Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Plus Minus Timnas Indonesia Melawan Libya dan PR Besar Jelang Piala Asia 2023

6 Januari 2024   07:26 Diperbarui: 7 Januari 2024   16:52 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yakob Sayuri dkk saat merayakan gol Timnas Indonesia melawan Libya di laga uji coba menuju Piala Asia 2023/Foto: Instagram PSSI

Hanya dalam empat hari, Timnas Indonesia harus dua kali mengakui keunggulan Timnas Libya dalam pertandingan uji coba menuju Piala Asia 2023.

Sempat unggul lebih dulu, Indonesia kalah 1-2 dari Libya dalam pertandingan uji coba kedua yang berlangsung di Antalya, Turki, Jumat (6/1) tadi malam.

Itu artinya, Timnas Indonesia yang kini menempati ranking 146 FIFA, kalah back to back dari Libya. Di pertandingan pertama Selasa (2/1) lalu, Tim Garuda kalah telak 0-4 dari tim asal Afrika berperingkat 120 FIFA ini.

Tentu saja, kalah beruntun dalam pertandingan uji coba bukanlah sebuah persiapan yang bagus jelang tampil di turnamen sebesar Piala Asia. Apalagi, Piala Asia 2023 kini sudah di depan mata. Enam hari lagi.

Tapi, meski kalah beruntun dari Libya, masih ada kabar bagus untuk Timnas Indonesia. Karena memang, seharusnya selalu ada blessing in disguise dalam momen seburuk apapun. Ada berkah terselubung.

Pun begitu dengan penampilan Timnas Indonesia, Jumat (5/1) malam. Ada plus minusnya bila dibandingkan dengan penampilan pertama pada Selasa lalu. Apa saja? Kita bahas plusnya dulu.

Pertahanan lebih solid, Jordi Amat kembali

Membandingkan skor 0-4 dan 1-2, mudah menyimpulkan bahwa Timnas Indonesia tampil lebih baik di laga uji coba rematch tadi malam. Utamanya kinerja para pemain bertahan di lini pertahanan. Terlepas masih ada momen buruk.

Berbeda dengan pertandingan sebelumnya yang memainkan dua bek tengah, Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong tadi malam memainkan trio Elkan Baggot, Jordi Amat, dan Rizky Ridho sebagai difensore alias pemain bertahan.

Ketiganya bermain cukup tenang. Utamanya Jordi Amat yang dipercaya menjadi kapten. Jordi yang di beberapa pertandingan sebelumnya--utamanya laga Kualifikasi Piala Dunia 2026, disorot karena bikin blunder, tadi malam menunjukkan kapasitasnya sebagai bek yang bisa diandalkan. Plus, leadershipnya di lapangan.

Dan tentu saja, faktor pembeda dibanding laga pertama adalah kehadiran Elkan Baggot. Bek yang main di Ipswich Town--klub Divisi Championship Inggris ini tampil stabil. 

Momen di babak kedua ketika Elkan melakukan blocking cermat saat pemain Libya tinggal berhadapan dengan kiper Ernando Ari, menjadi momen terbaiknya. Bahkan, dia nyaris mencetak gol memanfaatkan bola set pieces.

Penampilan apik Yacob Sayuri

Bila penonton tadi malam bisa memilih pemain terbaik, saya tidak ragu untuk memilih Yakob Sayuri. Pemain asal klub PSM Makassar ini tampil jauh lebih baik ketimbang laga pertama. 

Beberapa kali, Yakob memperlihatkan momen-momen yang mengundang decak kagum. Akselerasinya ketika membantu serangan, rasa percaya diri dan ketenangannya ketika melewati bek lawan, dan tentu saja gol yang dia ciptakan.

Yakob sepertinya sangat cocok dimainkan dengan formasi seperti tadi malam. Dia bersama Pratama Arhan dimainkan sebagai full back modern selayaknya bek-bek sayap di Liga Inggris yang bergerak naik turun. Tentu saja itu butuh stamina bagus. Yakob punya itu.

Mungkin agak berlebihan, tetapi melihat penampilan Yakob Sayuri tadi malam, rasanya seperti melihat dimensi lain dari full back kanan Liverpool Trent Alexander-Arnold yang dikenal punya kemampuan menyerang bagus, pengumpan andal, dan juga sering mencetak gol.

Kinerja lini tengah

Di lini tengah, Shin Tae- yong memasang Justin Hubner yang diplot menemani Ivar Jenner sebagai holding midfielder. Di depannya ada Marselino Ferdinan dan Witan Sulaeman yang mendukung Rafael Struick sebagai penyerang tengah.

Anak-anak muda ini bermain percaya diri menghadapi Libya. Mereka mampu mengalirkan bola dengan akurasi lumayan bagus. Juga berani melewati hadangan pemain Libya. Faktanya, Indonesia lebih unggul dari Libya dalam hal ball possession.

Memang, keunggulan penguasaan bola itu belum mampu diolah menjadi keunggulan gol. Tapi, setidaknya, Indonesia punya lini tengah yang bisa diadu melawan Irak, Vietnam, ataupun Jepang di Piala Asia 2023 nanti.

Lalu, nilai minusnya apa?

Blunder lagi blunder lagi

Soal blunder ini, saya tertarik dengan unggahan komentar pengamat bola Anton Sanjoyo di akun media sosialnya. Kata mantan wartawan Kompas ini, "kirain blundernya sudah dihabiskan di laga pertama lalu. Ternyata stoknya masih ada."

Kita tahu, gol kedua Libya tadi malam bermula dari umpan Rizky Ridho yang mengirim back pass ke kiper Ernando Ari. Namun, umpannya lemah alias kurang keras sehingga lantas diserobot Ahmed Ekrawa yang kemudian melewati Ernando dan mencetak gol.

Rasanya, di tiga pertandingan terakhir, melawan Libya, lalu melawan Irak dan Filipina di Kualifikasi Piala Dunia 2023, Tim Garuda doyan bikin blunder.

Padahal, blunder ini selain bisa meruntuhkan mental, juga membuat lawan yang sebenarnya kesulitan mencetak gol, jadi mendapat 'hadiah gratis'. Dan itulah yang terjadi tadi malam. Ketika Indonesia bermain nyaman di babak pertama, blunder itu datang dan Libya pun berbalik unggul 2-1.

Kesenjangan di babak kedua

Semoga saja ini hanya pengamatan saya. Bahwa, ketika Shin Tae yong menarik keluar Ivar Jenner, Marselino, Witan, dan Rafael di menit ke-75 juga Yakob di menit ke-80, penampilan Indonesia sudah berbeda. Permainan jadi kurang rapi.

Mungkin karena mereka masuk ke lapangan dalam situasi harus bisa menyamakan skor sementara waktu pertandingan tinggal 15 menit.

Padahal, di Piala Asia 2023 nanti, siapapun yang menjadi starter Indonesia, kita tentu berharap bisa punya pemain supersub yang bisa langsung tampil meledak bila dimainkan di babak kedua.

Andai starting XI melawan Libya tadi malam memang 11 pertama Indonesia, kita berharap pemain seperti Saddil Ramdani, Ricky Kambuaya, Egy Maulana Vikri, ataupun Ramadan Sananta, bisa membuat perbedaan ketika mereka masuk di lapangan.

Satu lagi, para penyerang Indonesia bisa lebih percaya diri. Tahu kapan waktunya shooting atau mengumpan. Dan bila punya peluang, kudu pede melepas shooting. Ini salah satu pekerjaan utama (PR) besar yang harus segera diberesi..

Ingat, para penyerang top itu tidak butuh mendapatkan peluang yang benar-benar kasat mata. Tapi, peluang sekecil apapun bisa dimanfaatkan menjadi gol dengan mengandalkan intuisi.

Ingat, laga melawan Libya hanya sekadar uji coba yang tentu nuansanya masih level menengah. Berbeda dengan turnamen resmi yang pasti bakal lebih sulit. Bek-bek Iran, Vietnam, apalagi Jepang bakal lebih militan.

Tulisan perihal penilaian penampilan plus minus Timnas Indonesia di laga tadi malam ini mungkin agak subyektif dari penilaian saya. Sampean (Anda) dan setiap orang mungkin bisa punya penilaian berbeda.

Ah ya, laga back to back melawan Libya ini bukan uji coba terakhir Timnas Indonesia. Masih ada stau laga uji coba terakhir melawan tim juara Piala Asia tiga kali, Iran. Laga melawan Iran digelar di Qatar pada 9 Januari nanti. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun