajar/Rian juga kalah.
Sementara Jonatan memang punya rekor bagus melawan Li Shi Feng. Dia menang lima kali dari enam pertemuan. Jojo pun menang di Kejuaraan Asia 2024.